Minggu, 18 Desember 2016

Naskah Drama Ozone Bagian 1

Naskah Drama ini karya ARIFIN C. NOER.

BABAK SATU

Semuanya, segala sesuatunya berwarna hijau. Semuanya, segala sesuatunya diam. Beberapa saat tak ada gerak tak ada suara. Baru kemudian secara lembut, seperti merayap menembus, menyayup musik atau bunyi-bunyian yang fantastis sekali. Suatu jenis music yang berlum pernah ada; bahkan tidak akan pernah ada di bumi. Dan ketika music dan bunyi-bunyian ini melenyap.

Semuanya, segala sesuatunya menjelma warna lain. Dan ketika semuanya, segala sesuatunya kembali berwarna hijau.

BOROK
Sampai di mana kita?

(Waska yang purba itu kelihatan sedang menahan amarah purbanya. Wujudnya sudah seperti Mummi, penuh keriput. Juga Borok dan Ranggon)g

BOROK
Modar! Sampai di mana kita?

(Ranggong sedang kena pesona. Ia berdiri depan jendela pesawat, memandang keluar. Alam semesta, alam raya, begitu rapih kesatuannya)

BOROK
Otakku tidak perbah bisa bekerja. Modar! Sampai di mana kita? Ranggong!

RANGGONG (Mengeja, khidmat)
A….B….C….De….A…B….

BOROK
Tidak ada petunjuk sama sekali. Tidak ada dalam peta . modar! Bahkan kita tidak pernah memimpikannya apalagi memerkirakannya. Tidak dalam astronomi. Tidak dalam mimpi.

RANGGONG
Satu…. Dua…. Tiga…. Satu…. Dua….

(Waska mengejang-ejang dalam menahan amarahnya)

BOROK
Hari apa ini? Jam berapa ini? Modar! Kita tidak lagi punya siang. Kita tidak lagi punya malam. Saya tidak tahan. Lebih baik kita kembali ke bumi. Saya tidak bisa punya kepastian.

Ketika Borok akan memrogram pesawat itu untuk kembali ke bumi, segera Ranggong menghalanginya

RANGGONG
Kita tidak akan pernah kembali. Kita tidak akan pernah menghentikan perjalanan ini

BOROK
Kita istirahat sebentar. Saya tidak tahan. Jumlah pertanyaan tidak akan tertampung oleh otak yang macet ini.

RANGGONG
Borok. Kita tidak akan pernah berpisah, bukan? Kita sudah saling sumpah.

BOROK
Petualangan Waska kali ini sangat menyiksa. Otak saya dipaksa bekerja. Saya tidak suka. Saya tidak suka. Saya hanya ingin mati.

RANGGONG
Saya juga. Waska juga. Kita bertiga ingin mati.

BOROK
Tapi kita tidak pernah mati juga.

RANGGONG
Kita sedang menuju ke sana. Ke mimpi kita. Ke mati.

BOROK
Indah sekali

RANGGONG
Ya, indah sekali. Sebab itu kita tidak akan pernah kembali.

BOROK
Tapi perjalanan ini menyiksa saya.

RANGGONG
Perjalanan ini penuh pesona. Menentramkan. Cobalah kamu perhatikan alam di sekitar kita. Indah sekali, bintang-bintang berenang bersama planet-planet. Dan kamu tahu apa yang terjadi barusan saja? Saya merasa seperti sedang dilahirkan kembali dan memulai lagi hidup ini. Bukan main. Lihat. Seorang bayi yang mulus.

BOROK
Modar! Betul-betul seorang bayi!

RANGGONG
Bayi itu indah sekali

BOROK
Ia melayang-layang diantara bintang-bintang dan planet-planet. Modar! Bayi siapa dia?

RANGGONG
Itu kamu Borok! Kamu.

BOROK
Saya?

RANGGONG
Iya kamu.

BOROK
Kamu sendiri mana?

RANGGONG
Sebentar lagi saya akan kelihatan tidak jauh dari bintang itu.

BOROK
Itu dia.

RANGGONG
Ya. Ya.

BOROK
Tapi itu seekor kuda putih. Modar! Bayi itu menunggang kuda!

RANGGONG
Itu saya.

BOROK
Modar! Sombong sekali kamu.

RANGGONG
Sekarang perhatikan lagi. Mahluk itu sedang mendekati bayi kamu.

BOROK
Modar! Apa itu? Dinosaurus! Modar! Bayi itu menaiki punggung binatang itu. ketawa-ketawa dia. Modar! Ia melambai-lambaikan tangannya yang kecil kepada kita.

RANGGONG
Balaslah lambaiannya

Borok kemudian melambai-lambaikan tangannya. Juga Ranggong.

RANGGONG
Bagaimana sekarang?

BOROK
Semangat saya kembali berkibar-kibar. Nafsu saya kembali berkobar-kobar. Saya suka petualangan ini.

RANGGONG
Iniah petualangan sejarah Waska!

BOROK
Kita akan sampai ke ujungnya?

RANGGONG
Kita akan sampai ke ujung sejarah!

BOROK
Dan kita akan mati.

RANGGONG
Kita akan mati.

(Waska tiba-tiba meraung dahsyat sekali)

WASKA
Gustav!

GUSTAV
Saya di sini, Waska!

WASKA
Debleng!

DEBLENG
Saya di sini Waska!

WASKA
Engkos!

ENGKOS
Saya di sini, Waska!

WASKA
Japar!

JAPAR
Saya di sini, Waska!

WASKA
Borok!

BOROK
Saya di sini, Waska!

WASKA
Ranggong!

RANGGONG
Saya di sini, Waska!

(Waska meraung dahsyat. Ranggong meraung dahsyat. Borok meraung dahsyat. Semua meraung dahsyat, sangat dahsyat.Waska kecapekan , Ranggong Kecapekan, Borok melohok, menyaksikan kawan-kawannya yang lama sedang berjoget tanpa suara)

BOROK
Ramai sekali mereka

RANGGONG
Karena mereka sudah mati!

BOROK
Oh, bahagianya mereka, bahagianya.

(Kawan-kawannya semakin asyik berjoget. Sesekali terdengar suara dan bunyinya kalau kebetulan angin least. Sesekal)

BOROK
Mereka sudah mati

RANGGONG
Labih satu abad yang lalu, Borok.

BOROK
Labih satu abad yang lalu, ranggong. Seharusnya kita juga begitu satu abad yang lalu.

RANGGONG
Eh, lihat. Lihat tuh, siapa tuh?

BOROK
Makdikipe, si juru kunci kuburan yang mati kita granat dulu. Teller betul dia. Apa di alam kubur juga ada ganja?

RANGGONG
Anaknya juga tuh ikut-ikut negibing. Kayaknya bidaranya cantik benar.

BOROK
Emang mereka sama bidadari?

RANGGONG
Sama siapa lagi? Emang sama setan? Di alam sono nggak ada setan. Hanya di bumi yang banyak setan.

BOROK
Lho, kalau gitu kawan-kawan kita yang cewek ngibing sama siapa?

RANGGONG
Sama bidadari lelaki tentu. Asyik benar mereka.

BOROK
Aduh. Aduh.

RANGGONG
Kenapa? Siapa?

BOROK
Kasihan betul Bigayah, germo tua itu. ia hanya menangis saja.

RANGGONG
Kasihan. Cintanya tidak luntur sampai dikubur. Tapi mau apa lagi? Waska belum mati. Kita belum mati. Tuh lihat wajah waska. Wajah manusia kalau karbitan. Kayak Zombie.

BOROK
Kayak mummi

RANGGONG
Kita ini manusia-manusia macet. Karena sombong. Karena Waska sombong. Karena dia tak mau mati. Karena kita telah merampas oksigen jatuh mahluk lain di zaman lain.

BOROK
Tapi kita sudah cukup menyesal, bukan?

RANGGONG
Dosa Waska dan kita boleh jadi terlalu banyak. Dosa kita menyangkut sistem. Karena itu boleh jadi alam masih menghukum kita.

BOROK
Hukuman apa yang paling hebat di dunia selain hukuman mati? Saya rela dipancung. Saya sudi ditembak berkali-kali. Saya mau dicincang-cincang lalu dicampur dengan adonan semen. Saya mau mati.

RANGGONG
Justru sebaliknya. Hukuman yang paling berat ternyata adalah menanggung kehidupan dan hidup lebih dari kemampuan kita. Hukuman hidup!

BOROK
Kita dihukum hidup! Celakalah kita. Sudah terlalu tua kita. Di otak kita berapa milyar disket, berapa milyar microfilm, berapa milyar arsip dan kenangan? Kita ingin istirahat, kan Ranggong!?

RANGGONG
Kita ingin istirahat tapi kita sedang menjalani hukuman hidup paksa. Oh, jangan teruskan kesedihan Borok.

(Waska yang sejak tadi membatu kemudian bernafas dan perlahan, patah-patah seperti reptilia raksasa, seperti sebuah bukit terjal, bergerak)

WASKA
Cuah! Cuah! Suara apa ini? Bisingnya bukan main.

(Ranggong memberi isyarat agar Borok tenang dan kemudian Borok mencoba bersikap tenang. Masing-masing pada panel dan layar monitor)


RANGGONG
Tidak ada apa-apa Waska.

WASKA
Cuah! Bohong! Ini pasti suara tangis. Mengaku, Borok, kamu menangis!

BOROK
Tidak Waska. Saya tidak pernah menangis

WASKA
Itu dulu. Sekarang saya dengar kamu sedang menangis. Jelas sekali ini suara tangismu. Memalukan. Memalukan.

BOROK
Maafkan saya, Waska.

WASKA
Tidak usah minta maaf. Saya juga sedang menangis kok. Saya capek.

RANGGONG
Kita semua capek.

WASKA
Ya, Ranggong, ya. Karena itu kita menuju matahari, membakar diri, melenyap diri. Betapa indah menjadi tiada.

RANGGONG
Betapa indah kembali serta bersama alam raya.

BOROK
Tapi, saya kira untuk mati tidak perlu kita terlalu sombong dan ambisius. Kenapa kita harus ke matahari? Terlalu jauh. Lagian siapa tahu kita hanya terbakar saja selama hidup dan tidak mati-mati. Lebih celaka lagi kita nantinya.

RANGGONG
Kita tetap harus kreatif, juga dalam memilih cara mati.

WASKA
Ya, kita harus menciptakan sejarah

BOROK
Eh, tiba-tiba saya mendengar suaranya? Bukan, bukan suaranya. Nyanyiannya. Ya, nyanyiannya.

(Ranggong mencoba ikut dengar)

WASKA
Suara siapa? Nyanyian siapa?

BOROK
Lirih sekali

RANGGONG
Menyayat sekali

WASKA
Sialan! Suara siapa? Nyanyian siapa?

BOROK
Kekasihmu, Waska. Bi Gayah.

WASKA
Mana dia? Mana?

RANGGONG
Bersama orkes. Lihatlah. Dia menyanyi sementara kawan-kawan berjoget

WASKA
Ramai sekali mereka

RANGGONG
Karena mereka sudah mati

WASKA
Sepi sekali kita

BOROK
Karena kita masih hidup

(kembali dominan bunyi lembut mesin pesawat. Dan semua terpaku membatu. Dalam warna hijau mereka kembali. Tiba-tiba Waska melakukan perubahan program dan haluan pesawat)

RANGGONG
Kita kembali ke bumi, Waska?

WASKA
Kita tidak akan pernah kembali. Kita akan terus melayang-layang hampa di kehampaan angkasa sampai kita tiada.

BOROK
Tapi kamu mengubah haluan

WASKA
Ya, kita tidak perlu pergi ke Matahari.


BOROK
Lalu di mana kita akan mencari mati?

WASKA
Di bulan

BOROK
Ah, kembali romantis kita.

RANGGONG
Tapi itu klise. Klise. Tidak orisinil. Kita harus kreatif.

WASKA
Ternyata cinta juga klise. Dan diam-diam. Saya mencintai mantan pelacur tua itu. ya, Gayah. I Love You.

BI GAYAH (dari jauh)
I Love You too, Waska. For ever, Wherever, Whenever.

WASKA
Jemput dan tunggulah aku di bulan.

BI GAYAH
Cintaku dan rinduku memenuhi angkasa. Di planet mana saja kau akan kutunggu.

WASKA
Ciumanku tak pernah lepas, Gayah.

BI GAYAH
Pelukanku akan membeku dan menjadikan kita satu.

(Waska melambaikan tangan, Bi gayah melambaikan tangan)

BOROK
Kayak adegan film remaja

RANGGONG
Lebih dari lakon Romeo dan Juliet

BOROK
Yang lelaki, Bandit dan Bandot Tua

RANGGONG
Yang perempuan Pelacur dan Germo Tua

WASKA
Bulan dalam jangkauan

BOROK
Ya, bulan dalam jangkauan

RANGGONG
Jadi, di sana kita akan mati?

WASKA
Ya, di sana

BOROK
Bulan.

WASKA
Bulan. Di sana babak sandiwara ini akan berakhir

RANGGONG
Sedikit usul. Begitu pesawat kita mendarat kita jangan langsung mati dulu. Kita pesta dulu.

BOROK
Wah, asyik betul mati. Tidak sabar saya

WASKA
Begitu usai pesta nanti, terlebih dulu saya akan memanggil nama itu dan kita.

RANGGONG
Bersama

BOROK
Menanggalkan

WASKA
Helm kita

RANGGONG
Kita hisap

BOROK
Dalam-dalam

WASKA
Kematian

Kembali sunyi lembut pesawat menguasai. Kembali mereka dibalut cahaya kehijauan.

WASKA

Ke bulan

0 komentar

Posting Komentar