HOLOGRAM
1:
Lihatlah
dia yang selalu tertidur tapi setiap saat merasa terjaga… Ia menderita disiksa
mimpi-mimpi yang ia kira kenyataan hidupnya
HOLOGRAM
2:
Bangun…
Ini sudah tahun 2028.
HOLOGRAM
1:
Ia
masih tersesat di abad silam…
Terdengar
genta waktu menggema.
HOLOGRAM
2 :
Tahun
2045
Terdengar
lagi genta waktu menggema
HOLOGAM
1:
Tahun
2066
HOLOGRAM
2:
Kau
dengarkah yang berdenyut di jantungmu. Suara-suara yang menge-pungmu.
Sementara
itu Raden Mas Suhikayatno terbangun, antara tidur dan jaga, memangdangi
sekililing yang bagai tak dikenalinya
DENMAS:
Di
mana saya…
HOLOGRAM
1:
Kamu
ada di mana kamu merasa ada…
HOLOGRAM
2:
Kamu
tak ada di mana-mana…
Raden
Mas Suhikayatno kebingungan menatap sosok bayang-bayang itu…
DENMAS:
Siapa
kamu!
HOLOGRAM
1:
Aku
Tukang Kritik yang berjalan melintasi waktu… Akulah kamu yang selalu
menyebunyikan wajahmu… Mereka yang membanggakan diri jadi Tukang Kritik,
padahal bermuslihat pura-pura baik.
DENMAS:
Tidak….Tidak….
HOLOGRAM
2:
Kamu
marah karena kamu dilupakan. Kamu selalu menunggu surat itu datang. Surat yang
akan mencatat namamu di barisan para pahlawan…
DENMAS:
(Berteriak-teriak
memanggil pembantunya) Bambanggg!!! Bambanggg!!!
HOLOGRAM
1:
Lihat
sekelilingmu… Ini tahun 2070… Kamu terselip dipojokan sejarah. Tak ada lagi
yang mengingatmu. Tak ada lagi yang membutuhkanmu.
DENMAS:
(Terus
berteriak-teriak ) Bambanggg..!!! Bambanggg!!!….
Terdengar
genta waktu menggema, berulangkali. Sementara Raden Mas Suhikayatno terus
berteriak memanggil pembantunya. Memegangi kepalanya yang kesakitan. Gelombang
waktu berpusaran dalam kepalanya.
Terdengar
terompet pergantian tahun. Dua sosok hologram itu perlahan menghilang. Hanya
tinggal terdengar suaranya di sela pekik keramaian dan sorak-sorai menyambut
pergantian tahun… Cahaya kembang api meledak warna-warni!
TERDENGAR
SUARA MEKANIS :
Tahun
3001.
TERDENGAR
SUARA MEKANIS :
Tahun
3002.
Gerigi
mesin waktu berderak-derak bersama lengking terompet pergantian tahun dan pijar
kembang api warna-warni, berpijar di langit kota modern…
TERDENGAR
SUARA MEKANIN :
Tahun
3003.
TERDENGAR
SUARA MEKANIS :
Tahun
3004.
TERDENGAR
SUARA MEKANIS :
Tahun
3005.
DENMAS
:
(Menjerit
keras melengking panjang)
Baambbbaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa-aaaaaaannnnnnggggggggggggggg……..
Cahaya
tiba-tiba benderang dan semua keriuhan dan suara seketika berhenti. Sepi.
Panggung seperti ruang steril hampa udara. Pucat perak…
Raden
Mas Suhikayatno tersandar di kursi goyang diterangi cahaya terang monokrom.
Raden Mas Suhikayatno memandang bingung sekeliling…
Video-multimedia
menghadirkan gambar-gambar gedung menjulang, siluet kota-kota ultra modern.
Jalan-jalan layang metalik, mobil-mobil terbang. Kota futuristik. Raden Mas
Suhikayatno jadi terlihat terpencil dan kecil dibawah semua bayang-bayang
gedung-gedung menjulang itu. Ia hanya memandangi semua itu seperti orang
bingung…
DENMAS:
Pernahkan
kalian merasa begitu kesepian seperti yang kini saya rasakan?… Kesepian karena
kehilangan peran… Mau apa saya… Semua sudah serba rapi. Tertib.
Terkomputerisasi. Tak ada lagi yang bisa dikritik…
Raden
Mas Suhikayatno menggerak-gerakkan kepalanya, memain-mainkan tangannya seperti
kanak-kanak yang bermain menciptakan bayang-bayang. Tapi Ia kemudian segera
bosan. Apa pun yang ia lakukan, ia segera merasa bosan.
DENMAS:
Makan
sudah… Baca sudah… Tidur sudah… Masturbasi sudah… Apa lagi ya?
Muncul
Robot pembantu rumah tangga.[35] Dibalut pakaian ketat perak. Mekanis. Robotik.
Robot itu membawakan minuman dalam gelas bening….
ROBOT
:
Good
morning… Good morning…
Robot
itu memberikan minuman kepada Raden Mas Suhikayatno, yang segera menimun isi
gelas itu…
DENMAS:
(Setelah
meminum) Bahkan minuman pun sudah pas betul… Saya tidak bisa mengritik kurang
pahit atau kurang manis… Bahkan yang namanya bau, panas, dingin… semua sudah
sesuai dengan keinginan setiap orang! Ternyata negeri adil makmur tentram karta
raharja bukanlah utopia…
Raden
Mas Suhikaatno lalu dengan males menyerahkan gelas itu lagi kepada robot itu…
ROBOT:
Thank
you… thank you… Kamsiah…
Lalu
Robot pergi…
DENMAS:
Itu
tadi hasil cloning Bambang… pembantu saya yang sudah mati tahun 2022 lalu. Dia
keturunannya yang ke 4. Bergelar Raden Mas Bambang Mangkukulkas XI. Dengan kode
mesin: PRT 3005 GX …
Cahaya
datar. Monokrom. Raden Mas Suhikayatno kembali merasa bingung. Kesepian. Ia tak
tahu harus berbuat apa. Duduk tak betah. Berdiri tak betah. Berjalan tak betah.
Ia tak tahu harus bagaimana.
Sampai
para pemusik berkomentar: “Kenapa, Mas?… Kok bingung begitu?”
DENMAS:
Bingung
mau ngritik apa… Punya pembantu saja robot. Nggak bisa disiksa pakai setrika…
Zaman macam apa ini, kok semua serba tertib! Serba teratur.
Raden
Mas Suhikayatno duduk bingung. Membuka-buka majalah. Koran. Tabloid sepintas
lalu. Bosan…
DENMAS:
Semua
berita baik… Nggak ada pembunuhan. Nggak ada gossip artis kawin cerai… Bosen!
Lalu
kembali kepada para pemusik.
DENMAS:
Ayo
dong kalian bikin keributan… Apa saja deh! Merkosa kambing juga boleh… Mau ya?
Ya? Apa kalian seneng hidup tertib begini. Sekali-kali bikin masalah ‘kan ya
nggak papa. Gini saja, kalian saya bayar… Kita demonstrasi ramai-ramai…
Para
pemusik menanggapi. Tanpa ekspresi. Kompak. Menggeleng serempak. Mengang-guk
serempak. Mekanik.
Karena
tak memperoleh tanggapan sebagaimana yang diharapkan, Raden Mas Suhikayatno
segera menuju ke kursi goyang. Duduk di sana. Kembali kesepian…
DENMAS:
(Memandang
sekeliling) Inilah jaman di mana bahkan nabi pun sudah tidak lagi
diperlukan…(Kembali memain-mainkan tangan,, seperti orang menghitung
berulang-ulang) Makan sudah…tidur sudah… mandi sudah… makan sudah… tidur sudah…
mandi sudah… makan sudah….. tidur sudah… mandi sudah… (gerakan tangan dan
tubuhnya makin lama makin seperti orang yang menderita autis)
Suara
Raden Mas Suhikayatno terdengar seperti bandul yang berayun-ayun monoton.
Terdengar juga detak waktu yang menyertai nada suara Raden Mas Suhikayatno itu.
Mendadak
seperti terdengar suara letusan yang mengagetkan. Raden Mas Suhikayatno
meloncat kaget, gembira…
DENMAS:
(Begitu
bahagia, mengepalkan tangan senang) Yes! Cihuuiiyyy! Akhirnya ada mahasiswa
yang mati tertembak! … Alhamdulillah… Akhirnya ada yang bisa dikritik…
(Bersemangat) Ayo, kita protes! Ayo… (Jeda) Apa? (mendadak loyo) Bukan mati
tertembak? Cuma mati bahagia… Kok tidak heroik ya matinya…
Kembali
duduk kecewa. Kembali ke kursi goyang…
DENMAS:
(Kembali
memain-mankan tangan,, seperti orang mengitung berulang-ulang) Makan
sudah…tidur sudah… mandi sudah… makan sudah… tidur sudah… mandi sudah… makan
sudah….. tidur sudah… mandi sudah… (Gerakan tangan dan tubuhnya kembali makin
lama makin seperti orang yang menderita autis)
Sampai
kemudia suara Raden Mas Suhikayatno perlahan melemah, dan menghilang…
Kini
yang terdengar hanya detak waktu yang monoton. Bersamaan itu cahaya yang
monokrom dan datar itu perlahan menyurut. Kursi goyang itu terlihat tenang di
bawah sorot cahaya yang kuat pucat. Waktu mendengung panjang. Menggelisahkan.
Kemudian
mucul Robot itu. Berjalan mekanik mendekati kursi goyang. Tangan Robot itu
terulur kaku ke depan, membawa selembar surat…
ROBOT:
Good
morning…. Good morning… Bangun, Tuan… Wake up… Wake up… Bangun, Tuan… Ada
surat… Ada surat… Bangun, Tuan… Bangun, Tuan… Ada surat… Ada surat…
Tapi
Raden Mas Suhikayatno tak bergerak. Kursi goyang itu tetap tenang. Robot itu
terus memanggil-manggil mekanik. Sampai semua cahaya perlahan meredup. Tinggal
menyorot ke arah kursi goyang yang tetap tenang itu. Suara robot itu
terus-menerus terdengar berulang-ulang. Berulang-ulang…
Semua
cahaya menggelap perlahan.
0 komentar
Posting Komentar