Selasa, 13 Desember 2016

Naskah Drama Orkes Madun 1 Bagian 5

Delapan

AYAH & AYAH DAN IBU & IBU MUNCUL DI TEMPAT MASING-MASING

AYAH & AYAH
Merokok dulu (Dengan nikmat menghisap rokoknya dan kemudian menghembuskan asapnya) Lalu bicara dengan tenang. Bagaimana nak?

IBU & IBU (Dengan lagu lain)
Jangan membisu nak.

MAD & TAR
Tidak bu.

AYAH & AYAH
Kalau begitu bicaralah. Apa keputusanmu?

MAD & TAR
Bapak tetap dengan keputusan bapak?

AYAH & AYAH
Tetap. Tetap.

IBU & IBU
Nak…..

AYAH & AYAH
Tapi hati-hati dengan keputusanmu nanti, nak.

MAD & TAR
Jangan kuatir. Keputusan bapak telah menjadi keputusan saya

IBU & IBU
Maksudmu, nak?

AYAH & AYAH (Sama lagu)
Maksudmu, nak?

MAD & TAR
Terus terang bapak sangat bijaksana sekali memecahkan soal ini, sedikitpun saya tidak mempunyai kesan bapak bersikap mengancam. Malah sebaliknya. Ultimatum bapak atau tepatnya keputusan bapak merupakan sikap yang paling maju sekali. Lebih dari kebenaran bahwa hubungan keluarga atau hubungan darah merupakan pangkal dari segala macam sengketa, karena pada dasarnya hubungan itu Cuma hubungan emosionil belaka, dan itu merupakan beban yang sangat berat yang kita seret sampai di lobang kubur.

Ketika bapak memberikan jalan keluar, yaitu menawarkan putusnya hubungan antara kita seketika saya merasa lebih sehat dan tubuh saya kehilangan berat sama sekali sehingga saya merasa ringan apa saja.

AYAH & AYAH
Jadi….

IBU & IBU
Nak…..

MAD & TAR
Ya, bapak benar sekali lebih baik kita putuskan hubungan antara kita sebagai orang tua dan anak. Dengan demikian, bapak dan ibu bisa tenang karena tidak lagi punya persoalan dan kecuali pun kehormatan bapak dan ibu tetap tak ternoda, seperti bapak sendiri bilang kehormatan adalah sesuatu yang nilainya satu tingkat di bawah Tuhan. Sedangkan untuk saya mulai hari ini saya tak perlu menyisihkan hasil jerih payah saya, seluruh penghasilan saya boleh saya habiskan sampai rupiah yang paling akhir.

IBU & IBU
Kau dengar pak? Kau dengar? Sebelum ia berpikir seperti itu saya telah membayangkan kesusahan apa yang akan terjadi kalau ia sudah nekat seperti itu.

AYAH & AYAH
Nak, kau rupanya belum cukup lama memperlajari ultimatum bapak

MAD & TAR
Cukup. Cukup.

AYAH & AYAH
Barangkali kau belum mengerti benar ultimatum bapak.

MAD & TAR
Kalimat bapak jelas sekali dan selain itu telinga saya sangat baik. Dan percayalah semua penonton akan mendukung penuh sikap dan keputusan bapak yang maju itu.

AYAH & AYAH
Sebentar nak, jangan terburu nafsu. Hematlah dengan kata-kata. Kau kelihatan gugup sekali, tidak mampu mengusasi diri.

MAD & TAR
Tidak, saya senang sekali seperti orang mati

AYAH & AYAH
Kamu mengerti apa yang kau ucapkan?

MAD & TAR
Apakah itu berarti bapak tidak mengerti dengan apa yang bapak telah putuskan?

AYAH & AYAH
Maksud saya cukup sadarkah kau?

MAD & TAR
Cukup, cukup sadar.

AYAH & AYAH
Perhatikan, nak. Saya masih belum marah betul, seluruh emosi saya  tekan di bawah perut besar saya. Beberapa bagian tertentu telah melonjak-lonjak dan mulai memercikan api, tapi sampai detik ini saya masih mencoba mengindari amarah. Sekarang jawablah dengan baik-baik. Benar kamu menghendaki putus hubungan antar kita sebagai keluarga?

MAD & TAR
Saya Cuma mendukung pikiran bapak yang cemerlang. Atau tepatnya bapaklah yang menghendaki itu dan saya mendukungnya.

IBU & IBU
Kau tidak perlu mendukung pikiran itu, gagasan itu buruk, paling buruk.

MAD & TAR
Gagasan itu sangat bagus, sangat bagus.

AYAH & AYAH (Marah sekali)
Tapi kamu tidak perlu mendukung gagasan itu.

IBU & IBU
Gagasan itu sangat buruk, nak. Sangat buruk.

AYAH & AYAH
Apa kamu tidak mengerti ultimatum itu semata-mata Cuma gertak sambal saja? Ancaman kosong?

MAD & TAR
Tidak, malah saya menghargai ultimatum itu sebagai gagasan orang tua yang paling berani dan maju. Saya yakin Cuma beberapa gelintir saja yang punya pikiran cemerlang semacam itu.

AYAH & AYAH
Jadi kamu tetap bersikeras ingin supaya putus hubungan antara kita?

MAD & TAR
Sesuai dengan kamauan bapak

IBU & IBU
Nak!

AYAH & AYAH
Sungguh-sungguh!?

MAD & TAR
Sungguh-sungguh.

AYAH & AYAH
Putus?

MAD & TAR
Lebih tegas; patahkan seperti arang

AYAH & AYAH
Lalu kamu akan melangsungkan niat kamu kawin begitu saja tanpa orang tua?

MAD & TAR
Begitulah kira-kira.

IBU & IBU
Lalu siapa yang akan merestui? Yang mendoa?

MAD & TAR
Pegawai catatan sipil tentu saja

AYAH & AYAH
Baiklah… baiklah…..

IBU & IBU
Pak….

AYAH & AYAH
Jangan cengeng menghadapi sikap sombong seperti itu. Kalau tidak tahan menangislah, tanpa air mata supaya anak sombong itu tidak sempat tahu. Kamu kira (kepada anaknya) Cuma kamu saja yang tega memutuskan hubungan antara kita? Lebih dari itu saya tega. Bahkan saya juga tega memutuskan kepalamu dari dadamu yang kau busung-busungkan itu dan kemudian saya gecek kepalamu dengan batu kali.

Sombong. Atau kamu mengira tenaga saya tidak cukup kuat menghadapi otot-ototmu yang masih segar? Jangan lupa gigi saya masih utuh dan kuat (pada penonton) apakah diantara kalian ada yang mengharapkan agar saya bersikap lembut menghadapi sikap kurang ajar seperti itu? Mengharap agar saya meminta-minta supaya anak biadab itu kembali menyebut diri saya sebagai bapaknya?

IBU & IBU
Dengarkan sebentar, pak. (memberikan segelas air putih) tenang sebentar. (berbisik) kamu lupa kita akan kewalahan kalau sampai membiarkan ia tidak lagi mengaku anak kepada kita?

AYAH & AYAH
Kewalahan apa!?

IBU & IBU (berbisik)
Kau lupa tahun-tahun belakangan ini kita sangat bergantung kepada anak itu. Dari mana kamu akan mendapatkan uang dengan tulang-tulangmu yang rapuh?

AYAH & AYAH
Kita jual pekarangan belakang dengan empangnya sekaligus dan sebelumnya kita bisa makan dari hasil pohon papaya.

IBU & IBU
Kita tidak bisa menjual pekarangan mana pun karena kita telah menjualnya beberapa tahun lalu. Kamu juga tidak bisa menjual rumah ini kecuali kalau kita boleh merombak mesjid jadi dapur.

AYAH & AYAH
Kita masih memiliki seekor kerbau dan tiga kambing perahan.

IBU & IBU
Semua itu telah kita jual. Semua itu sudah habis. Bahkan tanpa sepah.

SEBELUM MELANJUTKAN BICARA AYAH & AYAH MELIHAT SEBENTAR KEPADA ANAKNYA

AYAH & AYAH (Makin berbisik)
Jadi kita sudah tidak punya apa-apa?

IBU & IBU
Tidak punya apa-apa. Malah belakangan ini selalu timbul kekuatiran dalam diri saya apakah kita mampu menyelenggarakan penguburan buat jenazah kita nanti.

AYAH & AYAH
Seminggu yang lalu saya juga berpikir barangkali lebih baik kita beli kain kafan mulai sekarang semester demi semester.

IBU & IBU
Kalau begitu kita juga perlu menanam kembang biar kita tidak usah beli nanti untuk keranda kita dan makam kita.

AYAH & AYAH
Jadi sudah habis semua.

IBU & IBU
Semua sudah habis dijual, sudah kita makan.

AYAH & AYAH
Saya pikir saya juga bisa mencuri

IBU & IBU
Kamu ingat mayat Mukidi yang berlumur darah karena mencuri di rumah Ki Warad!?

AYAH & AYAH
Orang-orang tidak akan memukuli saya, karena saya sudah tua. Mereka akan jatuh kasihan dan kemudian membiarkan saya memiliki barang curian saya dan bukan tidak mungkin saya mendapat pula tambahan uang.

IBU & IBU
Sudahlah. Daripada kita mengharapkan yang tidak-tidak. Lebih baik kita ubah sikap dan biarlah kita menyetujui rencana anak kita.

AYAH & AYAH
Saya juga berpikir begitu. Tapi malu mengatakannya. Ya, saya kira itu lebih baik, hanya kita harus mencari cara supaya kekalahan kita terhormat.

IBU & IBU
Gampang itu.

TIBA-TIBA AYAH & AYAH DAN IBU & IBU BERUBAH SIKAP

AYAH & AYAH (Dengan gemas memegang gemas pada pundaknya)
Saya terharu, nak. Sungguh terharu akan ketabahanmu. Ujian dan cobaan yang ibu dan bapak tampakkan sedikit pun tidak menggoyahkan niat sucimu. Kini kami baru yakin betapa besar cintamu kepada kekasihmu.

MAD & TAR
Tidak terlalu besar tapi besar.

IBU & IBU (merenggutkan anaknya dari suaminya lalu memeluknya)
Anakku, kau lulus.

AYAH & AYAH
Maafkan bapak, karena bapak terlalu kasar. Maafkan juga karena bapak telah menyebut calon istri/suamimu pelacur/pencopet.

MAD & TAR
Bapak tak perlu minta maaf karena dia memang pelacur/ pencopet. (Ayah & Ayah dan Ibu & Ibu mengambil jarak terhadap anaknya) Tarkeni/Madekur memang pelacur/pencopet tapi orang tuanya tidak tahu dan tidak percaya.

AYAH & AYAH (Pada istrinya)
Apa kita akan berubah sikap lagi?

IBU & IBU
Bingung.

MAD & TAR
Dan saya sendiri memang pencopet/pelacur tapi ibu bapak tidak tahu dan tidak percaya.

ORANG TUA
Kami….

MAD & TAR
Pencopet/pelacur

IBU & IBU (Pada suaminya)
Apa yang harus saya lakukan?

AYAH & AYAH
Pingsanlah.

IBU & IBU
Saya tidak bisa. Saya tidak percaya.

MAD & TAR
Karena tidak sesuai dengan impian, sekalipun sesuai dengan impian buruk

AYAH & AYAH
Kamu tidak bergurau, nak.

MAD & TAR
Kenapa?

AYAH & AYAH
Kalau pun benar lebih bijaksana kalau kamu berbohong saja

MAD & TAR
Baiklah, saya bohong.

AYAH & AYAH
Jadi tidak benar kamu pencopet/pelacur?

MAD & TAR
Siapa bilang saya pencopet/pelacur?

AYAH &AYAH
Ternyata Cuma fitnah, bukan?

MAD & TAR
Bukan Cuma fitnah tapi penghinaan terhadap gubernur Jakarta

IBU & IBU
Anak kita gubernur, pak.

AYAH & AYAH
Ya

IBU & IBU
Syukur. Syukur.

AYAH & AYAH
Apapun jadinya kita harus bersyukur

IBU & IBU
Syukur-syukur

GONG LAGI, HIASAN JANUR


Sembilan

MEREKA BERTEMU DI TENGAH PENTAS

IBU
Hari jum’at hari baik.

AYAH
Tidak. Hari Sabtu.

IBU
Minggu yang baik

AYAH
Senen

AYAH
Selasa

IBU
Rabu

IBU
Kamis

AYAH
Jum’at

AYAH
Minggu

IBU
Jum’at.

IBU
Minggu.

MADEKUR
Khrreeeeeeeeeekkk….

TARKENI
Tek – tek ….

AYAH
Jum’at

MADEKUR
Tek – Tek.

IBU
Minggu.

TARKENI
Tek – Tek….

IBU
Jum’at

MADEKUR
Tek – Tek….

(Sebentar diam)

TARKENI
Tek.

IBU
Jum - …. Teruskan.

MADEKUR
Tekek.

IBU
Jum’at

Tokek taoke kita

Cendekia di atas cendekia

0 komentar

Posting Komentar