Delapan
AYAH & AYAH DAN IBU & IBU
MUNCUL DI TEMPAT MASING-MASING
AYAH & AYAH
Merokok dulu (Dengan nikmat
menghisap rokoknya dan kemudian menghembuskan asapnya) Lalu bicara dengan
tenang. Bagaimana nak?
IBU & IBU (Dengan lagu lain)
Jangan membisu nak.
MAD & TAR
Tidak bu.
AYAH & AYAH
Kalau begitu bicaralah. Apa
keputusanmu?
MAD & TAR
Bapak tetap dengan keputusan
bapak?
AYAH & AYAH
Tetap. Tetap.
IBU & IBU
Nak…..
AYAH & AYAH
Tapi hati-hati dengan keputusanmu
nanti, nak.
MAD & TAR
Jangan kuatir. Keputusan bapak
telah menjadi keputusan saya
IBU & IBU
Maksudmu, nak?
AYAH & AYAH (Sama lagu)
Maksudmu, nak?
MAD & TAR
Terus terang bapak sangat
bijaksana sekali memecahkan soal ini, sedikitpun saya tidak mempunyai kesan
bapak bersikap mengancam. Malah sebaliknya. Ultimatum bapak atau tepatnya
keputusan bapak merupakan sikap yang paling maju sekali. Lebih dari kebenaran
bahwa hubungan keluarga atau hubungan darah merupakan pangkal dari segala macam
sengketa, karena pada dasarnya hubungan itu Cuma hubungan emosionil belaka, dan
itu merupakan beban yang sangat berat yang kita seret sampai di lobang kubur.
Ketika bapak memberikan jalan
keluar, yaitu menawarkan putusnya hubungan antara kita seketika saya merasa
lebih sehat dan tubuh saya kehilangan berat sama sekali sehingga saya merasa
ringan apa saja.
AYAH & AYAH
Jadi….
IBU & IBU
Nak…..
MAD & TAR
Ya, bapak benar sekali lebih baik
kita putuskan hubungan antara kita sebagai orang tua dan anak. Dengan demikian,
bapak dan ibu bisa tenang karena tidak lagi punya persoalan dan kecuali pun
kehormatan bapak dan ibu tetap tak ternoda, seperti bapak sendiri bilang
kehormatan adalah sesuatu yang nilainya satu tingkat di bawah Tuhan. Sedangkan
untuk saya mulai hari ini saya tak perlu menyisihkan hasil jerih payah saya,
seluruh penghasilan saya boleh saya habiskan sampai rupiah yang paling akhir.
IBU & IBU
Kau dengar pak? Kau dengar?
Sebelum ia berpikir seperti itu saya telah membayangkan kesusahan apa yang akan
terjadi kalau ia sudah nekat seperti itu.
AYAH & AYAH
Nak, kau rupanya belum cukup lama
memperlajari ultimatum bapak
MAD & TAR
Cukup. Cukup.
AYAH & AYAH
Barangkali kau belum mengerti
benar ultimatum bapak.
MAD & TAR
Kalimat bapak jelas sekali dan
selain itu telinga saya sangat baik. Dan percayalah semua penonton akan
mendukung penuh sikap dan keputusan bapak yang maju itu.
AYAH & AYAH
Sebentar nak, jangan terburu
nafsu. Hematlah dengan kata-kata. Kau kelihatan gugup sekali, tidak mampu
mengusasi diri.
MAD & TAR
Tidak, saya senang sekali seperti
orang mati
AYAH & AYAH
Kamu mengerti apa yang kau
ucapkan?
MAD & TAR
Apakah itu berarti bapak tidak
mengerti dengan apa yang bapak telah putuskan?
AYAH & AYAH
Maksud saya cukup sadarkah kau?
MAD & TAR
Cukup, cukup sadar.
AYAH & AYAH
Perhatikan, nak. Saya masih belum
marah betul, seluruh emosi saya tekan di
bawah perut besar saya. Beberapa bagian tertentu telah melonjak-lonjak dan
mulai memercikan api, tapi sampai detik ini saya masih mencoba mengindari
amarah. Sekarang jawablah dengan baik-baik. Benar kamu menghendaki putus
hubungan antar kita sebagai keluarga?
MAD & TAR
Saya Cuma mendukung pikiran bapak
yang cemerlang. Atau tepatnya bapaklah yang menghendaki itu dan saya mendukungnya.
IBU & IBU
Kau tidak perlu mendukung pikiran
itu, gagasan itu buruk, paling buruk.
MAD & TAR
Gagasan itu sangat bagus, sangat
bagus.
AYAH & AYAH (Marah sekali)
Tapi kamu tidak perlu mendukung
gagasan itu.
IBU & IBU
Gagasan itu sangat buruk, nak. Sangat
buruk.
AYAH & AYAH
Apa kamu tidak mengerti ultimatum
itu semata-mata Cuma gertak sambal saja? Ancaman kosong?
MAD & TAR
Tidak, malah saya menghargai
ultimatum itu sebagai gagasan orang tua yang paling berani dan maju. Saya yakin
Cuma beberapa gelintir saja yang punya pikiran cemerlang semacam itu.
AYAH & AYAH
Jadi kamu tetap bersikeras ingin
supaya putus hubungan antara kita?
MAD & TAR
Sesuai dengan kamauan bapak
IBU & IBU
Nak!
AYAH & AYAH
Sungguh-sungguh!?
MAD & TAR
Sungguh-sungguh.
AYAH & AYAH
Putus?
MAD & TAR
Lebih tegas; patahkan seperti
arang
AYAH & AYAH
Lalu kamu akan melangsungkan niat
kamu kawin begitu saja tanpa orang tua?
MAD & TAR
Begitulah kira-kira.
IBU & IBU
Lalu siapa yang akan merestui?
Yang mendoa?
MAD & TAR
Pegawai catatan sipil tentu saja
AYAH & AYAH
Baiklah… baiklah…..
IBU & IBU
Pak….
AYAH & AYAH
Jangan cengeng menghadapi sikap
sombong seperti itu. Kalau tidak tahan menangislah, tanpa air mata supaya anak
sombong itu tidak sempat tahu. Kamu kira (kepada anaknya) Cuma kamu saja
yang tega memutuskan hubungan antara kita? Lebih dari itu saya tega. Bahkan
saya juga tega memutuskan kepalamu dari dadamu yang kau busung-busungkan itu
dan kemudian saya gecek kepalamu dengan batu kali.
Sombong. Atau kamu mengira tenaga
saya tidak cukup kuat menghadapi otot-ototmu yang masih segar? Jangan lupa gigi
saya masih utuh dan kuat (pada penonton) apakah diantara kalian ada yang
mengharapkan agar saya bersikap lembut menghadapi sikap kurang ajar seperti
itu? Mengharap agar saya meminta-minta supaya anak biadab itu kembali menyebut
diri saya sebagai bapaknya?
IBU & IBU
Dengarkan sebentar, pak. (memberikan
segelas air putih) tenang sebentar. (berbisik) kamu lupa kita akan
kewalahan kalau sampai membiarkan ia tidak lagi mengaku anak kepada kita?
AYAH & AYAH
Kewalahan apa!?
IBU & IBU (berbisik)
Kau lupa tahun-tahun belakangan
ini kita sangat bergantung kepada anak itu. Dari mana kamu akan mendapatkan
uang dengan tulang-tulangmu yang rapuh?
AYAH & AYAH
Kita jual pekarangan belakang
dengan empangnya sekaligus dan sebelumnya kita bisa makan dari hasil pohon
papaya.
IBU & IBU
Kita tidak bisa menjual pekarangan
mana pun karena kita telah menjualnya beberapa tahun lalu. Kamu juga tidak bisa
menjual rumah ini kecuali kalau kita boleh merombak mesjid jadi dapur.
AYAH & AYAH
Kita masih memiliki seekor kerbau
dan tiga kambing perahan.
IBU & IBU
Semua itu telah kita jual. Semua
itu sudah habis. Bahkan tanpa sepah.
SEBELUM MELANJUTKAN BICARA AYAH
& AYAH MELIHAT SEBENTAR KEPADA ANAKNYA
AYAH & AYAH (Makin berbisik)
Jadi kita sudah tidak punya
apa-apa?
IBU & IBU
Tidak punya apa-apa. Malah
belakangan ini selalu timbul kekuatiran dalam diri saya apakah kita mampu
menyelenggarakan penguburan buat jenazah kita nanti.
AYAH & AYAH
Seminggu yang lalu saya juga
berpikir barangkali lebih baik kita beli kain kafan mulai sekarang semester
demi semester.
IBU & IBU
Kalau begitu kita juga perlu
menanam kembang biar kita tidak usah beli nanti untuk keranda kita dan makam
kita.
AYAH & AYAH
Jadi sudah habis semua.
IBU & IBU
Semua sudah habis dijual, sudah
kita makan.
AYAH & AYAH
Saya pikir saya juga bisa mencuri
IBU & IBU
Kamu ingat mayat Mukidi yang
berlumur darah karena mencuri di rumah Ki Warad!?
AYAH & AYAH
Orang-orang tidak akan memukuli
saya, karena saya sudah tua. Mereka akan jatuh kasihan dan kemudian membiarkan
saya memiliki barang curian saya dan bukan tidak mungkin saya mendapat pula
tambahan uang.
IBU & IBU
Sudahlah. Daripada kita
mengharapkan yang tidak-tidak. Lebih baik kita ubah sikap dan biarlah kita
menyetujui rencana anak kita.
AYAH & AYAH
Saya juga berpikir begitu. Tapi
malu mengatakannya. Ya, saya kira itu lebih baik, hanya kita harus mencari cara
supaya kekalahan kita terhormat.
IBU & IBU
Gampang itu.
TIBA-TIBA AYAH & AYAH DAN IBU
& IBU BERUBAH SIKAP
AYAH & AYAH (Dengan gemas memegang gemas pada pundaknya)
Saya terharu, nak. Sungguh terharu
akan ketabahanmu. Ujian dan cobaan yang ibu dan bapak tampakkan sedikit pun
tidak menggoyahkan niat sucimu. Kini kami baru yakin betapa besar cintamu kepada
kekasihmu.
MAD & TAR
Tidak terlalu besar tapi besar.
IBU & IBU (merenggutkan anaknya dari suaminya lalu memeluknya)
Anakku, kau lulus.
AYAH & AYAH
Maafkan bapak, karena bapak
terlalu kasar. Maafkan juga karena bapak telah menyebut calon istri/suamimu
pelacur/pencopet.
MAD & TAR
Bapak tak perlu minta maaf karena
dia memang pelacur/ pencopet. (Ayah & Ayah dan Ibu & Ibu mengambil
jarak terhadap anaknya) Tarkeni/Madekur memang pelacur/pencopet tapi orang
tuanya tidak tahu dan tidak percaya.
AYAH & AYAH (Pada istrinya)
Apa kita akan berubah sikap lagi?
IBU & IBU
Bingung.
MAD & TAR
Dan saya sendiri memang
pencopet/pelacur tapi ibu bapak tidak tahu dan tidak percaya.
ORANG TUA
Kami….
MAD & TAR
Pencopet/pelacur
IBU & IBU (Pada suaminya)
Apa yang harus saya lakukan?
AYAH & AYAH
Pingsanlah.
IBU & IBU
Saya tidak bisa. Saya tidak
percaya.
MAD & TAR
Karena tidak sesuai dengan impian,
sekalipun sesuai dengan impian buruk
AYAH & AYAH
Kamu tidak bergurau, nak.
MAD & TAR
Kenapa?
AYAH & AYAH
Kalau pun benar lebih bijaksana
kalau kamu berbohong saja
MAD & TAR
Baiklah, saya bohong.
AYAH & AYAH
Jadi tidak benar kamu
pencopet/pelacur?
MAD & TAR
Siapa bilang saya
pencopet/pelacur?
AYAH &AYAH
Ternyata Cuma fitnah, bukan?
MAD & TAR
Bukan Cuma fitnah tapi penghinaan
terhadap gubernur Jakarta
IBU & IBU
Anak kita gubernur, pak.
AYAH & AYAH
Ya
IBU & IBU
Syukur. Syukur.
AYAH & AYAH
Apapun jadinya kita harus
bersyukur
IBU & IBU
Syukur-syukur
GONG LAGI, HIASAN JANUR
Sembilan
MEREKA BERTEMU DI TENGAH PENTAS
IBU
Hari jum’at hari baik.
AYAH
Tidak. Hari Sabtu.
IBU
Minggu yang baik
AYAH
Senen
AYAH
Selasa
IBU
Rabu
IBU
Kamis
AYAH
Jum’at
AYAH
Minggu
IBU
Jum’at.
IBU
Minggu.
MADEKUR
Khrreeeeeeeeeekkk….
TARKENI
Tek – tek ….
AYAH
Jum’at
MADEKUR
Tek – Tek.
IBU
Minggu.
TARKENI
Tek – Tek….
IBU
Jum’at
MADEKUR
Tek – Tek….
(Sebentar diam)
TARKENI
Tek.
IBU
Jum - …. Teruskan.
MADEKUR
Tekek.
IBU
Jum’at
Tokek taoke kita
Cendekia di atas cendekia
0 komentar
Posting Komentar