Naskah Drama ini karya ARIFIN C. NOER.
BABAK SATU
Semuanya, segala sesuatunya berwarna hijau. Semuanya, segala
sesuatunya diam. Beberapa saat tak ada gerak tak ada suara. Baru kemudian
secara lembut, seperti merayap menembus, menyayup musik atau bunyi-bunyian yang
fantastis sekali. Suatu jenis music yang berlum pernah ada; bahkan tidak akan
pernah ada di bumi. Dan ketika music dan bunyi-bunyian ini melenyap.
Semuanya, segala sesuatunya menjelma warna lain. Dan ketika
semuanya, segala sesuatunya kembali berwarna hijau.
BOROK
Sampai di mana kita?
(Waska yang purba itu kelihatan sedang menahan amarah purbanya.
Wujudnya sudah seperti Mummi, penuh keriput. Juga Borok dan Ranggon)g
BOROK
Modar! Sampai di mana kita?
(Ranggong sedang kena pesona. Ia berdiri depan jendela pesawat,
memandang keluar. Alam semesta, alam raya, begitu rapih kesatuannya)
BOROK
Otakku tidak perbah bisa bekerja.
Modar! Sampai di mana kita? Ranggong!
RANGGONG (Mengeja, khidmat)
A….B….C….De….A…B….
BOROK
Tidak ada petunjuk sama sekali. Tidak
ada dalam peta . modar! Bahkan kita tidak pernah memimpikannya apalagi
memerkirakannya. Tidak dalam astronomi. Tidak dalam mimpi.
RANGGONG
Satu…. Dua…. Tiga…. Satu…. Dua….
(Waska mengejang-ejang dalam menahan amarahnya)
BOROK
Hari apa ini? Jam berapa ini? Modar!
Kita tidak lagi punya siang. Kita tidak lagi punya malam. Saya tidak tahan.
Lebih baik kita kembali ke bumi. Saya tidak bisa punya kepastian.
Ketika Borok akan memrogram pesawat
itu untuk kembali ke bumi, segera Ranggong menghalanginya
RANGGONG
Kita tidak akan pernah kembali. Kita
tidak akan pernah menghentikan perjalanan ini
BOROK
Kita istirahat sebentar. Saya tidak
tahan. Jumlah pertanyaan tidak akan tertampung oleh otak yang macet ini.
RANGGONG
Borok. Kita tidak akan pernah
berpisah, bukan? Kita sudah saling sumpah.
BOROK
Petualangan Waska kali ini sangat
menyiksa. Otak saya dipaksa bekerja. Saya tidak suka. Saya tidak suka. Saya
hanya ingin mati.
RANGGONG
Saya juga. Waska juga. Kita bertiga
ingin mati.
BOROK
Tapi kita tidak pernah mati juga.
RANGGONG
Kita sedang menuju ke sana. Ke mimpi
kita. Ke mati.
BOROK
Indah sekali
RANGGONG
Ya, indah sekali. Sebab itu kita tidak
akan pernah kembali.
BOROK
Tapi perjalanan ini menyiksa saya.
RANGGONG
Perjalanan ini penuh pesona.
Menentramkan. Cobalah kamu perhatikan alam di sekitar kita. Indah sekali,
bintang-bintang berenang bersama planet-planet. Dan kamu tahu apa yang terjadi
barusan saja? Saya merasa seperti sedang dilahirkan kembali dan memulai lagi
hidup ini. Bukan main. Lihat. Seorang bayi yang mulus.
BOROK
Modar! Betul-betul seorang bayi!
RANGGONG
Bayi itu indah sekali
BOROK
Ia melayang-layang diantara
bintang-bintang dan planet-planet. Modar! Bayi siapa dia?
RANGGONG
Itu kamu Borok! Kamu.
BOROK
Saya?
RANGGONG
Iya kamu.
BOROK
Kamu sendiri mana?
RANGGONG
Sebentar lagi saya akan kelihatan
tidak jauh dari bintang itu.
BOROK
Itu dia.
RANGGONG
Ya. Ya.
BOROK
Tapi itu seekor kuda putih. Modar!
Bayi itu menunggang kuda!
RANGGONG
Itu saya.
BOROK
Modar! Sombong sekali kamu.
RANGGONG
Sekarang perhatikan lagi. Mahluk itu
sedang mendekati bayi kamu.
BOROK
Modar! Apa itu? Dinosaurus! Modar!
Bayi itu menaiki punggung binatang itu. ketawa-ketawa dia. Modar! Ia
melambai-lambaikan tangannya yang kecil kepada kita.
RANGGONG
Balaslah lambaiannya
Borok kemudian melambai-lambaikan
tangannya. Juga Ranggong.
RANGGONG
Bagaimana sekarang?
BOROK
Semangat saya kembali berkibar-kibar.
Nafsu saya kembali berkobar-kobar. Saya suka petualangan ini.
RANGGONG
Iniah petualangan sejarah Waska!
BOROK
Kita akan sampai ke ujungnya?
RANGGONG
Kita akan sampai ke ujung sejarah!
BOROK
Dan kita akan mati.
RANGGONG
Kita akan mati.
(Waska tiba-tiba meraung dahsyat sekali)
WASKA
Gustav!
GUSTAV
Saya di sini, Waska!
WASKA
Debleng!
DEBLENG
Saya di sini Waska!
WASKA
Engkos!
Engkos!
ENGKOS
Saya di sini, Waska!
WASKA
Japar!
JAPAR
Saya di sini, Waska!
WASKA
Borok!
BOROK
Saya di sini, Waska!
WASKA
Ranggong!
RANGGONG
Saya di sini, Waska!
(Waska meraung dahsyat. Ranggong meraung dahsyat. Borok meraung
dahsyat. Semua meraung dahsyat, sangat dahsyat.Waska kecapekan , Ranggong
Kecapekan, Borok melohok, menyaksikan kawan-kawannya yang lama sedang berjoget
tanpa suara)
BOROK
Ramai sekali mereka
RANGGONG
Karena mereka sudah mati!
BOROK
Oh, bahagianya mereka, bahagianya.
(Kawan-kawannya semakin asyik berjoget. Sesekali terdengar suara
dan bunyinya kalau kebetulan angin least. Sesekal)
BOROK
Mereka sudah mati
RANGGONG
Labih satu abad yang lalu, Borok.
BOROK
Labih satu abad yang lalu, ranggong.
Seharusnya kita juga begitu satu abad yang lalu.
RANGGONG
Eh, lihat. Lihat tuh, siapa tuh?
BOROK
Makdikipe, si juru kunci kuburan yang
mati kita granat dulu. Teller betul dia. Apa di alam kubur juga ada ganja?
RANGGONG
Anaknya juga tuh ikut-ikut negibing.
Kayaknya bidaranya cantik benar.
BOROK
Emang mereka sama bidadari?
RANGGONG
Sama siapa lagi? Emang sama setan? Di
alam sono nggak ada setan. Hanya di bumi yang banyak setan.
BOROK
Lho, kalau gitu kawan-kawan kita yang
cewek ngibing sama siapa?
RANGGONG
Sama bidadari lelaki tentu. Asyik
benar mereka.
BOROK
Aduh. Aduh.
RANGGONG
Kenapa? Siapa?
BOROK
Kasihan betul Bigayah, germo tua itu.
ia hanya menangis saja.
RANGGONG
Kasihan. Cintanya tidak luntur sampai
dikubur. Tapi mau apa lagi? Waska belum mati. Kita belum mati. Tuh lihat wajah waska.
Wajah manusia kalau karbitan. Kayak Zombie.
BOROK
Kayak mummi
RANGGONG
Kita ini manusia-manusia macet. Karena
sombong. Karena Waska sombong. Karena dia tak mau mati. Karena kita telah
merampas oksigen jatuh mahluk lain di zaman lain.
BOROK
Tapi kita sudah cukup menyesal, bukan?
RANGGONG
Dosa Waska dan kita boleh jadi terlalu
banyak. Dosa kita menyangkut sistem. Karena itu boleh jadi alam masih menghukum
kita.
BOROK
Hukuman apa yang paling hebat di dunia
selain hukuman mati? Saya rela dipancung. Saya sudi ditembak berkali-kali. Saya
mau dicincang-cincang lalu dicampur dengan adonan semen. Saya mau mati.
RANGGONG
Justru sebaliknya. Hukuman yang paling
berat ternyata adalah menanggung kehidupan dan hidup lebih dari kemampuan kita.
Hukuman hidup!
BOROK
Kita dihukum hidup! Celakalah kita.
Sudah terlalu tua kita. Di otak kita berapa milyar disket, berapa milyar
microfilm, berapa milyar arsip dan kenangan? Kita ingin istirahat, kan
Ranggong!?
RANGGONG
Kita ingin istirahat tapi kita sedang
menjalani hukuman hidup paksa. Oh, jangan teruskan kesedihan Borok.
(Waska yang sejak tadi membatu kemudian bernafas dan perlahan,
patah-patah seperti reptilia raksasa, seperti sebuah bukit terjal, bergerak)
WASKA
Cuah! Cuah! Suara apa ini? Bisingnya
bukan main.
(Ranggong memberi isyarat agar Borok tenang dan kemudian Borok
mencoba bersikap tenang. Masing-masing pada panel dan layar monitor)
RANGGONG
Tidak ada apa-apa Waska.
WASKA
Cuah! Bohong! Ini pasti suara tangis.
Mengaku, Borok, kamu menangis!
BOROK
Tidak Waska. Saya tidak pernah
menangis
WASKA
Itu dulu. Sekarang saya dengar kamu
sedang menangis. Jelas sekali ini suara tangismu. Memalukan. Memalukan.
BOROK
Maafkan saya, Waska.
WASKA
Tidak usah minta maaf. Saya juga
sedang menangis kok. Saya capek.
RANGGONG
Kita semua capek.
WASKA
Ya, Ranggong, ya. Karena itu kita
menuju matahari, membakar diri, melenyap diri. Betapa indah menjadi tiada.
RANGGONG
Betapa indah kembali serta bersama
alam raya.
BOROK
Tapi, saya kira untuk mati tidak perlu
kita terlalu sombong dan ambisius. Kenapa kita harus ke matahari? Terlalu jauh.
Lagian siapa tahu kita hanya terbakar saja selama hidup dan tidak mati-mati.
Lebih celaka lagi kita nantinya.
RANGGONG
Kita tetap harus kreatif, juga dalam
memilih cara mati.
WASKA
Ya, kita harus menciptakan sejarah
BOROK
Eh, tiba-tiba saya mendengar suaranya?
Bukan, bukan suaranya. Nyanyiannya. Ya, nyanyiannya.
(Ranggong
mencoba ikut dengar)
WASKA
Suara siapa? Nyanyian siapa?
BOROK
Lirih sekali
RANGGONG
Menyayat sekali
WASKA
Sialan! Suara siapa? Nyanyian siapa?
BOROK
Kekasihmu, Waska. Bi Gayah.
WASKA
Mana dia? Mana?
RANGGONG
Bersama orkes. Lihatlah. Dia menyanyi
sementara kawan-kawan berjoget
WASKA
Ramai sekali mereka
RANGGONG
Karena mereka sudah mati
WASKA
Sepi sekali kita
BOROK
Karena kita masih hidup
(kembali
dominan bunyi lembut mesin pesawat. Dan semua terpaku membatu. Dalam warna
hijau mereka kembali. Tiba-tiba Waska melakukan perubahan program dan haluan
pesawat)
RANGGONG
Kita kembali ke bumi, Waska?
WASKA
Kita tidak akan pernah kembali. Kita
akan terus melayang-layang hampa di kehampaan angkasa sampai kita tiada.
BOROK
Tapi kamu mengubah haluan
WASKA
Ya, kita tidak perlu pergi ke
Matahari.
BOROK
Lalu di mana kita akan mencari mati?
WASKA
Di bulan
BOROK
Ah, kembali romantis kita.
RANGGONG
Tapi itu klise. Klise. Tidak orisinil.
Kita harus kreatif.
WASKA
Ternyata cinta juga klise. Dan
diam-diam. Saya mencintai mantan pelacur tua itu. ya, Gayah. I Love You.
BI GAYAH (dari jauh)
I Love You too, Waska. For ever,
Wherever, Whenever.
WASKA
Jemput dan tunggulah aku di bulan.
BI GAYAH
Cintaku dan rinduku memenuhi angkasa.
Di planet mana saja kau akan kutunggu.
WASKA
Ciumanku tak pernah lepas, Gayah.
BI GAYAH
Pelukanku akan membeku dan menjadikan
kita satu.
(Waska
melambaikan tangan, Bi gayah melambaikan tangan)
BOROK
Kayak adegan film remaja
RANGGONG
Lebih dari lakon Romeo dan Juliet
BOROK
Yang lelaki, Bandit dan Bandot Tua
RANGGONG
Yang perempuan Pelacur dan Germo Tua
WASKA
Bulan dalam jangkauan
BOROK
Ya, bulan dalam jangkauan
RANGGONG
Jadi, di sana kita akan mati?
WASKA
Ya, di sana
BOROK
Bulan.
WASKA
Bulan. Di sana babak sandiwara ini
akan berakhir
RANGGONG
Sedikit usul. Begitu pesawat kita
mendarat kita jangan langsung mati dulu. Kita pesta dulu.
BOROK
Wah, asyik betul mati. Tidak sabar
saya
WASKA
Begitu usai pesta nanti, terlebih dulu
saya akan memanggil nama itu dan kita.
RANGGONG
Bersama
BOROK
Menanggalkan
WASKA
Helm kita
RANGGONG
Kita hisap
BOROK
Dalam-dalam
WASKA
Kematian
Kembali sunyi lembut pesawat menguasai. Kembali mereka dibalut
cahaya kehijauan.
WASKA
Ke bulan
0 komentar
Posting Komentar