Enam
MUNCUL AYAH DAN AYAH DIIKUTI
MADEKUR DAN TARKENI
AYAH & AYAH
Sekarang, marilah kita bicara
dengan lebih tenang. Atur napas dengan baik supaya darahmu beredar teratur dan
tertib dan supaya kamu bisa bekerja dengan pikiranmu dan tidak dengan
perasaanmu itu. Bu, saya sudah bicara dan anakmu sudah bicara dan kini
giliranmu bicara. Mad/Tar, saya senang pada orang yang keras pendiriannya tapi,
kamu keras kepala dan saya tidak suka. Sudah berkali-kali kamu mencoba mengutarakan perasaanmu dan tidak pernah
sekali pun mengutarakan pikiranmu, dan itu saya tidak suka. Sebaliknya saya
telah berkali-kali meminjamkan pikiran-pikiran terbaik saya buat kamu, tapi
kamu tidak suka. Padahal kamu sendiri cukup dewasa untuk memahami bahwa
perkawinan tidak semata membutuhkan perasaan, melainkan juga terutama pikiran.
Bu, kamu setuju anakmu kawin dengan pelacur/pencopet?
IBU & IBU
Naudzubillahi min dzalik, eh,
tidak!
AYAH & AYAH
Atau kamu setuju anakmu kawin
dengan keluarga itu yang….
IBU & IBU
Tidak.
AYAH & AYAH
Kamu dengar sendiri bagaimana
ibumu mengatakan tidak dan kamu sendiri tahu ibumu sangat jernih dalam
berpikir. Sekarang lebih baik kamu istigfarlah dulu.
IBU & IBU (Pada penonton)
Sebenarnya mulut saya mau bilang
setuju, tapi mata suami saya terlalu besar, nanti saya akan bilang juga.
AYAH & AYAH
Persoalan cinta tidak sesepele
seperti yang banyak diduga orang dan memahaminya lebih sukar daripada memotong
kuku dengan golok, namun percayalah saya menyintai kamu sekaligus kehormatan
kamu dan hari depan kamu. Janganlah sekali-kali kamu salah mengira saya telah
berlaku tidak sayang karena menghalangi niat kamu kawin dengan…. Anak
perempuan/lelaki keluarga itu. Jangan juga kamu mengira saya tidak memahami
niatmu yang suci, saya paham dan saya menaruh hormat, tapi rupanya kamu lupa
bahwa sesuatu yang suci memerlukan tempat yang suci juga.
Juga rupanya kamu tidak menyadari
betapa banyak pilihan yang bisa kamu lakukan, dan kamu cukup mengerti bahwa
yang terbaik adalah memilih yang terbaik. Tahu kalau kamu masih belum bisa
yakin juga, cobalah Tanya para penonton (pada penonton) Setujukah Anda
kalau anak Anda kawin dengan pelacur/pencopet? Kalau Anda bilang setuju artinya
Anda munafik sejati. Karena Anda telah mengkhianati hati Anda sendiri. Marilah
kita akui sama-sama bahwa pada dasarnya kita menyukai kebangsawanan sekalipun
perut kita kosong.
Dengan mengatakan setuju berarti
Anda telah sempurna dalam mengobral kata-kata muluk berbunga kebajikan,
sementara dalam perbuatan nyata Anda kurang lebih sepaham dengan saya. Tapi
Anda saksikan sendiri saya satu tingkat lebih tinggi dari Anda lantaran saya
satu antara perkataan dan perbuatan. Sungguh-sungguh kita ini ningrat yang
terselubung.
MAD & TAR (pada penonton)
Sebelum kemari, saya sudah yakin
pasti hati Anda satu barisan dengan hati saya. Sudah tidak bisa dihalangi lagi
barisan baru dengan panji-panji cinta akan tampil memimpin dunia ini. Kita sama
mengetahui betapa keterbelakangan
orang-orang tua kita dalam berpikir, bersikap dan berbuat, bahkan
sebagian watak malasnya masih melekat dalam diri kita.
Ketika di negeri-negeri lain orang
sudah sedemikian sibuk dan kerja keras, orang-orang tua kita masih belum
selesai dengan sarapannya, dan yang sebagian lagi sibuk merenungkan hikmah
hidup tanpa sarapan.
AYAH & AYAH
Berhenti nak. Kamu tidak patut
kurang ajar seperti itu, tidak layak menghina orang tuamu sendiri di depan umum
seperti ini.
MAD & TAR
Seperti bapak saya sedang mencoba
belajar mempergunakan pikiran saya, sama sekali saya tidak sedang melakukan
penghinaaan kecuali membeberkan keburukan.
AYAH & AYAH
Satu kalimat lagi berarti
merahlah, nak. Tanpa bercermin saya sudah tahu mata saya mulai merah.
MAD & TAR (Pada penonton)
Anda lihat sendiri betapa tidak
dewasanya orang-orang tua menghadapi kritik.
AYAH & AYAH
Hanya batu yang bertahan
menghadapi kritik
MAD & TAR
Tapi batu yang satu ini tidak.
(keempatnya saling bertatapan
sementara Ibu & Ibu sama menghela napas. Beberapa saat tableu begitu.
Kemudian terdengar suara gong satu kali)
AYAH & AYAH
Baiklah kita ulang lagi. Marilah
kita bicara bertiga dengan lebih tenang. Atur napas dengan baik supaya darah
beredar teratur dan tertib, supaya kita bisa bekerja dengan pikiran dan tidak
dengan perasaan. Bu, saya sudah bicara, anakmu sudah bicara, kini giliran kamu
bicara.
IBU & IBU
Sebenarnya…. (pada penonton)
sebenarnya saya setuju dengan pendirian anak saya, tapi juga sebenarnya pikiran
suami saya benar juga (kepada suami dan anaknya) sebenarnya sama saja.
AYAH & AYAH
Kamu ini sedang bicara, atau…..?
IBU & IBU
Sama saja. Maksud saya bicara atau
tidak hasilnya akan sama saja, tapi bicara sedikit barangkali lebih baik. Nah,.
Saya akan mencoba menjelaskan pendirian saya, itu pun kalau bisa disebut
pendirian. Jangan dikira gampang orang berpendirian, maksud saya, saya akan
berusaha mencoba berpendirian. Jangan khawatir, semuanya akan jelas juga pada
akhirnya, tapi untuk itu perlu saya jelaskan secara singkat segalanya lebih
dulu. Penjelasan sangat diperlukan sebelum segalanya jelas, itu sudah jelas.
Nah, biarkanlah saya mengumpamakan
persoalan ini dengan dua tangkai bunga melati dan seorang gadis delapan tahun.
Yang setangkai berwarna putih, sedang setangkai lagi berwarna hitam. Mula-mula
sudah jelas gadis itu merasa heran dan sangat lama bertanya dalam hati kenapa
ada setangkai bunga melati yang berwarna hitam, sekalipun sebelumnya dia tidak
pernah merasa heran bertanya dalam hati ketika pertama kalinya ia melihat bunga
melati berwarna putih.
Begitulah seperti yang saya bilang
tadi bahwa gadis itu lama bertanya dalam hati, lama merasa heran. Tapi heran
yang lama. Kemudian menjelma menjadi takjub dan akhirnya hati gadis itu
tertarik ingin melati yang hitam. Begitulah ketika jari-jarinya yang lembut
bergetar oleh kekaguman siap mematahkan melati hitam dari tangkainya, gadis itu
tiba-tiba ingat bahwa rambutnya juga berwarna hitam. Selain itu ia juga ingat
tidak seorang pun di Jatibarang yang menghias rambutnya dengan melati hitam, bahkan
sekalipun perempuan yang berambut putih seperti neneknya.
AYAH & AYAH
Sebentar, sebentar. Lebih baik
kamu singkatkan saja bicaramu. Bagaimana?
IBU & IBU
Kamu sendiri bagaimana? Kamu akan
memetik melati putih atau melati hitam?
AYAH & AYAH
Seperti umumnya orang saya memetik
melati putih yang sudah pasti keindahannya.
IBU & IBU
Tapi kamu tidak tahu bahwa melatih
hitam itu mempunyai warna putih di sebelah dalam dan malah di dalamnya ada sebutir
berlian sebesar geraham saya yang tanggal beberapa tahun lalu
AYAH & AYAH
Mana mungkin! Lagi kamu tidak
mengatakan hal itu sebelumnya.
IBU & IBU
Karena melati hitam itu belum
jelas maka kemungkinannya tentu lebih luas.
MAD & TAR
Juga melati hitam telah saya petik
ketika ayah memetik yang putih
AYAH & AYAH
Tidak bisa. Saya belum memetik,
baru berniat memetik dan sekarang saya akan memetik melati yang hitam
MAD & TAR
Tidak bisa, yang hitam telah saya
petik
AYAH & AYAH
Tidak bisa, yang hitam milik saya
MAD & TAR
Tidak bisa, luar biaaa harumnya
MAD & TAR
Ya Tuhan harumnya
AYAH &AYAH
Kurang ajar. Lepaskan melati itu
MAD & TAR
Ya Tuhan, harumnya
AYAH & AYAH
Lepaskan, bajingan.
MAD & TAR
Harumnya
AYAH &AYAH
Bajingan
IBU & IBU
Begitulah, siapapun pasti akan
memilih yang terbaik. Tapi tahukah bahwa yang terbaik adalah melati putih?
MAD & TAR
Kalau begitu biarlah yang hitam
untuk bapak.
AYAH & AYAH
Kamu jangan kurang ajar, nak.
Melati putih itu telah saya petik.
MAD & TAR
Mana mungkin, padahal bapak baru
saja berniat akan memetiknya. Tidak, pak. Biarlah yang putih buat saya.
AYAH & AYAH
Nak, golok di dapur Cuma sebilah
dan itu milik saya
MAD & TAR
Biarlah bapak mengambil golok dan
saya memetik melati putih
SANGAT TIBA-TIBA SEKALI, AYAH DAN
AYAH MENGHUNUS GOLOK ITU DAN SIAP AKAN MEMANCUNG KEPALA MAD & TAR DAN IBU
& IBU MENJERIT
IBU & IBU
Saya lupa memberitahu bahwa yang
putih ada dua tangkai dan kesimpulannya kalian berdua sama-sama bersikeras
menghendaki yang terbaik (Mendekati anaknya) nak, kamu ingin senang, bukan?
MAD & TAR
Senang sekali, bu.
IBU & IBU
Kau pikir bapak akan menjerumuskan
kamu?
MAD & TAR
Pasti tidak, bu.
IBU & IBU (mendekati suaminya)
Kamu pasti tidak bermaksud
menjerumuskan anakmu.
AYAH & AYAH
Pasti
IBU & IBU
Dan menghendaki anakmu senang?
AYAH & AYAH
Senang sekali kalau bisa
IBU & IBU
Kalau begitu, beres. Tidak satu
pun yang simpang selisih. Sekarang bicaralah satu sama lain tanpa nafsu amarah
AYAH & AYAH
Boleh
MAD & TAR
Boleh
AYAH & AYAH
Kamu masih tetap pada pendirianmu?
MAD & TAR
Masih dan bahkan makin kuat
AYAH & AYAH
Saya juga masih. Kalau begitu kita
harus meningkatkan pertengkaran kita (Gong berbunyi lagi) saya sampai
pada pikiran untuk menyampaikan ultimatum
MAD & TAR
Sebaliknya mental saya telah siap
menerima apa saja
IBU & IBU
Kalian sudah terlalu jauh,
kalian….
AYAH & AYAH
Kamu yang semestinya bertahan
sesuai dengan kedudukan ibu di mana-mana, yang hanya mampu mengelus-elus dada
sementara pertempuran berlangsung.
MAD & TAR
Saya menunggu ultimatum itu, pak
AYAH & AYAH
Bagus. Dengan ultimatum ini saya
hanya akan menyederhanakan dan mempersingkat perdebatan yang nonsense ini.
Begini, kalau kamu tetap pada niatmu kawin dengan pelacur/pencopet itu saya
hanya minta agar hubungan kita sebagai anak dan bapak putus.
IBU & IBU
Pak….
AYAH & AYAH
Kau tak berdaya, bu.
MAD & TAR
Bapak serius?
AYAH & AYAH
Kamu kira main-main?
MAD & TAR
Putus?
AYAH & AYAH
Putus
MAD & TAR
Sudah bapak pikirkan masak?
AYAH & AYAH
Saya kuatir malah terlalu masak
MAD & TAR
Baiklah….
IBU & IBU
Nak….
MAD & TAR
Belum, bu, belum selesai. Saya
baru akan mempelajari ultimatum itu.
IBU & IBU
Bagus, nak. Pelajarilah baik-baik.
AYAH & AYAH (berbisik)
Kamu lihat senjata apa yang kita
miliki. Berbahagialah karena kita pada kedudukan pemenang. Sambil mengecap
harapan kemenangan, juga sambil memberikan kesempatan anak itu mempelajari
ultimatum kita marilah kita minum teh di luar.
Tujuh
MADEKUR
Bagaimana?
TARKENI
Kamu bagaimana?
MADEKUR
Buat saya nggak ada soal. Kamu
yang sejak semula bersikeras ingin meminta izin dan restu orang tua sekarang
punya persoalan karena ultimatum mereka.
TARKENI
Persoalan ini sangat berat buat
saya
MADEKUR
Buat siapapun sangat berat,
kecuali bagi saya
TARKENI
Bagaimana ya?
MADEKUR
Saya tahu kamu sentimental seperti
umumnya para penonton sandiwara. Cobalah putuskan.
TARKENI
Kalau saya berpihak kepada orang
tua dan niat kawin kita urungkan….
MADEKUR
Kamu akan segera menjadi bintang
keluarga dan penonton akan terharu, sementara diam-diam mengutuk orang tua.
TARKENI
Kalau sebaliknya?
MADEKUR
Kamu segera akan diludahi dari segala penjuru dan penonton menganggap
lakon ini kurang menarik, sementara mengharapkan akhirnya kamu kembali bersujud
di depan orang tua mu.
TARKENI
Dan saya sendiri?
MADEKUR
Berbahagia tidur bersama saya
sambil sekali-sekali membayangkan rambut orang tua mu yang semakin memutih.
TARKENI
Dan orang tua saya?
MADEKUR
Bernapas seperti biasanya dan
nasibnya sudah diatur seperti orang-orang tua yang lain
TARKENI
Tidak pernah mereka memikirkan
saya.
MADEKUR
Pernah setiap akan tidur tapi tak
lebih dari lima menit.
TARKENI
Kamu sendiri bagaimana?
MADEKUR
Buat saya sangat gampang membenci
orang tua saya karena mereka tidak pernah memperhatikan saya kecuali setelah
mereka ditinggalkan saudara-saudara saya yang lainnya, dan saya menunjang biaya
rumah tangganya secara tetap.
TARKENI
Kamu pahit sekali
MADEKUR
Saya kira bukan pahit, enteng.
Seperti hidup ini memperlakukan kita.
TARKENI
Enteng.
MADEKUR
Enteng.
TARKENI
Saya sudah putuskan
MADEKUR
Bagus.
TARKENI
Enteng.
MADEKUR
Enteng.
GONG LAGI, ATAU KALAU BOSAN YA
CARI YANG LAIN
0 komentar
Posting Komentar