Kamis, 01 Desember 2016

Matinya Tukang Kritik Bagian 6

HOLOGRAM 1:

Lihatlah dia yang selalu tertidur tapi setiap saat merasa terjaga… Ia menderita disiksa mimpi-mimpi yang ia kira kenyataan hidupnya

HOLOGRAM 2:

Bangun… Ini sudah tahun 2028.

HOLOGRAM 1:

Ia masih tersesat di abad silam…

Terdengar genta waktu menggema.

HOLOGRAM 2 :

Tahun 2045

Terdengar lagi genta waktu menggema

HOLOGAM 1:

Tahun 2066

HOLOGRAM 2:

Kau dengarkah yang berdenyut di jantungmu. Suara-suara yang menge-pungmu.

Sementara itu Raden Mas Suhikayatno terbangun, antara tidur dan jaga, memangdangi sekililing yang bagai tak dikenalinya

DENMAS:

Di mana saya…

HOLOGRAM 1:

Kamu ada di mana kamu merasa ada…

HOLOGRAM 2:

Kamu tak ada di mana-mana…

Raden Mas Suhikayatno kebingungan menatap sosok bayang-bayang itu…

DENMAS:

Siapa kamu!

HOLOGRAM 1:

Aku Tukang Kritik yang berjalan melintasi waktu… Akulah kamu yang selalu menyebunyikan wajahmu… Mereka yang membanggakan diri jadi Tukang Kritik, padahal bermuslihat pura-pura baik.

DENMAS:

Tidak….Tidak….

HOLOGRAM 2:

Kamu marah karena kamu dilupakan. Kamu selalu menunggu surat itu datang. Surat yang akan mencatat namamu di barisan para pahlawan…

DENMAS:

(Berteriak-teriak memanggil pembantunya) Bambanggg!!! Bambanggg!!!

HOLOGRAM 1:

Lihat sekelilingmu… Ini tahun 2070… Kamu terselip dipojokan sejarah. Tak ada lagi yang mengingatmu. Tak ada lagi yang membutuhkanmu.

DENMAS:

(Terus berteriak-teriak ) Bambanggg..!!! Bambanggg!!!….

Terdengar genta waktu menggema, berulangkali. Sementara Raden Mas Suhikayatno terus berteriak memanggil pembantunya. Memegangi kepalanya yang kesakitan. Gelombang waktu berpusaran dalam kepalanya.

Terdengar terompet pergantian tahun. Dua sosok hologram itu perlahan menghilang. Hanya tinggal terdengar suaranya di sela pekik keramaian dan sorak-sorai menyambut pergantian tahun… Cahaya kembang api meledak warna-warni!

TERDENGAR SUARA MEKANIS :

Tahun 3001.

TERDENGAR SUARA MEKANIS :

Tahun 3002.

Gerigi mesin waktu berderak-derak bersama lengking terompet pergantian tahun dan pijar kembang api warna-warni, berpijar di langit kota modern…

TERDENGAR SUARA MEKANIN :

Tahun 3003.

TERDENGAR SUARA MEKANIS :

Tahun 3004.

TERDENGAR SUARA MEKANIS :

Tahun 3005.

DENMAS :

(Menjerit keras melengking panjang) Baambbbaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa-aaaaaaannnnnnggggggggggggggg……..

Cahaya tiba-tiba benderang dan semua keriuhan dan suara seketika berhenti. Sepi. Panggung seperti ruang steril hampa udara. Pucat perak…

Raden Mas Suhikayatno tersandar di kursi goyang diterangi cahaya terang monokrom. Raden Mas Suhikayatno memandang bingung sekeliling…

Video-multimedia menghadirkan gambar-gambar gedung menjulang, siluet kota-kota ultra modern. Jalan-jalan layang metalik, mobil-mobil terbang. Kota futuristik. Raden Mas Suhikayatno jadi terlihat terpencil dan kecil dibawah semua bayang-bayang gedung-gedung menjulang itu. Ia hanya memandangi semua itu seperti orang bingung…

DENMAS:

Pernahkan kalian merasa begitu kesepian seperti yang kini saya rasakan?… Kesepian karena kehilangan peran… Mau apa saya… Semua sudah serba rapi. Tertib. Terkomputerisasi. Tak ada lagi yang bisa dikritik…

Raden Mas Suhikayatno menggerak-gerakkan kepalanya, memain-mainkan tangannya seperti kanak-kanak yang bermain menciptakan bayang-bayang. Tapi Ia kemudian segera bosan. Apa pun yang ia lakukan, ia segera merasa bosan.

DENMAS:

Makan sudah… Baca sudah… Tidur sudah… Masturbasi sudah… Apa lagi ya?

Muncul Robot pembantu rumah tangga.[35] Dibalut pakaian ketat perak. Mekanis. Robotik. Robot itu membawakan minuman dalam gelas bening….

ROBOT :

Good morning… Good morning…

Robot itu memberikan minuman kepada Raden Mas Suhikayatno, yang segera menimun isi gelas itu…

DENMAS:

(Setelah meminum) Bahkan minuman pun sudah pas betul… Saya tidak bisa mengritik kurang pahit atau kurang manis… Bahkan yang namanya bau, panas, dingin… semua sudah sesuai dengan keinginan setiap orang! Ternyata negeri adil makmur tentram karta raharja bukanlah utopia…

Raden Mas Suhikaatno lalu dengan males menyerahkan gelas itu lagi kepada robot itu…

ROBOT:

Thank you… thank you… Kamsiah…

Lalu Robot pergi…

DENMAS:

Itu tadi hasil cloning Bambang… pembantu saya yang sudah mati tahun 2022 lalu. Dia keturunannya yang ke 4. Bergelar Raden Mas Bambang Mangkukulkas XI. Dengan kode mesin: PRT 3005 GX …

Cahaya datar. Monokrom. Raden Mas Suhikayatno kembali merasa bingung. Kesepian. Ia tak tahu harus berbuat apa. Duduk tak betah. Berdiri tak betah. Berjalan tak betah. Ia tak tahu harus bagaimana.

Sampai para pemusik berkomentar: “Kenapa, Mas?… Kok bingung begitu?”

DENMAS:

Bingung mau ngritik apa… Punya pembantu saja robot. Nggak bisa disiksa pakai setrika… Zaman macam apa ini, kok semua serba tertib! Serba teratur.

Raden Mas Suhikayatno duduk bingung. Membuka-buka majalah. Koran. Tabloid sepintas lalu. Bosan…

DENMAS:

Semua berita baik… Nggak ada pembunuhan. Nggak ada gossip artis kawin cerai… Bosen!

Lalu kembali kepada para pemusik.

DENMAS:

Ayo dong kalian bikin keributan… Apa saja deh! Merkosa kambing juga boleh… Mau ya? Ya? Apa kalian seneng hidup tertib begini. Sekali-kali bikin masalah ‘kan ya nggak papa. Gini saja, kalian saya bayar… Kita demonstrasi ramai-ramai…

Para pemusik menanggapi. Tanpa ekspresi. Kompak. Menggeleng serempak. Mengang-guk serempak. Mekanik.

Karena tak memperoleh tanggapan sebagaimana yang diharapkan, Raden Mas Suhikayatno segera menuju ke kursi goyang. Duduk di sana. Kembali kesepian…

DENMAS:

(Memandang sekeliling) Inilah jaman di mana bahkan nabi pun sudah tidak lagi diperlukan…(Kembali memain-mainkan tangan,, seperti orang menghitung berulang-ulang) Makan sudah…tidur sudah… mandi sudah… makan sudah… tidur sudah… mandi sudah… makan sudah….. tidur sudah… mandi sudah… (gerakan tangan dan tubuhnya makin lama makin seperti orang yang menderita autis)

Suara Raden Mas Suhikayatno terdengar seperti bandul yang berayun-ayun monoton. Terdengar juga detak waktu yang menyertai nada suara Raden Mas Suhikayatno itu.

Mendadak seperti terdengar suara letusan yang mengagetkan. Raden Mas Suhikayatno meloncat kaget, gembira…

DENMAS:

(Begitu bahagia, mengepalkan tangan senang) Yes! Cihuuiiyyy! Akhirnya ada mahasiswa yang mati tertembak! … Alhamdulillah… Akhirnya ada yang bisa dikritik… (Bersemangat) Ayo, kita protes! Ayo… (Jeda) Apa? (mendadak loyo) Bukan mati tertembak? Cuma mati bahagia… Kok tidak heroik ya matinya…

Kembali duduk kecewa. Kembali ke kursi goyang…

DENMAS:

(Kembali memain-mankan tangan,, seperti orang mengitung berulang-ulang) Makan sudah…tidur sudah… mandi sudah… makan sudah… tidur sudah… mandi sudah… makan sudah….. tidur sudah… mandi sudah… (Gerakan tangan dan tubuhnya kembali makin lama makin seperti orang yang menderita autis)

Sampai kemudia suara Raden Mas Suhikayatno perlahan melemah, dan menghilang…

Kini yang terdengar hanya detak waktu yang monoton. Bersamaan itu cahaya yang monokrom dan datar itu perlahan menyurut. Kursi goyang itu terlihat tenang di bawah sorot cahaya yang kuat pucat. Waktu mendengung panjang. Menggelisahkan.

Kemudian mucul Robot itu. Berjalan mekanik mendekati kursi goyang. Tangan Robot itu terulur kaku ke depan, membawa selembar surat…

ROBOT:

Good morning…. Good morning… Bangun, Tuan… Wake up… Wake up… Bangun, Tuan… Ada surat… Ada surat… Bangun, Tuan… Bangun, Tuan… Ada surat… Ada surat…

Tapi Raden Mas Suhikayatno tak bergerak. Kursi goyang itu tetap tenang. Robot itu terus memanggil-manggil mekanik. Sampai semua cahaya perlahan meredup. Tinggal menyorot ke arah kursi goyang yang tetap tenang itu. Suara robot itu terus-menerus terdengar berulang-ulang. Berulang-ulang…

Semua cahaya menggelap perlahan.
  

PERTUNJUKAN SELESAI

0 komentar

Posting Komentar