Selasa, 13 Desember 2016

Naskah Drama Orkes Madun 1 Bagian 4

Enam

MUNCUL AYAH DAN AYAH DIIKUTI MADEKUR DAN TARKENI

AYAH & AYAH
Sekarang, marilah kita bicara dengan lebih tenang. Atur napas dengan baik supaya darahmu beredar teratur dan tertib dan supaya kamu bisa bekerja dengan pikiranmu dan tidak dengan perasaanmu itu. Bu, saya sudah bicara dan anakmu sudah bicara dan kini giliranmu bicara. Mad/Tar, saya senang pada orang yang keras pendiriannya tapi, kamu keras kepala dan saya tidak suka. Sudah berkali-kali kamu mencoba  mengutarakan perasaanmu dan tidak pernah sekali pun mengutarakan pikiranmu, dan itu saya tidak suka. Sebaliknya saya telah berkali-kali meminjamkan pikiran-pikiran terbaik saya buat kamu, tapi kamu tidak suka. Padahal kamu sendiri cukup dewasa untuk memahami bahwa perkawinan tidak semata membutuhkan perasaan, melainkan juga terutama pikiran. Bu, kamu setuju anakmu kawin dengan pelacur/pencopet?

IBU & IBU
Naudzubillahi min dzalik, eh, tidak!

AYAH & AYAH
Atau kamu setuju anakmu kawin dengan keluarga itu yang….

IBU & IBU
Tidak.

AYAH & AYAH
Kamu dengar sendiri bagaimana ibumu mengatakan tidak dan kamu sendiri tahu ibumu sangat jernih dalam berpikir. Sekarang lebih baik kamu istigfarlah dulu.

IBU & IBU (Pada penonton)
Sebenarnya mulut saya mau bilang setuju, tapi mata suami saya terlalu besar, nanti saya akan bilang juga.

AYAH & AYAH
Persoalan cinta tidak sesepele seperti yang banyak diduga orang dan memahaminya lebih sukar daripada memotong kuku dengan golok, namun percayalah saya menyintai kamu sekaligus kehormatan kamu dan hari depan kamu. Janganlah sekali-kali kamu salah mengira saya telah berlaku tidak sayang karena menghalangi niat kamu kawin dengan…. Anak perempuan/lelaki keluarga itu. Jangan juga kamu mengira saya tidak memahami niatmu yang suci, saya paham dan saya menaruh hormat, tapi rupanya kamu lupa bahwa sesuatu yang suci memerlukan tempat yang suci juga.

Juga rupanya kamu tidak menyadari betapa banyak pilihan yang bisa kamu lakukan, dan kamu cukup mengerti bahwa yang terbaik adalah memilih yang terbaik. Tahu kalau kamu masih belum bisa yakin juga, cobalah Tanya para penonton (pada penonton) Setujukah Anda kalau anak Anda kawin dengan pelacur/pencopet? Kalau Anda bilang setuju artinya Anda munafik sejati. Karena Anda telah mengkhianati hati Anda sendiri. Marilah kita akui sama-sama bahwa pada dasarnya kita menyukai kebangsawanan sekalipun perut kita kosong.

Dengan mengatakan setuju berarti Anda telah sempurna dalam mengobral kata-kata muluk berbunga kebajikan, sementara dalam perbuatan nyata Anda kurang lebih sepaham dengan saya. Tapi Anda saksikan sendiri saya satu tingkat lebih tinggi dari Anda lantaran saya satu antara perkataan dan perbuatan. Sungguh-sungguh kita ini ningrat yang terselubung.

MAD & TAR (pada penonton)
Sebelum kemari, saya sudah yakin pasti hati Anda satu barisan dengan hati saya. Sudah tidak bisa dihalangi lagi barisan baru dengan panji-panji cinta akan tampil memimpin dunia ini. Kita sama mengetahui betapa keterbelakangan  orang-orang tua kita dalam berpikir, bersikap dan berbuat, bahkan sebagian watak malasnya masih melekat dalam diri kita.

Ketika di negeri-negeri lain orang sudah sedemikian sibuk dan kerja keras, orang-orang tua kita masih belum selesai dengan sarapannya, dan yang sebagian lagi sibuk merenungkan hikmah hidup tanpa sarapan.

AYAH & AYAH
Berhenti nak. Kamu tidak patut kurang ajar seperti itu, tidak layak menghina orang tuamu sendiri di depan umum seperti ini.

MAD & TAR
Seperti bapak saya sedang mencoba belajar mempergunakan pikiran saya, sama sekali saya tidak sedang melakukan penghinaaan kecuali membeberkan keburukan.

AYAH & AYAH
Satu kalimat lagi berarti merahlah, nak. Tanpa bercermin saya sudah tahu mata saya mulai merah.

MAD & TAR (Pada penonton)
Anda lihat sendiri betapa tidak dewasanya orang-orang tua menghadapi kritik.

AYAH & AYAH
Hanya batu yang bertahan menghadapi kritik

MAD & TAR
Tapi batu yang satu ini tidak.

(keempatnya saling bertatapan sementara Ibu & Ibu sama menghela napas. Beberapa saat tableu begitu. Kemudian terdengar suara gong satu kali)

AYAH & AYAH
Baiklah kita ulang lagi. Marilah kita bicara bertiga dengan lebih tenang. Atur napas dengan baik supaya darah beredar teratur dan tertib, supaya kita bisa bekerja dengan pikiran dan tidak dengan perasaan. Bu, saya sudah bicara, anakmu sudah bicara, kini giliran kamu bicara.

IBU & IBU
Sebenarnya…. (pada penonton) sebenarnya saya setuju dengan pendirian anak saya, tapi juga sebenarnya pikiran suami saya benar juga (kepada suami dan anaknya) sebenarnya sama saja.

AYAH & AYAH
Kamu ini sedang bicara, atau…..?

IBU & IBU
Sama saja. Maksud saya bicara atau tidak hasilnya akan sama saja, tapi bicara sedikit barangkali lebih baik. Nah,. Saya akan mencoba menjelaskan pendirian saya, itu pun kalau bisa disebut pendirian. Jangan dikira gampang orang berpendirian, maksud saya, saya akan berusaha mencoba berpendirian. Jangan khawatir, semuanya akan jelas juga pada akhirnya, tapi untuk itu perlu saya jelaskan secara singkat segalanya lebih dulu. Penjelasan sangat diperlukan sebelum segalanya jelas, itu sudah jelas.

Nah, biarkanlah saya mengumpamakan persoalan ini dengan dua tangkai bunga melati dan seorang gadis delapan tahun. Yang setangkai berwarna putih, sedang setangkai lagi berwarna hitam. Mula-mula sudah jelas gadis itu merasa heran dan sangat lama bertanya dalam hati kenapa ada setangkai bunga melati yang berwarna hitam, sekalipun sebelumnya dia tidak pernah merasa heran bertanya dalam hati ketika pertama kalinya ia melihat bunga melati berwarna putih.

Begitulah seperti yang saya bilang tadi bahwa gadis itu lama bertanya dalam hati, lama merasa heran. Tapi heran yang lama. Kemudian menjelma menjadi takjub dan akhirnya hati gadis itu tertarik ingin melati yang hitam. Begitulah ketika jari-jarinya yang lembut bergetar oleh kekaguman siap mematahkan melati hitam dari tangkainya, gadis itu tiba-tiba ingat bahwa rambutnya juga berwarna hitam. Selain itu ia juga ingat tidak seorang pun di Jatibarang yang menghias rambutnya dengan melati hitam, bahkan sekalipun perempuan yang berambut putih seperti neneknya.

AYAH & AYAH
Sebentar, sebentar. Lebih baik kamu singkatkan saja bicaramu. Bagaimana?

IBU & IBU
Kamu sendiri bagaimana? Kamu akan memetik melati putih atau melati hitam?

AYAH & AYAH
Seperti umumnya orang saya memetik melati putih yang sudah pasti keindahannya.

IBU & IBU
Tapi kamu tidak tahu bahwa melatih hitam itu mempunyai warna putih di sebelah dalam dan malah di dalamnya ada sebutir berlian sebesar geraham saya yang tanggal beberapa tahun lalu

AYAH & AYAH
Mana mungkin! Lagi kamu tidak mengatakan hal itu sebelumnya.

IBU & IBU
Karena melati hitam itu belum jelas maka kemungkinannya tentu lebih luas.

MAD & TAR
Juga melati hitam telah saya petik ketika ayah memetik yang putih

AYAH & AYAH
Tidak bisa. Saya belum memetik, baru berniat memetik dan sekarang saya akan memetik melati yang hitam

MAD & TAR
Tidak bisa, yang hitam telah saya petik

AYAH & AYAH
Tidak bisa, yang hitam milik saya

MAD & TAR
Tidak bisa, luar biaaa harumnya

MAD & TAR
Ya Tuhan harumnya

AYAH &AYAH
Kurang ajar. Lepaskan melati itu

MAD & TAR
Ya Tuhan, harumnya

AYAH & AYAH
Lepaskan, bajingan.

MAD & TAR
Harumnya

AYAH &AYAH
Bajingan

IBU & IBU
Begitulah, siapapun pasti akan memilih yang terbaik. Tapi tahukah bahwa yang terbaik adalah melati putih?

MAD & TAR
Kalau begitu biarlah yang hitam untuk bapak.

AYAH & AYAH
Kamu jangan kurang ajar, nak. Melati putih itu telah saya petik.

MAD & TAR
Mana mungkin, padahal bapak baru saja berniat akan memetiknya. Tidak, pak. Biarlah yang putih buat saya.

AYAH & AYAH
Nak, golok di dapur Cuma sebilah dan itu milik saya

MAD & TAR
Biarlah bapak mengambil golok dan saya memetik melati putih

SANGAT TIBA-TIBA SEKALI, AYAH DAN AYAH MENGHUNUS GOLOK ITU DAN SIAP AKAN MEMANCUNG KEPALA MAD & TAR DAN IBU & IBU MENJERIT

IBU & IBU
Saya lupa memberitahu bahwa yang putih ada dua tangkai dan kesimpulannya kalian berdua sama-sama bersikeras menghendaki yang terbaik (Mendekati anaknya) nak, kamu ingin senang, bukan?

MAD & TAR
Senang sekali, bu.

IBU & IBU
Kau pikir bapak akan menjerumuskan kamu?

MAD & TAR
Pasti tidak, bu.

IBU & IBU (mendekati suaminya)
Kamu pasti tidak bermaksud menjerumuskan anakmu.

AYAH & AYAH
Pasti

IBU & IBU
Dan menghendaki anakmu senang?

AYAH & AYAH
Senang sekali kalau bisa

IBU & IBU
Kalau begitu, beres. Tidak satu pun yang simpang selisih. Sekarang bicaralah satu sama lain tanpa nafsu amarah

AYAH & AYAH
Boleh

MAD & TAR
Boleh

AYAH & AYAH
Kamu masih tetap pada pendirianmu?

MAD & TAR
Masih dan bahkan makin kuat

AYAH & AYAH
Saya juga masih. Kalau begitu kita harus meningkatkan pertengkaran kita (Gong berbunyi lagi) saya sampai pada pikiran untuk menyampaikan ultimatum

MAD & TAR
Sebaliknya mental saya telah siap menerima apa saja

IBU & IBU
Kalian sudah terlalu jauh, kalian….

AYAH & AYAH
Kamu yang semestinya bertahan sesuai dengan kedudukan ibu di mana-mana, yang hanya mampu mengelus-elus dada sementara pertempuran berlangsung.

MAD & TAR
Saya menunggu ultimatum itu, pak

AYAH & AYAH
Bagus. Dengan ultimatum ini saya hanya akan menyederhanakan dan mempersingkat perdebatan yang nonsense ini. Begini, kalau kamu tetap pada niatmu kawin dengan pelacur/pencopet itu saya hanya minta agar hubungan kita sebagai anak dan bapak putus.

IBU & IBU
Pak….

AYAH & AYAH
Kau tak berdaya, bu.

MAD & TAR
Bapak serius?

AYAH & AYAH
Kamu kira main-main?

MAD & TAR
Putus?

AYAH & AYAH
Putus

MAD & TAR
Sudah bapak pikirkan masak?

AYAH & AYAH
Saya kuatir malah terlalu masak

MAD & TAR
Baiklah….

IBU & IBU
Nak….

MAD & TAR
Belum, bu, belum selesai. Saya baru akan mempelajari ultimatum itu.

IBU & IBU
Bagus, nak. Pelajarilah baik-baik.

AYAH & AYAH (berbisik)
Kamu lihat senjata apa yang kita miliki. Berbahagialah karena kita pada kedudukan pemenang. Sambil mengecap harapan kemenangan, juga sambil memberikan kesempatan anak itu mempelajari ultimatum kita marilah kita minum teh di luar.

Tujuh

MADEKUR
Bagaimana?

TARKENI
Kamu bagaimana?

MADEKUR
Buat saya nggak ada soal. Kamu yang sejak semula bersikeras ingin meminta izin dan restu orang tua sekarang punya persoalan karena ultimatum mereka.

TARKENI
Persoalan ini sangat berat buat saya

MADEKUR
Buat siapapun sangat berat, kecuali bagi saya

TARKENI
Bagaimana ya?

MADEKUR
Saya tahu kamu sentimental seperti umumnya para penonton sandiwara. Cobalah putuskan.

TARKENI
Kalau saya berpihak kepada orang tua dan niat kawin kita urungkan….

MADEKUR
Kamu akan segera menjadi bintang keluarga dan penonton akan terharu, sementara diam-diam mengutuk orang tua.

TARKENI
Kalau sebaliknya?

MADEKUR
Kamu segera akan diludahi  dari segala penjuru dan penonton menganggap lakon ini kurang menarik, sementara mengharapkan akhirnya kamu kembali bersujud di depan orang tua mu.

TARKENI
Dan saya sendiri?

MADEKUR
Berbahagia tidur bersama saya sambil sekali-sekali membayangkan rambut orang tua mu yang semakin memutih.

TARKENI
Dan orang tua saya?

MADEKUR
Bernapas seperti biasanya dan nasibnya sudah diatur seperti orang-orang tua yang lain

TARKENI
Tidak pernah mereka memikirkan saya.

MADEKUR
Pernah setiap akan tidur tapi tak lebih dari lima menit.

TARKENI
Kamu sendiri bagaimana?

MADEKUR
Buat saya sangat gampang membenci orang tua saya karena mereka tidak pernah memperhatikan saya kecuali setelah mereka ditinggalkan saudara-saudara saya yang lainnya, dan saya menunjang biaya rumah tangganya secara tetap.

TARKENI
Kamu pahit sekali

MADEKUR
Saya kira bukan pahit, enteng. Seperti hidup ini memperlakukan kita.

TARKENI
Enteng.

MADEKUR
Enteng.

TARKENI
Saya sudah putuskan

MADEKUR
Bagus.

TARKENI
Enteng.

MADEKUR
Enteng.

GONG LAGI, ATAU KALAU BOSAN YA CARI YANG LAIN

0 komentar

Posting Komentar