Kamis, 22 Desember 2016

Naskah Drama Pada Suatu Hari Bagian 3

SEMBILAN BELAS
Nita                       Novia, apakah kau tidak pernah memperhatikan baik-baik betapa jernih mata anak-anakmu yang lucu itu. Meli dan Feri.
Novia                   Tapi kau juga bisa menimbang betapa sakitnya hati saya. Coba saja, icih. Si sundal itu hampir setiap hari ia berobat ke rumah.
Nita                       Tiap hari?
Novia                    Tidak. Maksud saya hampir seminggu sekali.
Nita                       Seminggu sekali?
Novia                    Katakanlah sebulan sekali tapi sekalipun begitu tingkahnya yang kekanak-kanakan cukup membakar seluruh amarah saya.
Nita                       Bagaimana kau tahu? Apa kau ikut memeriksa penyakitnya?
Novia                    Saya terpaksa jadi polisi kalau tahu perempuan itu mau berobat. Sengaja saya masuk dalam kamar praktek. Pura-pura mencari sesuatu.
Nita                       Kau juga dengan apa yang dipercakapkan Icih dengan suamimu?
Novia                    Dengar.
Nita                       Apa?
Novia                    Seperti dokter dan pasien.
Nita                       Lalu apa yang kau cemburukan?
Novia                    (Setelah diam) Kalau periksa dalam.
Nita                       Kenapa kau tidak ikut ke dalam dan menyaksikan Vita memeriksa tubuh perempuan itu.
Novia                    Gila.
Nita                       Lalu kau di luar saja.
Novia                    Tentu saja.
Nita                       Itulah kesalahanmu.
Novia                    Lalu apa saya perlu juga membuka kancing roknya? Gila!
Nita                       Daripada kau di luar dan membayang-bayangkan yang tidak-tidak?
Novia                    Saya tidak membayang-bayangkan tapi memastikan.
Nita                       Tapi nanti dulu. Coba jelaskan. Jujur. Icih sudah bersuami?
Novia                    Ini bukan masalah bersuami atau belum tapi masalah watak. Sekalipun perempuan jalang itu sudah mati saya yakin rohnya masih banal.
Nita       Betul-betul kau diliputi kemarahan saja. Cobalah berfikir dengan tenang. Sebegitu banyak sudah kata yang kau ucapkan tapi tidak sepatahpun kata yang dapat menjelaskan kenapa kau minta cerai dari suamimu. Kalau kau mau jujr sebenarnya kau hanya digerakkan oleh prasngka-praangkamu sendiri saja. Coba. Kalau kau bisa cemburu oleh Icih kenapa oleh puluhan perempuan-perempuan lain atau bahkan gadis-gadis yang juga berobat kepada suamimu?
Novia    Apa kau kira semua perempuan banal seperti sundal itu? Kalau ternyata memang demikian sayapun pasti cemburu sebesar-besarnya terhadap semua perempuan. Tapi saya kira kaupun yakin tidak semua perempuan punya leher selenggang-lenggok leher Icih yang suka membelit leher suami orang lain.


DUA PULUH
Muncul Nenek dan Kakek .
Nenek                   (Menubruk Novia sambil menangis) Novia, sayang, kau jangan suka membaca roman-roman picisan. Kau bisa bayangkan sendiri apa jadinya isi kepalamu dengan roman-roman seperti itu. Dengan membaca cerita-cerita cengeng seperti itu kau sama dengan mengisi usus besarmu dengan minuman keras. Sekali-kali tentu kau boleh, tapi kalau setiap hari kau minum arak sama dengan memperpendek usiamu sendiri.
Nenek    ………….Novia, ibu yakin kau telah terpengaruh roman-roman sampah itu sehingga hidup bagimu tak ubahnya seperti mainan peranan belaka. Bacalah Romeo Juliet. Bacalah tentang kesetiaan cinta, dan singkirkan bacaan yang mengajarkan kebencian dan perceraian. Kau kira perceraian itu jalan cuci?
Kakek    Kau kira kau akan menjadi betina yang jantan kalau kau berhasil bercerai dengan suamimu?
Nenek  Jangan kau sangka perasaanmu dan kecemburuanmu akan menuntun hidupmu kea rah kebahagiaan.
Nita                       Juga jangan lupakan Meli dan Feri.
Kakek                    Hanya karena soal cemburu, soal-soal roman picisan rumah tangga kau bongkar? Kenapa tidak kandang ayam saja yang kau bongkar yang sudah jelas sudah tapuh itu?
Nenek  Novia, sayang, tidak satupun kebaikan yang terselip dalam niatmu untuk bercerai dari suamimu. Lagi tidakkah kau dapat membayangkan kembali kebaikan-kebaikan suamimu seperti katamu dulu, ketika kau mendesak ibu agar menerima lamaran? (Novia akan bicara) tidak perlu kau bicara apa-apa.
Kakek     Ya, tidak perlu sebab, kata-kata seru saja yang kau punya sekarang.
Nenek                  Kau dalam keadaan marah. Dalam keadaan marah lebih baik orang diam, dan lebih baiklagi kalau kau mau mendengarkan sayan orang lain.
Kakek    Ya, saya kira begitu. Ibumu sebenarnya juga sedang marah tetapi tak sepatahpun kata kata yang diucapkan.
Nenek                   Ban ini, kopor-kopor iniapa perlu artinya? Main-main kau sudah keterlaluan.
Novia                    Saya tidak main-main, bu, saya sungguh-sungguh.
Nenek                  Lebih jelek lagi (menangis lagi) Tuhanku, apa jadinya nanti kalau kau jadi berpisah dengan Vita yang dulu kau agung-agungkan? Apa jadinya hidupmu?
Nita       Apa jadinya anak-anakmu? Meli dan Feri akan kehausan cinta sebab mereka tidak akan lengkap menerima keutuhan cinta.
Nenek  Fikirkan baik-baik, sayangku. Singkirkan kegelapan yang dibenihkan setan cemburu.
Kakek     Apa kira surat talak itu cek?
Nenek                   Tuhanku, limpahilah anak saya dengan cahaya kasih Mu. Novia, tidakkah kau bisa menimba pelajaran dari pengalaman-pengalaman ibu dan ayahmu?
Kakek     Ayah dan ibumu berumah tangga selama setengah abad, tanpa sedikitpun membiarkan setan talak bertelur dalam kamar tidurnya, bahkan tidak dalam dapurnya.
Nenek                   Kami bagaikan Adam dan Hawa.
Kakek                     Apa kau pernah mendengar Hawa minta talak kepada Adam? Berkacalah kepada ibu dan Ayahmu. Kamilah pasangan abadi dunia dan akhirat.
Nenek                  Kami bagaikan Sam Pek dan Eng Tay.
Kakek    Pronocitro dan Roro Mendut.
Nenek                  Di sahara kami adalah Leila dan Qais.
Kakek                    Kau sendiri tahu betapa setianya Layonsari sampai-sampai ia bunuh diri demi cintanya kepada Jayaprana.
Nenek                   Bacalah semua itu, sayang. SEmua itu pusaka Nenek moyang kita yang manjur.
Kakek    Demi menegakkan tiang-tiang rumah tangga kita, berfikir dengan tenang.
Nita                       Dan demi kebahagiaan anak kita. Adikku, kau begitu bahagia dengan Meli dan Feri dan papanya Vita kenapa kau sebodoh itu mau memuaskan kebahagiaan itu? Tidakkah kau tahu bahwa diam-diam saya sebagai kakakmu selalu merasa iri karena saya dan suami saya tidak pernah diberkahi anak?
Nenek                   Belum. Nita.
Kakek     Kau tidak boleh berkata begitu.
Novia                    Tapi bu.
Nenek                   Tidak, jangan bicara.
Kakek    Sekarang kau tidak akan bicara kecualimarah-marah.
Nenek                   Marah-marah hanya menghasilkan kerut muka.
Kakek     Ibumu juga tidak suka marah.
Nenek                   Sekali-kali tentu saja boleh sekedar olah raga urat muka, tapi kalau terlalu sering bisa membuatpenyakit.
Nita       Dan anak-anakmu, Novia, anak-anakmu? Akan kau biarkan mereka kehausan cinta hanya demi kepuaan amarahmu? Egoistis?
Novia    Saya tidak akan bicara apa-apa, saya hanya akan menjelakan panjang lebar. Duduk perkaranya.
Nenek                   Bicaralah.
Kakek    Apa persoalannya.
Nita                       Sudahlah, kita semua sudah mengerti.
Nenek                  Biarlah dia jelaskan semua, Nita.
Kakek    Bagaimana kita bisa mengerti tanpa lebih dulu mendengar penjelasannya?
Novia                    Vita mau kawin lagi.
Nita                       Apa kau bilang?
Kakek     Dia bilang apa?
Nenek                   Apa kau yakin itu kalimatmu? Saya yakin kalimat itu kau pungut dari salah satu buku picisanmu (berseru) Joni! (tak ada sahutan)
Nita                       Bustam !
Novia                    Memet !
Kakek    Joni!
Joni                        Ya, tuan besar.
Nita                       Air dingin, Bustam!
Novia                    Cepat, Met!
Joni                        Sebentar, nyonya.
Nita                       Permainanmu terlalu kasar, Novia, kalau kau teruskan ibu bisa pingsan.
Novia                    Maksud saya, maksud saya, Vita serong.
Nenek                   Dari halaman berapa kau pungut kalimat itu? (berseru) Joni!
Novia                    Met !
Kakek    Joni !
Nita                       Bus !
Joni tergesa membawa empat gelas air dingin, mereka berempat sama-sama minum
Nita                       Ganti kalimatmu, Novia.
Kakek     Ya, kalau kau tidak ingin perut kamu kembung oleh air dingin.
Nenek                  Cari halaman lain yang lebih lembut kata-katanya.
Novia                    Ibu, saya cemburu.
Nenek                  Nah, itu baik. Cemburu itu suci. Hanya dengan modal itu kaumampu bercinta.
Novia                    Tapi vita keterlaluan.
Kakek     Barangkali cemburu kau yang keterlaluan.
Nita                       Novia, cemburu pada salah seorang pasien Vita.
Nenek                   Novia, rupanya kau beluim menyadari bahwa usapan tangan seorang dokter lembut dan suci seperti lembut usapan orang-orang suci atau bahkan nabi. Dokter-dokter bekerja atas tugas suci. Merekalah yang paling nyata mengamalkan firman-firman Tuhan. Kalau kau mau mengerti para dokterlah yang paling banyak tahu tentang penderitaan manusia sepanjang sejarahnya. Merekalah yang berjuang dengan nyata agar kita bisa mengecap hidup ini bertambah baik.
Kakek    Merekalah menghibur kita, menyembuhkan kita dari segala macam luka yang ditatahkan sang kala.
Nenek                  Saya jadi terharu.
Kakek    Kasihan Vita.
Nenek                   Anak sebaik itu dicurigai.
Kakek    Seperti nabi-nabi yang diludahi oleh umatnya sendiri.
Nenek                  Kau kejam, Novia Abujahal kau.
Kakek    Judas kau.
Dengan pucat dan tergesa Joni muncul.
Nita                       Ada apa, Bus?
Nenek                  Ada apa, Joni?
Novia                    Ada apa, Met?
Joni                        Meli, nya.
Keempatnya      Meli?
Joni                        Feri.
Keempatnya      Feri?
Joni                        Meli dan Feri ?
Keempatnya      Meli dan Feri?
Joni                        Ya, nya.
Keempatnya      Kenapa?
Joni                        Hilang.
Keempatnya      Apa?
Joni                        Hilang.
Keempatnya      Diculik ?
Joni                        Hilang.
Novia                    Kau gila.
Nita                       Kau taruh dimana mereka?
Kakek    Beberapa kali saya bilang, hati-hati.
Nenek                   Dunia penuh culik.
Nita                       Kenapa kau bengong begitu?
Keempatnya      Cari.
Nita                       Tidak telpon dulu.
Kakek    Polisi.
Kemudian mereka berimprovisasi, mereka betul-betul cemas, takut dan lain-lain.
Nita                       Meli ! Feri ! Di mana.
Kakek     Cucuku.
Nenek                  Cucuku.
Novia                    Met !
Joni                        Ya, nya.
Novia                    Panggil Arba.
Arba                      Saya di sini, nya.
Novia                    Kenapa kau diam saja?
Arba                      Saya di sini, nya.
Novia                    Meli dan Feri hilang.
Arba                      Mereka diculik, nya.
Novia                    Diculik?
Arba                      Papanya sendiri yang menculik, kira-kira seperempat jam yang lalu tuan dokter tadi menemui saya dan diam-diam mengajak Meli dan Feri pulang.
Novia                    Gila kamu.
Kakek  dan Nenek dan Nita muncul.
Nenek                  Di mana mereka?
Kakek    Sudah ada telpon dari Polisi?
Nita                       Tukang rokok seberang jalan Cuma bilang bahwa seorang laki-laki telah membawa lari Meli dan Feri dalam sebuah mobil.
Nenek dan Kakek  : Apa?
Nenek                   (minum) Telpon polisi lagi.
Telpon berdering.
Kakek    Pasti dari Polisi.
Nenek                   Cucuku yang malang…. Oh saya sedang membayangkan mereka menangis karena penculik itu mengeluarkan pisau cukur.
Nita                       (menyerahkan pesawat telpon) untuk mamanya Meli.
Kakek    Dari Polisi?
Nita                       Dari Meli.
Kakek    Berapapun bayar saja permintaannya.
Nenek                   Saya yakin pisau cukur itu menyentuh lehernya yang halus.
Nita                       Meli dan Feri sudah di rumahnya ekarang. Mereka diculik oleh papanya sendiri.
Nenek                   Dongeng apa ini?
Kakek                    Keterlaluan! Keterlaluan! Saya tidak bisa memaafkan permainan kasar seperti ini ini.
Nenek  Kenapa berang begitu? Seharusnya kita bersyukur bahwa ini semua Cuma main-main.
Kakek    Justru lantaran main-main saya jadi berang.
Nenek                  Lalu apa kau berharap semua ini sungguh-sungguh? Apa memang kau berharap agar Meli dan Feri diculik?
Kakek     Bukan begitu maksud saya, tapi permainan ini bukan untuk orang-orang tua macam kita. Ini permainan pemuda dan bukan untuk orang-orang yang rapuh jantungnya.
Setelah Novia telpon, Nita mendekati dan keduanya bercakap tampak Nita membujuk Novia.

Kakek                     Betapapun akan saya marahi Vita. Akan saya katakana bahwa sebagai dokter dia kurang mempertimbangkan kemungkinan effek psikologis dari permainannya. Apa dia tahu bahwa setiap kali saya harus mengatur peredaran darah saya sedemikian rupa di depan aquarium sambil mendengarkan lagu-lagu yang paling lembut agar kesehatan saya terpelihara? Dengan permainan baru saja, sama dengan dia meledakkan granat di atas batok kepala saya. Apa dia fakir dia mampu mengobati kalau saya sakit keras? Barang kali dia lupa bahwa dia dokter muda. Dokter muda jelas baru tahu tentang ilmu kedokteran seninya. Untuk ia, ia perlu bergaul dengan alam. Banyak tingkah. Coba……
Novia                    Pak, Ibu, saya permisi pulang.
Kakek    Tanpa minta maaf?
Pulanglah dan bilanglah pada suamimu besok dia harus menghadap kemari.
Novia                    Pulang dulu, bu.
Nenek                  Jangan lupa semua nasehat ibu.
Novia                    Ya, bu.
Joni                        Polisi, Nyonya.
Nita                       Sebentar, saya ke muka.

TAMAT

0 komentar

Posting Komentar