Kamis, 22 Desember 2016

Naskah Drama Pada Suatu Hari Bagian 2

SEPULUH
Perang bisu meletus antara Kakek  dan Nenek.

SEBELAS
Kakek    Kenapa kau diam begitu?
Nenek   diam saja.
Kakek    Kenapa kau begitu diam?
Nenek   Kau juga begitu.
Kakek    Kenapa?
Nenek   Kau juga kenapa?
Kakek    Sayang, adalah tidak baik kita bubuhi pesta emas dengan kata-kata seru.
Nenek                   Kau sendiri yang membubuhinya. Kau rusak bunga-bunga pesta kita dengan kaktus-kaktu pacar kau.
Kakek    Sejak muda kau begitu yakin seakan saya pernah punya hubungan percintaan dengan perempuan tadi. Saya heran kenapa kau begitu berhasil menciptakan tokoh yang fantatis itu menjadi tokoh yang seolah nyata dalam diri kau sehingga tokoh itu mampu mempermainkan kau sendiri selama hidup kau.
Nenek   Bukan fantastis. Tapi memang dia tokoh fantasi kau bahkan sampai saat kau tua (Menangis) Sengaja kau suruh Joni menyiapkan segera minuman kesukaannya begitu dia datang.
Kakek    Siapa? Saya? Menyuruh Joni? Minuman apa?
Nenek   Kau menyuruh Joni membuat es susu begitu nyonya janda itu datang.
Kakek    Tidak. Saya tidak menyuruh Joni.
Nenek                   Kau lakukan itu ketika saya sedang menemui dia tadi ketika kau menyingkir dari dari sini tadi dan kemudian kau sembunyi ke kamar baca.
Kakek    Tidak, sayang, dari sini tadi saya langsung ke kamar baca dan kemudian saya asyik membaca mengenai para psikologi. Ketika kau datang tepat saya sampai pada baris-baris mengenai telepati. Saya ingat betul.
Nenek   Kau bohong.
Kakek    Kalau tidak percaya kau boleh memanggil Joni (Berseru) J o n i !

DUA BELAS
Pesuruh               Ya, tuan besar.
Kakek    Siapa yang menyuruh…..
Nenek   Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh               Ya, nyonya besar.
Kakek    Siapa yang menyuru…..
Nenek   Biar saya yang Tanya (Kepada Joni) Joni.
Pesuruh               Ya, nyonya besar.
Nenek                  Sejak tadi pagi sudah berapa kali kau berbohong?
Pesuruh               Belum sekalipun nyonya.
Nenek   Akui saja toh tidak akan mengurangi penghasilanmu.
Pesuruh               Terus terang sudah dua kali, nyonya.
Nenek   Nah, begitu lebih jantan. Apa saja?
Pesuruh               Pertama kepada istri saya.
Nenek                  Itu tidak perlu, yang kedua?
Pesuruh               Yang kedua kepada istri saya.
Nenek   Jadi kau selalu berdusta kepada istrimu sendiri?
Pesuruh               Tidak selalu, nyonya. Kadang kala, tetapi tidak pernah lebih tiga kali sehari.
Nenek   Kenapa kau lakukan itu?
Pesuruh               Karena saya percaya istri sayapun melakukan hal yang sama.
Nenek   Mengenai hal apa saja kau berbohong?
Pesuruh               hampir segala hal dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Nenek   Yang paling ringan misalnya?
Pesuruh               Pura-pura sakit.
Nenek   Yang paling berat?
Pesuruh               Soal sembahyang.
Nenek   Tentang perempuan?
Pesuruh               Itu taraf tengah-tengah, nyonya.
Nenek   Bagaimana?
Pesuruh               Saya kira pertanyaan ini sudah bersifat sangat amat pribadi, nyonya dan kurang sopan.
Nenek   Kau memang jago silat. Baik. Sekarang kau akui saja siapa yang menyuruh kau menyiapkan tiga gelas e susu begitu tamu tadi datang?
Pesuruh               Saya sendiri nyonya.
Nenek   Kenapa justru es susu?
Pesuruh               Saya tidak tahu. Saya asal saja. Nyonya, seperti halnya untuk tamu sebelumnya saya buatkan es sirop dan nyonya diam saja.
S u n y i .
Pesuruh               Ada yang perlu saya kerjakan lagi, nyonya besar?
Nenek   Pergi !
Joni exit.

TIGA BELAS
S u n y i .
Nenek   Berkomplot.
Kakek    Tidak baik mengada-ada.
Nenek   Bahkan kau diam-diam memelihara kaktus dalam kakus.
Kakek    Tidak melulu kaktus tapi beberapa jenis bunga lainnya, juga……
Nenek   tiba-tiba menangis sangat kerasnya.
Kakek                    Diamlah, sayang. Kalau kau diam saya akan menyanyi lagi. Diamlah. Saya akan menyanyi dua buah lagu sekaligus. Sayang diamlah. Lagi jangan terlalu keras kau menangis nanti kau batuk kalau batuk tenggorokan bisa luka dan suara bisa serak.
Selain itu apa kata anak-anak nanti kalau mereka datang. Sayang. Atau kau mau saya membaca kitab suci? Dongeng? Saya akan membaca bagaimana nabi Nuh melayani singa betina yang bunting, sementara seekor kera sakit enfluensa.
Nenek   Biarpun kau dukung saya dari sini ke kamar saya tidak akan diam.
Kakek    Baiklah, saya tidak akan berbuat apa-apa tapi kau mau diam.
Nenek   Kalau kau tidak berbuat apa-apa saya akan menangis lebih keras lagi.
Kakek                    Tuhanku,kepala saya Cuma satu dan puyeng. Kalau saja saya punya tiga kepala barangkali saya tahu apa yang harus saya perbuat agar kau diam. Tapi kepala saya Cuma stud an tangis kau memenuhi kepala saya dengan sejuta lalat hijau. Tuhan-ku.
Nenek   Saya akan terus menangis. Biar geledek menyambar saya tetap menangis.
Kakek    Katakan bidadariku apa yang……..
Nenek                  Saya bukan bidadari.
Kakek    Katakan malaikat ku.
Nenek   Saya bukan malaikat!
Kakek     Katakan dewiku………..
Nenek   Saya bukan dewi.
Kakek    Terserah siapa kau tapi katakana………..
Nenek   Saya istrimu!
Kakek    Ya, katakan istriku apa yang……..
Nenek   Saya bukan istrimu!
Kakek    Tuhan-ku.
Nenek                   Kau kejam. Kau bagaikan patung perunggu dengan hati terbuat dari timah. Kau tidak punya perasaan. Kau nodai percintaan kita dengan perempuan berhati kaktus. Hatimu ular cobra. Kejam! Kejam! Tuhan, masukkan dia ke dalam neraka sampai kukunya hangus.
Kakek    (Menangis) Doamu jahat.
Nenek   Biar
Kakek    Kau ingin saya masuk neraka?
Nenek   Bukan. Kerak neraka. Neraka paling neraka.
Kakek    Kau kejam dank au sendiri?
Nenek   Ke sorga.
Kakek    Kau egoistis.
Nenek   Biar.
Kakek    Kenapa kita tidak sama-sama satu tempat?
Nenek   Tidak sudi.
Kakek    Kau rupanya ingin kita pisah.
Nenek   Ya, saya ingin kita pisah tapi kau tidak mengerti.
Nenek                  …..Saya ingin kita cerai.
Kakek    Cerai?
Nenek   Ya, cerai. Hari ini juga kita ke pengadilan. Kita cerai.
Kakek    Sayang, kau harus panjang berfikir untuk sampai ke sana.
Nenek   Kalau saya panjang fakir saya takut kita nanti tidak jadi cerai.
Kakek    Tapi kau harus berfikir…..
Nenek                   Dalam soal perceraian tidak perlu fikiran tapi perasaan seperti halnya soal percintaan. Pokoknya kita harus cerai.
Hari ini juga kita harus selesaikan surat-suratnya.
Kakek    Sekarang sudah terlalu siang dan saya kira kantor-kantor………
Nenek                   Kalau kantor-kantor tutup besokpun jadi, tapi mulai malam ini saya tidak sudi tidur satu kamar bersama kau.
Kau boleh tidur di kamar baca di ata kitab-kitabmu bersama rayap-rayapnya.
Suara Nita           B u s t a m i
Suara Joni           Ya, nyonya!
Kakek    Kau dengar? Nita sudah datang.
Joni lewat.
Kakek    Sayang diamlah.
Nenek   Saya tidak mau diam.
Kakek    Nita datang.
Nenek   Tidak perduli.
Joni lewat membawa banyak bungkusan belanja, begitu muncul Nita begitu Nenek lari ke dalam.


EMPAT BELAS
Kakek    (Mengejar) Sayang.
Nita                       Ada apa lagi, pak?
Kakek    Kaktus dalam kakus (Exit)
Nita                       Bustam.
Joni                        Ya, Nyonya.
Nita                       Ibu dan bapak bertengkar?
Joni                        Tidak tahu, nyonya, tapi saya dengar mereka tangis tangisan.

LIMA BELAS
Ketika Nita dan kemudian Joni exit, muncul Sopir Arba membawa beberapa koper dan tas meletakkan di sana, tidak lama kemudian muncul Novia dengan anak-anaknya, Meli dan Feri.
Arba                      Di sini, nyonya?
Novia                    Ya, letakkan saja di sini dulu.
Arba                      Yang lainnya, nya?
Novia                    Biarkan saja di mobil, kau tunggulah disana.
Meli                       Papa nanti ke sini, Mam?
Novia                    Ya, sayang (berseru) Pak Arba!
Arba                      Ya, nyonya?
Novia                    Tidak, nanti saja.
Arba                      Baik, nyonya (exit)
Feri                        Mana bude Ita, Mam?
Novia                    Sebentar, sayang.
Feri                        Feri ingin lihat ikan, Mam?
Novia                    Sebentar, sayang, sebentar.
Meli                       Meli juga, Mam.
Novia                    Ya, sayang Meli dan Feri boleh lihat ikan dengan janji tidak main-main air. Nanti ikannya sakit. Kalau ikannya sakit nanti Kakek  dan Nenek menangis.
Feri                        Nenek juga suka menangis, Mam?

ENAM BELAS
Muncul Nita dan terkejut.
Nita                       (Setelah memainkan Meli dan Feri) Ada apa lagi Novia?
Novia                    Nanti saya ceritakan semuanya. Mana Memet?
Nita                       Bustam!
Joni                        Ya, nyonya.
Novia                    Memet!
Nita                       Ya, nyonya.
Novia                    Bawa masuk Meli dan Feri (pada anak-anaknya) Siapa yang mau lihat ikan?
Meli dan Feri mengacungkan tangannya: Saya Mam.
Novia                    Ikutlah sama Mang Memet.
Joni                        Ayo lita nonton ikan.
Joni dan Meli dan Feri masuk ke dalam.

TUJUH BELAS
Nita                       Lagu lama?
Novia                    Tapi kali ini saya kira yang terakhir.
Nita                       Dulu kau juga bilang begitu.
Novia                    Tapi, Nita, kau sendiri bisa menimbang bagaimana sakitnya perasaan saya melihat tingkah Vita terhadap pasiennya yang pura-pura sakit itu.
Nita                       Siapa lagi?
Novia                    Icih, anak sunda itu, pacarnya waktu sekolah.
Nita                       Tapi kalau memang dia sakit apa salahnya berobat kepada suamimu?
Novia                    Saya yakin dia hanya pura-pura sakit.

DELAPAN BELAS
Kakek    Begitu Nita. Kau harus dengar dari permulaan sekali soal ibumu……
Novia                    Pak…..
Kakek    Ada apa kau? Baru kemarin kau pulang dari sini? Dengan siapa?
Novia                    Anak-anak.
Kakek    Mana mereka?
Novia                    Di belakang. Lihat ikan seperti biasanya.
Kakek                    (Setelah berfikir) Kebetulan kau datang. Begini. Tidak salah kalau kau juga sebagai anak tahu. Ini persoalan juga sangat runcing dan bisa mengakibatkan kesedihan berlarut-larut.
Novia                    Soal apa pak?
Nita                       Ibu Purik. Ibu marah.
Novia                    Kenapa?
Kakek                    Itulah dengarkan saya (berfikir). Begini. Soalnya sepele dan tidak bermutu. Ibumu tidak suka tanaman kaktus. Saya suka tanaman itu. Bahkan saya punya tanaman kaktus dalam kakus. Ibumu marah-marah.
Novia                    Bapak tidak mau mengalah?
Kakek    Selama hidup saya selalu mengalah dan terus-terusan kalah malah.
Novia                    Buang saja kaktus itu.
Nita                       Soalnya bukan kaktus. Soalnya itu cemburu pada nyonya Enas.
Kakek     Ya, begitulah kalau tanpa tedeng aling-aling. Ibumu cemburu dan minta cerai.
Novia                    Minta cerai?
Kakek    Minta cerai. Bahkan ibumu minta supaya hari ini juga diselesaikan surat-suratnya.
Novia                    Ibu?
Nita                       Ya, seperti kau sekarang.
Kakek    Apa? Seperti kau, Novia? Ada apa? Kau juga sedang minta cerai? Dari siapa?
Nita                       Dari siapa. Dari suaminya tentu, Vita.
Kakek                    Kau dan ibumu memang satu jiwa. Alasan apa yang mendorong kau meminta kesedihan serupa itu? Kebodohan macam apa yang mengotori otakmu? Cerai! Seakan dengan mendapatkan kata itu kau dapat mengecap hidup inilebih nikmat? Novia, kau jangan seperti gadis ingusan. Kamu kira rumah tangga itu rumah-rumahan dari kotak geretan yang dengan mudah dapat kau bongkar-bongkar dank au susun-susun? Novia, kau sudah waktunya menginsafi bahwa rumah tangga adalah rumah suci yang lain, seperti masjid, gereja dan kelenteng. Dan rumah suci adalah tempat dimana firman-firman Tuhan yang agung dan suci dimulyakan, rumah suci adalah tempat dimana cinta kasih ditumbuh-kembangkan menjadi gairah hidup, untuk meraih maka hidup yang samara dalam semesta ini.
Tuhanku…
Novia, alasan picisan apa yang menjadikan kau begitu gairah mendapatkan surat talak? Jangan main-main. Ini bukan lagi semata persolan kau, juga bukan persoalan suamimu semata, tetapi persoalan anak-anakmu yang masih kecil (Menangis)

Meli, Feri…. Ini sudah menjadi persolan Negara, persoalan dunia, saya tidak boelh membiarkan rumahmu terbakar hanya disebabkan api mainan yang diminyaki cemburu buta. Saya harus beritahu segera ibumu. (Exit)

0 komentar

Posting Komentar