Selasa, 13 Desember 2016

Naskah Drama Orkes Madun 1 Bagian 8

ORANG-ORANG
Tidak

KETUA
Bertengkar barangkali?

ORANG-ORANG
Tidak

KETUA
Kalau begitu percayakan semua itu kepada saya dan biarkan saya jadi ketua

(Orang-orang diam kayak patung)

sesuai dengan pepatah kita ‘diam artinya setuju’ terima kasih, saudara-saudara. Persoalan kedua adalah kita harus menetapkan saya sebagai ketua apa, sebab tidak mungkin saya bisa bekerja sebagai ketua tanpa tugas-tugas serta skop yang jelas mengenai…

(Semua orang ribut lagi. Untuk menenangkan mereka sang ketua tiba-tiba menyanyi)

terima kasih atas perhatian. Dan sebaliknya saudara-saudara harus berterima kasih kepada saya sebab saya telah menemukan jawaban yang kita sama-sama sedang cari yaitu ketua apakah saya? Jawabannya sebagai berikut:
  1. Menimbang bahwa perlu adanya seorang ketua untuk menghemat waktu, kata-kata dan biaya dan terutama untuk menghindari semua orang jadi ketua sendiri-sendiri!
  2. Berhubung saya sudah terlanjur jadi ketua!
  3. Maka perlu adanya sesuatu yang diketuai!
Dengan ini saya sebagai ketua memutuskan bahwa saya adalah ketua “Panitia Penjernihan Persoalan Pertikaian Sejenis”

(Orang-orang telah rebut lagi. Dan belum sang ketua melakukan sesuatu, mereka telah diam)

Terima kasih saudara-saudara makin tahu diri. Nah, jangan saudara-saudara mengira saya tidak tahu apa yang saudara-saudara ributkan. Saya tahu. Saya tahu. Bukankah saudara-saudara mempeributkan arti dan makna serta hakekat dari kata ‘sejenis’?

(Orang-orang diam)

nah, marilah kita kesampingkan arti makna dan hakekat kata sejenis, sebab yang penting kata sejenis enak bunyinya, lebih-lebih pada sesuatu rentetan seperti tersebut di atas. Nah, sekarang sebagai ketua biarkan saya memainkan peranan saya (KEpada bapak dan ibu) Ada persoalan apa?

BAPAK
Dia mengaku anak saya

KETUA (Kepada Mad / Tar)
Ada persoalan apa?

MADEKUR
Dia mengingkari bahwa dia  bapak saya dan saya anaknya

KETUA
Bapak siapa?

BAPAK
Saya bapaknya

KETUA
Anak bapak siapa?

BAPAK
Anak saya gubernur

KETUA
Saudara gubernur?

MADEKUR
Bukan

KETUA
Kalau begitu jelas saudara bukan anak orang itu

MADEKUR
Pak

IBU
Akuilah dirimu gubernur, nanti kami akan menerima kamu kembali sebagai anak. Akuilah, nak. Berikan kehormatan pada kami karena kehormatan adalah mahkota kebahagiaan kami.

TARKENI
Apa pikiranmu?

MADEKUR (Kemelut sekali pikirannya)
Kita harus tetap berusaha agar mereka mau menerima kita sebagai pencopet dan pelacur

KETUA
Bagaimana saudara?

MADEKUR
Pak, alasan bapak ibu menolak kami sebagai pencopet dan pelacur?

BAPAK
Kalian sendiri pernah bilang lantaran tidak sesuai dengan impian

IBU
Kecuali impian buruk

MADEKUR
Bapak tahu bahwa semua orang sama saja?

BAPAK
Tahu

MADEKUR
Bahwa pada dasarnya semua orang sama-sama suka mencopet dan melacur?

BAPAK
Tahu

IBU
Tapi, anakku. Adalah suatu kebajikan apabila kita membungkus kedua kata itu dengan kata-kata yang lain

MADEKUR
Lalu alas an apa maka bapak ibu mengingkari kami sebagai pencopet dan pelacur, memaksa kami mengakui diri kami sebagai gubernur?

BAPAK
Karena sesuai dengan impian

IBU
Anakku, insyaflah. Pintu masih terbuka

KETUA (setelah pause)
Jadi, bagaimana?

MADEKUR
Kalau begitu, memang dia bukan bapak saya

TARKENI
Mad

BAPAK
Selamat jalan anakku

IBU
Pak

MADEKUR
Kalau dalam tempo satu tahun in dia masih hidup, akan saya bunuh dia (Keluar)

TARKENI (Mengikuti)
Mad

BAPAK
Adalah gila kalau saya menerima dia sebagai pencopet

IBU
Betul, pak. Tapi….

BAPAK
Saya tahu saya akan tergeletak di jalanan dilindas truk atau bis Jakarta. Saya tahu saya akan mati tepat ketika saya membayangkan betapa hebat dia jadi gubernur. Saya mengangankan hal itu untuk pertama kalinya ketika dia masih berumur empat tahun. Dan rupanya saya akan mati dilindas truk atau bus Jakarta, tepat ketika saya membayangkan keindahan itu (melambaikan tangan) Selamat tinggal anakku.

KETUA
Kesimpulannya, anaknya adalah gubernur

MAKA SEMUA ORANG MEMBERIKAN SELAMAT KEPADA NYA DAN BAPAK SEMAKIN MELANGIT KEPUASANNYA, SEMENTARA IBU SEMAKIN DERAS CUCURAN AIR MATANYA. DAN ORANG-ORANG ITU KEMUDIAN MENINGGALKAN MEREKA, KECUALI RESEPSIONIS YANG KINI TELAH BERUBAH BERWARNA HITAM SELURUHNYA ATAU UNGU TUA

KETUA
Terima kasih atas kesempatannya, pak, bu

BAPAK
Terima kasih kembali, nak

LALU KETUA PERGI. IBU SEMAKIN MENCUCURKAN AIR MATANYA

BAPAK
Kita mulai, bu?

IBU MENGANGGUK SAMBIL MENGHAPUS AIR MATANYA. LALU KEDUANYA DALAMLAGAK GAGAH PEMBESAR MENDEKATI RESEPSIONIS

BAPAK
Selamat siang

RES
Selamat siang, keperluan?

BAPAK
Ketemu gubernur

RES
Nama bapak?

BAPAK
Lagi-lagi nama

RES
Jadi bapak…?

BAPAK
Masa tidak tahu

IBU (sambil mencucurkan air mata)
Lupa?

BAPAK
Pangling?

RES
Bapak….?

BAPAK
Mulai ingat kan?

IBU
Coba terka siapa kami?

RES
Kalau tidak salah….?

BAPAK
Tidak

IBU
Pasti tidak salah

RES
Bapak adalah bapak dari….?

BAPAK
Satu kata lagi

IBU
Ayo

RES
Dari….

BAPAK
Jangan putus asa

RES
Gubernur

BAPAK (Terharu)
Luar biasaa, nak. Daya ingatmu luar biasaa.

IBU (airmata)
Terima kasih nak

BAPAK
Saya akan usulkan agar kamu diangkat menjadi sekda

RES
Terima kasih pak

BAPAK
Soal kecil

RES
Kebetulan bapak gubernur sedang menuju kemari

BAPAK
Luar biasa gagahnya

IBU
Iya pak

BAPAK
Persis ketika dia masih berusia empat tahun

IBU
Iya pak

BAPAK
Biarkan dia lewat ke sini

IBU
Iya pak

BAPAK
Biarkan ia pingsan terkejut bertemu dengan bapak ibunya secara tidak dinyana

MUNCUL MADEKUR DAN TARKENI

MADEKUR
Pak

TARKENI
Bu

BAPAK
Gubernurku

MEREKA SALING BERPELUKAN DAN RESEPSIONIS MENGELUARKAN SAPU TANGAN PUTIH

MADEKUR
Lebih baik kita langsung pulang ke rumah

TARKENI
Di kantor tidak bebas

BAPAK
Setuju, setuju. Aku tidak sabar ingin lihat perabotan yang mewah itu

IBU
Ya, pak. Iya

BAPAK
Ini kesempatan nonton televise. Ada kan?

TARKENI
Kasihan bapak ini. Cita-citanya nonton televise

BAPAK
Buat apa sebenarnya telor mata sapi itu?

IBU
Apa ya nak?

TARKENI
Telor ceplok

BAPAK
Namanya lebih bagus. Pasti lebih enak

IBU
Kau nanti sarapan itu, pak

MADEKUR
Kita berangkat sekarang

BAPAK
Aku berangkat, aku berangkat

RES
Selamat jalan pak

BAPAK
Selamat tinggal nak

SAMBIL MELAMBAIKAN TANGAN, BAPAK KELUAR DIIKUTIOLEH CSNYA DAN BERSAMA DENGAN ITU MUNCUL SEROMBONGAN ORANG-ORANG YANG MENGANGKAT MAYAT DAN SELANJUTNYA PEMAIN-PEMAIN SEPERTI BAPAK CS MENGIKUTINYA. DI BELAKANG SEKALI ADALAH IBU YANG MELANGKAH TERSNEDART SAMBIL MENAHAN TANGISNYA DAN BERKERUDUNG HITAM.

WASKA MUNCUL MERAUNG-RAUNG KAYAK ORANGGILA, SEBENTAR KEMUDIAN IA MENANGIS, SEBENTAR KEMUDIAN MERAUNG-RAUNG MENYERAMKAN SEPERTI SEEKOR SERIGALA.

NABI
Kenapa itu Waska?

SEMAR
Ia sedang marah pada dirinya sendiri

KEMBALI WASKA MERAUNG-RAUNG PERSIS SEEKOR SINGA TUA YANG INGIN BEBAS DARI TERALI JEBAKANNYA

SEMAR
Waska juga berontak ingin lepas dari penjaranya yang bernama diri sendiri

NABI
Kasihan. Kenapa kalap begitu

KEMBALI WASKA MERAUNG-RAUNG PERSIS SEEKOR SINGA TUA YANG KESEPIAN DI GUNUNG JURANG PADA SUATU SENJA
NABI
Kenapa lagi dia?

WASKA
Aku kesepian

KEMUDIAN DIA KAYAK ORANG SEKARAT. BARING, BANGKIT, LONCAT JATUH BANGKIT LAGI KESANA KE SINI

NABI
Sekarang saya mengerti. Pasti Waska sedang dirundung gandrung cinta

SEMAR MEMBERIKAN ISYARAT AGAR JANGAN BICARA KERAS-KERAS

SEMAR
Jangan keras-keras, nanti semua orang dengar. Waska malu mengalami hal itu, hal yang selama hidupnya yang panjang diingkarinya. Hampir satu abad ia bebas dari hal itu dan selama itu ia berhasil tidak pernah jatuh cinta kecuali melampiaskannya saja nafsu birahinya secara hewani saja.
Tapi tiba-tiba pada suatu malam, tanpa sengaja terpandang olehnya mata perempuan itu, mata yang sangat indah

NABI
Mata siapa? Perempuan siapa?

WASKA (Sambil keluar)
Aku malu. Aku malu! (Meraung)

SEMAR (Ngintip)
Mata itu mata Tarkeni. Tarkeni perempuan itu (Keluar)

NABI
O….

NYANYIAN
Angin bergelombang di atas gelombang
Dihembus cinta
Sebungkah karang gersang
Mulai goncang
Bagian bawahnya

NABI
Diam. Madekur dan Tarkeni akan melanjutkan lakonnya.

MUNCUL MADEKUR BERSIMBAH DARAH TANPA SEPOTONG TANGANNYA LAGI DIIKUTI OLEH TARKENI YANG SEMAKIN TEBAL RIANYA DAN JALANNYA SUDAH NGEGANG


0 komentar

Posting Komentar