ORANG-ORANG
Tidak
KETUA
Bertengkar barangkali?
ORANG-ORANG
Tidak
KETUA
Kalau begitu percayakan semua itu
kepada saya dan biarkan saya jadi ketua
(Orang-orang diam kayak patung)
sesuai dengan pepatah kita ‘diam
artinya setuju’ terima kasih, saudara-saudara. Persoalan kedua adalah kita
harus menetapkan saya sebagai ketua apa, sebab tidak mungkin saya bisa bekerja
sebagai ketua tanpa tugas-tugas serta skop yang jelas mengenai…
(Semua orang ribut lagi. Untuk
menenangkan mereka sang ketua tiba-tiba menyanyi)
terima kasih atas perhatian. Dan
sebaliknya saudara-saudara harus berterima kasih kepada saya sebab saya telah
menemukan jawaban yang kita sama-sama sedang cari yaitu ketua apakah saya?
Jawabannya sebagai berikut:
- Menimbang bahwa perlu adanya seorang
ketua untuk menghemat waktu, kata-kata dan biaya dan terutama untuk
menghindari semua orang jadi ketua sendiri-sendiri!
- Berhubung saya sudah terlanjur jadi
ketua!
- Maka perlu adanya sesuatu yang diketuai!
Dengan ini saya sebagai ketua
memutuskan bahwa saya adalah ketua “Panitia Penjernihan Persoalan Pertikaian
Sejenis”
(Orang-orang telah rebut lagi. Dan
belum sang ketua melakukan sesuatu, mereka telah diam)
Terima kasih saudara-saudara makin
tahu diri. Nah, jangan saudara-saudara mengira saya tidak tahu apa yang
saudara-saudara ributkan. Saya tahu. Saya tahu. Bukankah saudara-saudara
mempeributkan arti dan makna serta hakekat dari kata ‘sejenis’?
(Orang-orang diam)
nah, marilah kita kesampingkan
arti makna dan hakekat kata sejenis, sebab yang penting kata sejenis enak
bunyinya, lebih-lebih pada sesuatu rentetan seperti tersebut di atas. Nah,
sekarang sebagai ketua biarkan saya memainkan peranan saya (KEpada bapak dan
ibu) Ada persoalan apa?
BAPAK
Dia mengaku anak saya
KETUA (Kepada Mad / Tar)
Ada persoalan apa?
MADEKUR
Dia mengingkari bahwa dia bapak saya dan saya anaknya
KETUA
Bapak siapa?
BAPAK
Saya bapaknya
KETUA
Anak bapak siapa?
BAPAK
Anak saya gubernur
KETUA
Saudara gubernur?
MADEKUR
Bukan
KETUA
Kalau begitu jelas saudara bukan
anak orang itu
MADEKUR
Pak
IBU
Akuilah dirimu gubernur, nanti
kami akan menerima kamu kembali sebagai anak. Akuilah, nak. Berikan kehormatan
pada kami karena kehormatan adalah mahkota kebahagiaan kami.
TARKENI
Apa pikiranmu?
MADEKUR (Kemelut sekali pikirannya)
Kita harus tetap berusaha agar
mereka mau menerima kita sebagai pencopet dan pelacur
KETUA
Bagaimana saudara?
MADEKUR
Pak, alasan bapak ibu menolak kami
sebagai pencopet dan pelacur?
BAPAK
Kalian sendiri pernah bilang
lantaran tidak sesuai dengan impian
IBU
Kecuali impian buruk
MADEKUR
Bapak tahu bahwa semua orang sama
saja?
BAPAK
Tahu
MADEKUR
Bahwa pada dasarnya semua orang
sama-sama suka mencopet dan melacur?
BAPAK
Tahu
IBU
Tapi, anakku. Adalah suatu
kebajikan apabila kita membungkus kedua kata itu dengan kata-kata yang lain
MADEKUR
Lalu alas an apa maka bapak ibu
mengingkari kami sebagai pencopet dan pelacur, memaksa kami mengakui diri kami
sebagai gubernur?
BAPAK
Karena sesuai dengan impian
IBU
Anakku, insyaflah. Pintu masih
terbuka
KETUA (setelah pause)
Jadi, bagaimana?
MADEKUR
Kalau begitu, memang dia bukan
bapak saya
TARKENI
Mad
BAPAK
Selamat jalan anakku
IBU
Pak
MADEKUR
Kalau dalam tempo satu tahun in
dia masih hidup, akan saya bunuh dia (Keluar)
TARKENI (Mengikuti)
Mad
BAPAK
Adalah gila kalau saya menerima
dia sebagai pencopet
IBU
Betul, pak. Tapi….
BAPAK
Saya tahu saya akan tergeletak di
jalanan dilindas truk atau bis Jakarta. Saya tahu saya akan mati tepat ketika
saya membayangkan betapa hebat dia jadi gubernur. Saya mengangankan hal itu
untuk pertama kalinya ketika dia masih berumur empat tahun. Dan rupanya saya
akan mati dilindas truk atau bus Jakarta, tepat ketika saya membayangkan
keindahan itu (melambaikan tangan) Selamat tinggal anakku.
KETUA
Kesimpulannya, anaknya adalah
gubernur
MAKA SEMUA ORANG MEMBERIKAN
SELAMAT KEPADA NYA DAN BAPAK SEMAKIN MELANGIT KEPUASANNYA, SEMENTARA IBU
SEMAKIN DERAS CUCURAN AIR MATANYA. DAN ORANG-ORANG ITU KEMUDIAN MENINGGALKAN
MEREKA, KECUALI RESEPSIONIS YANG KINI TELAH BERUBAH BERWARNA HITAM SELURUHNYA
ATAU UNGU TUA
KETUA
Terima kasih atas kesempatannya,
pak, bu
BAPAK
Terima kasih kembali, nak
LALU KETUA PERGI. IBU SEMAKIN
MENCUCURKAN AIR MATANYA
BAPAK
Kita mulai, bu?
IBU MENGANGGUK SAMBIL MENGHAPUS
AIR MATANYA. LALU KEDUANYA DALAMLAGAK GAGAH PEMBESAR MENDEKATI RESEPSIONIS
BAPAK
Selamat siang
RES
Selamat siang, keperluan?
BAPAK
Ketemu gubernur
RES
Nama bapak?
BAPAK
Lagi-lagi nama
RES
Jadi bapak…?
BAPAK
Masa tidak tahu
IBU (sambil mencucurkan air mata)
Lupa?
BAPAK
Pangling?
RES
Bapak….?
BAPAK
Mulai ingat kan?
IBU
Coba terka siapa kami?
RES
Kalau tidak salah….?
BAPAK
Tidak
IBU
Pasti tidak salah
RES
Bapak adalah bapak dari….?
BAPAK
Satu kata lagi
IBU
Ayo
RES
Dari….
BAPAK
Jangan putus asa
RES
Gubernur
BAPAK (Terharu)
Luar biasaa, nak. Daya ingatmu
luar biasaa.
IBU (airmata)
Terima kasih nak
BAPAK
Saya akan usulkan agar kamu
diangkat menjadi sekda
RES
Terima kasih pak
BAPAK
Soal kecil
RES
Kebetulan bapak gubernur sedang
menuju kemari
BAPAK
Luar biasa gagahnya
IBU
Iya pak
BAPAK
Persis ketika dia masih berusia
empat tahun
IBU
Iya pak
BAPAK
Biarkan dia lewat ke sini
IBU
Iya pak
BAPAK
Biarkan ia pingsan terkejut
bertemu dengan bapak ibunya secara tidak dinyana
MUNCUL MADEKUR DAN TARKENI
MADEKUR
Pak
TARKENI
Bu
BAPAK
Gubernurku
MEREKA SALING BERPELUKAN DAN
RESEPSIONIS MENGELUARKAN SAPU TANGAN PUTIH
MADEKUR
Lebih baik kita langsung pulang ke
rumah
TARKENI
Di kantor tidak bebas
BAPAK
Setuju, setuju. Aku tidak sabar
ingin lihat perabotan yang mewah itu
IBU
Ya, pak. Iya
BAPAK
Ini kesempatan nonton televise.
Ada kan?
TARKENI
Kasihan bapak ini. Cita-citanya
nonton televise
BAPAK
Buat apa sebenarnya telor mata
sapi itu?
IBU
Apa ya nak?
TARKENI
Telor ceplok
BAPAK
Namanya lebih bagus. Pasti lebih
enak
IBU
Kau nanti sarapan itu, pak
MADEKUR
Kita berangkat sekarang
BAPAK
Aku berangkat, aku berangkat
RES
Selamat jalan pak
BAPAK
Selamat tinggal nak
SAMBIL MELAMBAIKAN TANGAN, BAPAK
KELUAR DIIKUTIOLEH CSNYA DAN BERSAMA DENGAN ITU MUNCUL SEROMBONGAN ORANG-ORANG
YANG MENGANGKAT MAYAT DAN SELANJUTNYA PEMAIN-PEMAIN SEPERTI BAPAK CS
MENGIKUTINYA. DI BELAKANG SEKALI ADALAH IBU YANG MELANGKAH TERSNEDART SAMBIL
MENAHAN TANGISNYA DAN BERKERUDUNG HITAM.
WASKA MUNCUL MERAUNG-RAUNG KAYAK
ORANGGILA, SEBENTAR KEMUDIAN IA MENANGIS, SEBENTAR KEMUDIAN MERAUNG-RAUNG
MENYERAMKAN SEPERTI SEEKOR SERIGALA.
NABI
Kenapa itu Waska?
SEMAR
Ia sedang marah pada dirinya
sendiri
KEMBALI WASKA MERAUNG-RAUNG PERSIS
SEEKOR SINGA TUA YANG INGIN BEBAS DARI TERALI JEBAKANNYA
SEMAR
Waska juga berontak ingin lepas
dari penjaranya yang bernama diri sendiri
NABI
Kasihan. Kenapa kalap begitu
KEMBALI WASKA MERAUNG-RAUNG PERSIS
SEEKOR SINGA TUA YANG KESEPIAN DI GUNUNG JURANG PADA SUATU SENJA
NABI
Kenapa lagi dia?
WASKA
Aku kesepian
KEMUDIAN DIA KAYAK ORANG SEKARAT.
BARING, BANGKIT, LONCAT JATUH BANGKIT LAGI KESANA KE SINI
NABI
Sekarang saya mengerti. Pasti
Waska sedang dirundung gandrung cinta
SEMAR MEMBERIKAN ISYARAT AGAR
JANGAN BICARA KERAS-KERAS
SEMAR
Jangan keras-keras, nanti semua
orang dengar. Waska malu mengalami hal itu, hal yang selama hidupnya yang panjang
diingkarinya. Hampir satu abad ia bebas dari hal itu dan selama itu ia berhasil
tidak pernah jatuh cinta kecuali melampiaskannya saja nafsu birahinya secara
hewani saja.
Tapi tiba-tiba pada suatu malam,
tanpa sengaja terpandang olehnya mata perempuan itu, mata yang sangat indah
NABI
Mata siapa? Perempuan siapa?
WASKA (Sambil keluar)
Aku malu. Aku malu! (Meraung)
SEMAR (Ngintip)
Mata itu mata Tarkeni. Tarkeni
perempuan itu (Keluar)
NABI
O….
NYANYIAN
Angin bergelombang di atas gelombang
Dihembus cinta
Sebungkah karang gersang
Mulai goncang
Bagian bawahnya
NABI
Diam. Madekur dan Tarkeni akan
melanjutkan lakonnya.
MUNCUL MADEKUR BERSIMBAH DARAH
TANPA SEPOTONG TANGANNYA LAGI DIIKUTI OLEH TARKENI YANG SEMAKIN TEBAL RIANYA
DAN JALANNYA SUDAH NGEGANG
0 komentar
Posting Komentar