Selasa, 13 Desember 2016

Naskah Drama Orkes Madun 1 Bagian 6

Sepuluh

PESTA KAWIN. PUNCAK ACARA MERUPAKAN BARISAN-BARISA KETIKA DUA BUAH KERANDA MASUK BAGAI BARONGSAI!!! LAMPU TIBA-TIBA MATI.
KETIKA PARA NABI BANGUN OLEH SINAR FAJAR YANG TIDAK LAGI BERNAMA FAJAR, MEREKA SAMA TERKEJUT KARENA DI HADAPAN MEREKA ATAU DI SEPUTAR MEREKA – TIADA SEORANG PUN MANUSIA. YANG DI DEKAT ATAU DI SEPUTAR MEREKA HANYALAH PUING-PUING. PUING DAN PUING. ASAP DI MANA-MANA. BAU MERCON DI MANA-MANA, POTONGAN KAKI DI MANA-MANA, POTONGAN TANGAN DI MANA-MANA. BEBERAPA TOMBAK BEBERAPA PELURU KENDALI TERTANCAP DI LANGIT.. BEBERAPA GUMPAL MEGA MERAH KE HITAMAN OLEH DARAH.

PARA NABI
Apa yang terjadi?

(Seseorang memetik gitar)
Puing dimana-mana
Asap dimana-mana
Bau mercon
Bau mesiu, goblok
Mercon
Mesiu
Pokoknya sesuatu yang meledak
Tangan siapa ini?
Kaki siapa ini?
Cari kepalanya, nanti kamu kamu!
Kepala siapa ini
Cari KTP nya
KTP siapa ini?
Baca!
Nggak terbaca, karena darah beku menutup namanya. 
Apa yang terjadi semalam? Mereka baru saja menyelesaikan dua babak dari keenam babak sebuah sandiwara reyog-reyogan
Musik!

(Seseorang meniup suling)
Beberapa tombak…
Peluru kendali, goblok.
Beberapa tombak.
Peluru kendali
Beberapa peluru kendali tertancap di langit.
Bukan saja bumi luka-luka, rupanya langit juga.
Pasti bukan lagi mega atau pun awan yang berarak itu.
Memang awan memang mega namun berselimut darah beku.
Kalau semua sudah menjelma padang sunyi seperti ini pertanda orkes kita tamat riwayatnya.
Siapa yang akan kita hibur?

NYANYIAN
Siapa akan kita hibur?
Siapa mau kita hibur?
Bumi kosong
Langit kosong.
Adalah sebidang padang sunyi
Adalah sebaris para penyanyi
Saling memantulkan sunyi
Siapa akan kita hibur?
Siapa mau kita hibur?
Bumi kosong
Langit kosong
Kosongnya kosong melompong
Kosongnya kosong yang gosong
A…..
Huruf a melayang entah ke mana
I…..
Huruf I bersembunyi entah dimana
AAAA
IIIIIIII
AIA
AIA
A……

SAYUP-SAYUP TERDENGAR SUARA REYOGAN ROMBONGAN SEMAR CS

-              Suara apa itu?
+             Suara mereka
-              Kalau begitu, mereka masih hidup
+             Kalau ternyata tape recorder?
-              Ya nggak apa-apa
+             Kita cari mereka
-              Ya, kita perlu tahu babak-babak lain sandiwara mereka.
+             kenapa? Ada apa? Kok merenung begitu?
-              Sejak tadi saya yakin mereka masih hidup.
+             Alaaa! Ayo kita berangkat
(mereka berangkat menjelajahi sunyi demi sunyi)
-              lihat rombongan sandiwara semalam?

YANG DITANYA
Lihat!

NABI
Di mana mereka sekarang?

YANG DITANYA
Saya juga sedang cari

LALU ORANG ITU BERGABUNG, BEGITULAH MEREKA BERJALAN MENGARUNGI SUNYI DEMI SUNYI DALAM BARISAN YANG MAKIN LAMA MAKIN PANJANG. DAN SETIAP KALI MEREKA BERPAPASAN DENGAN ORANG LAIN YANG BERTUJUAN SERUPA

NABI
Suaranya makin jelas. Ya, makin jelas.

NABI
Ya. (Tiba-tiba semuanya diam) Pasti mereka. Betul kamu ternyata Cuma rekman suara mereka. Itu siapa yang berbaris di sana?

MEREKA KEMUDIAN KELUAR DAN MUNCUL SEMAR CS YANG ROBOH SATU-SATU LANTARAN? LALU MUNCUL ROMBONGAN NABI CS

NABI
Semar, semar….

SEMAR
Ya, saya Semar. Saya semar

NABI
Kalian darimana mau ke mana?

SEMAR
Dari cari penonton mau cari penonton

NABI
Gila sekali bahwa selama ini kita saling mencari penonton, cari mereka. Kalau begitu segeralah main. Penonton sudah berkumpul sekarang.

SEMUA BADUT-BADUT BERDIRI LUNGLAI DAN MEMANDANGI HADIRINNYA.

SEMAR
Jadi kalian masih hidup?

HADIRIN MENGANGGUK. BADUT CS MENANGIS PILU SEKALI (TIDAK KOMIKAL

SEMAR
Kami kira permainan kami semalam yang terakhir

KEMBALI BADUT CS MENANGIS

NABI
Sudahlah. Sudahlah.

SEMAR
Kami sedih tentang kalian

NABI
Sudahlah, sudahlah.

SEMAR
Selama ini kami bergurau tentang kalian

KALI INI BADUT CS MENANGIS LEBIH MEMILUKAN LAGI.

NABI
Musik! (Seseorang memainkan biola) Silakan Semarku, lanjutkan pertunjukanmu, kamu kelak ingin tahu nasib Madekur dan Tarkeni selanjutnya. (Semar cs tiba-tiba menangis lebih keras lagi) Kenapa? Ada apa?

SEMAR
Seperti lakon-lakon Arifin yang lain, mereka mati secara mengerikan sekali. Secara detail kami tak tahan melukiskannya.

NABI
Betul-betul kisah cinta nan penuh air mata.

SEMAR
Kedua mayatnya dalam satu lubang bersama sampah Jakarta

SESEORANG
Bagaimana bisa terjadi

SEMAR
Gampang saja. Mereka mati di pinggir kali atau di dekat tong sampah. Atau di trotoar, atau di bawah Monas. Atau di… atau di… gampang saja.

NABI
Tapi cobalah lukiskan selengkapnya.

SESEORANG
Nanti dulu. Saya protes. Bagaimana mungkin mereka dibiarkan oleh pemerintah begitu saja?

SEMAR
Pemerintah tidak tinggal diam. Pemerintah telah meminjamkan turk sampahnya dan membiayai ongkos penguburan sekedarnya.

SESEORANG
Seharusnya mereka dikubur di taman pahlawan. Jelas mereka pahlawan yang tangguh, ulet dan tahu harga diri.

SESEORANG
Kenapa tidak di taman pahlawan?

SEMAR
Karena bukan pahlawan.

SESEORANG
Kenapa bersama sampah?

SESEORANG
Karena sampah.

SEMAR
Terus terang dalam suasana murung tanpa harapan sama sekali seperti sekarang ini saya tidak berdaya bersandiwara lagi.

NABI
Semuanya sudah habis, sobatku. Bakatmu yang besar pasti sanggup mengusir kegeramanmu dan menggantikannya dengan kecerahan bocah menyajikan kekocakan-kekocakan, hiburan-hiburan serta harapan-harapan.

SEMAR
Semuanya sudah habis. Kekocakan telah menyusut kering bersama lapar dan dahaga. Apa yang terjadis emalam sungguh-sungguh di luar batas permainan selama ini. Bagaimana harus diterima? Dalam beberapa detik, semuanya berubah. Dalam satu hentakan segala sumber kehidupan dikeringkan bersama-sama. Dan….

Badut lain menampilkan diri sebagai badut-badut bisu.

SEMAR
Seketika para badut dan para penyanyi bisu bersama-sama.

NABI
Kalian hanya terlalu capek, yang kalian perlukan hanyalah hiburan, miuman dan makanan.

NYANYIAN
Tak pernah mutlak gelap
Tak pernah mutlak gelap
Tak pernah mutlak senyap
Tak pernah mutlak senyap
Tak pernah mutlak gelap
Tak pernah mutlak gelap
Mesti ada setitik cahaya
Meski setitik setitik hanya

WASKA
Bencana telah dibencanakan oleh semangatku oleh ruhku, oleh namaku. Waska, Waska, Waska…..

KOOR
Waska, Waska, Waska…..

WASKA
Peran Waska akan tampil memecah puing-puing yang berserakan sepanjang tepi senja, akan menghidupkan mayat-mayat dan dendam kesumat.

KOOR
Waska, Waska, Waska…..

WASKA
Peran Waska akan tampil memberi ruh pada jasadku yang lunglai kecapekan, yang kosong, yang gosong yang bagai kepompong.

KOOR
Uuuuuuuuuuuu…..

WASKA
Langit hanya berisi angin hari itu dan warna hitamku tumpah di seantero di mana-mana dan aku Waska sedang minum air kelapa.

TARKENI
Lalu aku Tarkeni datang menangis bersujud di kaki Waska mengadukan ihwal duka.

WASKA
Ada apa anakku? Kenapa menangis pilu itu?

TARKENI
Sakit kepalaku sampai ke kalbu lantaran dipukul suamiku.

WASKA
Madekur!!!

MADEKUR
Madekur luka hatinya, disobek-sobek oleh cemburu buta.

WASKA
Ya, karena belum matang jiwanya.

NABI I
Saya kira bukan soal matang, Semar. Kau belum tahu persoalannya seperti juga penonton yang lain.

WASKA
Pengalaman Waska sama kaya dengan alam

NABI I
Pengalaman saya sebaliknya, hanya sepertiga. Tapi dalam persoalan Madekur, saya yakin kau terlalu tergesa.

KOOR
Sebagai suami yang baik, Madekur semakin giat mencopet. 
Sebagai istri yang baik tarkeni semakin giat melonte.
Begitulah, pada suatu malam
Adalah enam belas lelaki antre depan Tarkeni
Lantaran Tarkeni semakin popular goyang pinggulnya
Dan Madekur suaminya terselip sebagai lelaki ke enam belas
Menunggu giliran dan jatah kemesaraan

WASKA
Lalu karena dia juga mendapat perlakuan sama seperti lelaki lain, Madekur cemburu.

SESEORANG
Apa kau juga bayar seperti lelaki lain?

MADEKUR
Sudah pasti dan saya bisa pastikan saya membayarnya dengan tarif tertinggi yang tidak akan pernah orang mau. Kalian bisa bayangkan betapa kecewa hati saya, malam itu., sementara berahi meregang-regang, sementara hasil uang copetan di tangan akan kuserahkan, saya harus menunggugiliran ke enam belas tanpa kebijaksanaan sedikitpun.

WASKA
Dan karena itu kamu pukul istrimu?

MADEKUR
Bukan karena itu. Itu soal kecil. Ada soal yang lebih besar.

NABI I
Percaya gak? Saya bisa pastikan….

WASKA
Jangan menduga-duga, dengar saja faktanya.

MADEKUR
Inilah soal besar itu: diantara ke enam belas lelaki tersebut adalah Maskat sahabatnya, yang ikut bersetubuh dengan Tarkeni.

WASKA
Apa salah Maskat kalau lelekai-lelaki yang lain berbuat serupa?

MADEKUR
Aku yang meyalahkan!!!

LALU DIA BERKELAHI DENGAN MASKAT SAMPAI MASKAT BABAK BELUK SEMENTARA ORANG-ORANG MELERAIKAN.

MADEKUR
Dengan ini saya umumkan beberapa ketentuan tata-tertib praktek pelacuran Tarkeni:
  1. Persetubuhan boleh berlangsung atas dasar suka sama suka.
  2. Tarif persetubuhan damai dan dibayar di muka
  3. Setiap yang merasa sebagai lelaki boleh ikut dalam transaksi tersebut, kecuali saudara-saudara/famili/sahabat/kerabat dan suaminya.
  4. Ketentuan ini berlaku surut, mulai beberapa saat yang lalu
Dan kau terkena ketentuan itu, Maskat!!!.

TARKENI
Aku tidak terima. Aku tidak terima. Ini sama sekali tidak adil kalau dia boleh mencopet siapa saja, kenapa saya tidak boleh ebrsetubuh dengan siapa saja?

WASKA
Apa komentar tuanku?

NABI I
Saya menganggap kecemburuan Madekur pada tempatnya.

WASKA
Ya, memang pada tempatnya, dan tempatnya adalah jiwa yang mentah. Madekur!!!

MADEKUR
Ya bapak.

WASKA
Kau tahu kenapa orang cemburu!?

MADEKUR
Tahu bapak. Karena mukanya jelek

WASKA
Apa mukamu jelek?

MADEKUR
Tidak, bapak.

WASKA
Kalau begitu, kamu tidak usah cemburu dan ketentuan tata tertib di atas dengan ini aku batalkan.

MADEKUR
Jadi, bapak?

WASKA
Tarkeni bebas berstubuh dengan siapa saja, di bayar atau tidak, di muka atau di belakang.

KETIKA WASKA MENCARI TEMPAT DUDUK, ORANG-ORANG SAMA MENYINGKIR MEMBERIKAN TEMPATNYA, DAN TARKENI SELALU DI SISINYA. SEPERTI PUTRID KESAYANGANNYA

WASKA
Aku kecewa sekali kau bertingkah kayak bocah. Seharusnya dulu tak kuijinkan kalian kawin seperti juga saudar-saudara kalian yang lain.

NABI I
Kenapa mereka diijinkan? Apa itu tak bertentangan dengan watak Waska?

SEMAR/WASKA
Apa Waska berwatak? Lagi waska anggap saja perkawinan itu sebagai salah satu bentuk rekreasi dan dengan alas an itu ia mengijinkan perkawinan mereka (selanjutnya pada Madekur sebagai Waska) Tapi itu tidak berarti kuijinkan segala tetek bengek persoala-persoalan seperti cemburu, pertengkaran pura-pura dan tangis-tangisa. Apa itu? Lebih berharga air kelapa!!

TIBA-TIBA WASKA MENYEMBURKAN AIR KELAPA DARI MULUTNYA KEA RAH MADEKUR DAN TARKENI

WASKA
Coba cek basis pertama. Mulai dari Tarkeni. (Tarkeni meludahi Madekur dan Madekur membalasnya) Tidak, Madekur, tidak begitu. Ternyata kau masih cerewet. Apa aku bilang dulu? Pertama-tama kau harus mampu mengubah sikap dan tanggapanmu apabila kamu diludahi. Ulangi lagi dari kau.

MADEKUR MELUDAHI WAJAH TARKENI DAN KEMUDIAN TARKENI MENGUSAP WAJAHNYA

TARKENI
Ludahmu hangat

WASKA
Luar bisaa, luar bisaa, Tarkeni – coba beri rokok!

(Seseorang memberikan rokok)

coba tusuk gigi.

(Seseorang memberikan tusuk gigi padanya)

ajaran terpenting dalam agama kita juga adalah mengenai harga diri. Agama kita mengharamkan pengemisan dan mewajibkan perampasan atau perebutan atau yang sejenis.
MADEKUR
Pencopetan, bapak?

WASKA
Itu permainan anak-anak, tapi baik juga buat melatih keterampilan. Yang penting, yakinlah bahwa agama kita sangat serasi dengan alam, dan kenyataan. Dan tabahlah karena agama kita sebagai agama tertua selalu dimusuhi. Banyak sudah pionir-pionir yang mati dalam memperjuangkan menegakkan agama kita. Betapa pun tabahlah dan sekaligus benggalah sebab penjara di mana-mana berisi saudara-saudara kita seagama dan senasib. Umang-umang.

SESEORANG
Bapak, murid-murid telah datang semua dan pelajaran boleh dimulai.

WASKA TIBA-TIBA BANGKIT DAN MENYEMBUNYIKAN TANGISNYA. TANGIS TUA. SEMUA MURIDNYA CUMA BISA MENUNDUKAN KEPALA MASING-MASING LALU TIBA-TIBA IA MERAUNG. DAN BERSAMAAN DENGAN ITU TERDENGAR SUARA DENTANG BESI YANG MEMEKAKKAN

WASKA
Kita berdoa dan sembahyang dulu

LALU SEMUANYA MELAKUKAN UPACARA SEMBAHYANG DENGAN CARA MASING-MASING. ADEGAN INI SUNGGUH SEREMONIAL SEKALI

Ada murid baru?

SESEORANG
Banyak, bapak. Sebagian mereka adalah anak-anak tanggung yang putus sekolah karena biaya dan sebagian lantaran tidak bisa merasa cocok dengan orang tuanya.

WASKA
Borok

BOROK
Ya, bapak.

WASKA
Ambil sebagian

BOROK
Baik, bapak. Wilayah tetap, bapak?

WASKA
Tetap sekitar jembatan lima sampai batas gereja – Buang.

BUANG
Ya, bapak.

WASKA
Pimpin yang sebagian lagi

BUANG
Baik, bapak.

WASKA
Basis pertama (Lalu orang-orang sama saling meludah) anak-anakku yang baru datang, perlu kalian ketahui kenapa kalian harus segera bisaakan diri saling meludahi. Sebab adat hidup emmang begitu dan kita tak bisa mengelakkannya. Umurku sembilan puluh tujuh tahun dan selama sembilan puluh lima tahun aku diludahi dan sekarang aku kebal.

SESEORANG
Kalau begitu kenapa bapak tidak lagi punya harga diri?

WASKA
Aku yakinkan bahwa kau sendiri tidak mengerti maksud pertanyaanmu, tapi perlu kamu tahu bahwa latihan basis pertama ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan soal harga diri. Melainkan latihan mengumpulkan-menghimpun dendam menjadi satu kekuatan yang di luar perhitungan. Kita coba, ludahi aku.

ORANG-ORANG MELUDAHI WAJAH WASKA DAN WASKA DIAM SAJA, TERUS BERKALI-KALI IA MELUDAHI WASKA DAN WASKA DIAM SAJA. ORANG-ORANG ITU SEMAKIN SENANG MELUDAHINYA DAN TIBA-TIBA DI LUAR DUGAAN SAMA SEKALI ORANG ITU TERKULAI

WASKA
Sepintas lalu kelihatannya tak ada harga diri dan kebal, padahal lonjakannya telah mengambil bentuk lain yang ebrnama ‘nekat’. Paham? (tiba-tiba mengibaskan tangannya seperti nyamuk) Sambil lalu, bagaimana berita mengenai tempat ini?

LAIN LAGI
Kita masih bisa berkumpul di sini sampai akhir tahun, bapak.

WASKA
Bagus, tahun depan kita cari tempat yang lebih luas daripada stasiun tua ini. Umang-umang tak boleh putus asa.

ORANG-ORANG
Ya, bapak.

WASKA
Sekarang latihan sendiri-sendiri sesuai dengan bakat masing-masing.

LALU MASING-MASING LATIHAN, ADA YANG LATIHAN NYOPET, NYURI, NGEGANSIR, NGEGARONG, NYAMBRET, NODONG, NGELONTE DAN LAIN-LAIN. DAN BERSAMA DENGAN ITU TERDENGAR DENTANG BESI BERTALU-TALU MEMEKAKAN TELINGA DAN WASKA SENDIRI TERPENTANG BAGAI KRISTUS.

0 komentar

Posting Komentar