WASKA
Gayah….
RANGGONG
Ia tak mendengar kita
BOROK
Ia tak melihat kita
(Ranggong dan Borok segera menahan Waska yang akan mengejar
rombongan Gayah yang semakin jauh dan sayup)
RANGGONG
Sia-sia saja kita mengejarnya
BOROK
Kita belum mati seperti Gayah
WASKA
Kalau begitu segera kita tanggalkan
pakaian dan jasad yang membebani kita selama ini
RANG-BOR
Ya
WASKA
Segera kita lepas helm dan otak ini
RANG-BOR
Ya
WASKA
Kita buang tabung oksigen ini
RANG-BOR
Ya
WASKA
Kita bebas
RANGGONG
Selamat tinggal, hidup
BOROK
Selamat tinggal, daging
WASKA
Selamat tinggal, usus. Selamat
tinggal, pancaindera
BERTIGA
Selamat datang, kematian
(Yang pertama sekali mereka lepaskan adalah helm. Yang kedua
adalah tabung. Setelah itu mereka saling berpandangan mesra dan selanjutnya
secara khusuk mereka berkiblat ke suatu arah. Bahagian sekali mereka. Secara
bersama mereka menghisap suasana sekitar. Tergetar hati masing-masing. mereka
membaui sesuatu yang harum sekali)
WASKA (tak bersuara)
Harum!
BOROK (tak bersuara)
Ya, harum sekali!
RANGGONG (tak bersuara)
Ajaib. Nikmat sekali. Kita teler
dibuatnya
BERTIGA (tak bersuara)
Hmm….
(Ketiganya masih tetap berdiri, tapi kali ini mata mereka
terpejam. Sakin nikmatnya oleh suatu pengalaman yang baru sama sekali. Lama
sekali mereka berpejam. Dan tanpa sadar, tangan-tangan mereka bergerak menari.
Gemulai ajaib. Mereka betul-betul menari dalam hening dengan music hening.
Tarian total penyerahan diri yang mutlak. Begitu rupa gemulainya
sepertinya mereka mutlak bebas dari yang namanya konflik. Cahaya semakin lama
semakin kuat. Tiba-tiba Waska sadar, ia mulai raguragu. Mulai bimbang. Dengan
curiga ia amati bagaimana kedua kawannya itu teller menari. Lama-lama ia penuh
sadar. Ia cubit dirinya. Ia periksa segala inderanya. Lalu ia bangunlakn kedua
kawannya)
WASKA (tak bersuara)
Bangun! Bangun!
(Kawan-kawannya tentu saja ternganga tidak mengerti)
WASKA (tak bersuara)
Kita belum mati. Kita masih hidup
BOROK (tak bersuara)
Ha?
RANGGONG (tak bersuara)
Kenapa kita? Kenapa?
WASKA (tak bersuara)
Kita masih hidup. Kita belum mati.
(Kedua kawannya masih belum mengerti. Karena itu buru-buru Waska
mengambil helm dan mengenakannya)
WASKA (tak bersuara)
Ternyata kita belum mati, belum mati.
(Juga Ranggong dan Borok masih belum mengerti. Buru-buru Waska
menyuruh mereka memasang helm dan buru-buru mereka melakukannya)
WASKA
Kita belum mati!
RANGGONG
Tidak mungkin!
BOROK
Kita sudah mati tapi kita tidak bisa
membedakannya
RANGGONG
Ya, boleh jadi kita belum terbiasa
dengan mati, padahal sebetulnya kita ini sudah mati
BOROK
Ya. Pasti kita sudah mati. Hanya saja
kita tidak sadar.
WASKA
Ya. Boleh jadi. Kalau begitu keliru
persepsi kita selama ini tentang mati. Mati itu bukan menjadi tiada. Mati itu
bukan kehilangan kesadaran
BOROK
Ternyata seru juga rasanya mati
RANGGONG
Gugur semua teori tentang kematian,
baik dari pandangan keagamaan maupun kedokteran
BOROK
Pokoknya mati itu tidak seperti yang
dikatakan buku-buku dan dongeng-dongeng
RANGGONG
Kita ini memang sok jagoan di jagat
raya!
(Malu-malu dan ragu-ragu, Waska nyingkir dan lalu keluar)
BOROK
Pengen rasanya saya datangi itu
dokter-dokter dan saya ajarin tentang mati
RANGGONG
Aneh juga. Sudah satu abad kagak
negrokok, tiba-tiba sekarang pengen rokok. Kelobot lagi. Eh, macam-macam
rasanya mati ini. Ngebet ngerokok kelobot di bulan lagi. Makin mati makin
ngawur
BOROK
Terus terang, ini juga kalau tidak
digebukin malaikat, saya pengen sekali makan lotek
(Malu-malu dan ragu-rag,u Waska muncul lagi)
RANGGONG
Darimana bos?
(Waska hanya senyum)
BOROK
Ah, ditanya darimana jawabnya Cuma
senyum. Si Bos di akherat lain nih. Galaknya kurang
RANGGONG
Darimana?
BOROK
Pasti mojok sama bidadari. Disiram
malaikat lu!
WASKA
Malu. Lucu
BOROK
Kok geli sendiri. cerita dong.
Darimana habis apa?
WASKA
Aneh. Saya sudah mati kok masih bisa
kencing
RANGGONG
Kencing?
BOROK
Ah, si bos ngawur pasti. Masa kencing
WASKA
Betul. Kencing. Tadinya juga saya
nggak percaya. Tapi setelah saya biarkan, cuuur begitu saja saya percaya. Kamu
tidak ingin kencing?
RANGGONG
Tidak sama sekali
BOROK
Saya coba. Siapa tahu saya juga bisa
kencing. Lucu juga kalau saya kencing padahal saya suah mati.
(Lari ia dan keluar. Yang lain menunggu. Tegang)
WASKA
Saya mulai curiga
RANGGONG
Saya juga mulai bimbang dan ragu
(Borok muncul dengan ketawa)
BOROK
Kencing saya. Ajaib
WASKA
Kalau begitu, jelas kamu belum mati
BOROK
Jelas saya sudah mati. Kamu juga sudah
mati. Ranggong juga.
WASKA
Kita belum mati. Kita masih hidup.
RANGGONG
Tida, Waska. Kita sudah mati
WASKA
Buktinya mana? Bukti apa kalau kita
sudah mati?
BOROK
Kita di sini. di bulan.
RANGGONG
Di sini tidak ada oksigen dan tak ada
yang mampu hidup. Buktinya kita tidak bisa berkomunikasi kecuali dengan bantuan
radio. Suara dan bunyi secara gaib di sini dan tak pernah diantarkan ke
mana-mana karena tak ada udara.
BOROK
Kita sudah mati Waska. Sudah mati.
RANGGONG
Bisa dipahami kenapa kamu tidak yakin
bahwa kamu sudah mati setelah hukuman hidup begitu lama telah kamu jalani dan
telah begitu lama kau rindukan kematian yang membebaskan. Bisa dipahami.
BOROK
Jiwa kamu pasti sedang mengalami
shock. Cultural Shock! Budaya hidup masih sulit kamu lepaskan dan kamu begitu
terkejut tiba-tiba masuk dalam budaya mati yang sama sekali belum pernah kamu
alami. Sebentar tadi juga saya sedikit mengalami shock. Tapi tidak lama.
Sekarang keadaan saya ok.
RANGGONG
Saya juga shock tadi, tapi shock
breakernya mungkin sedikit lebih baik. Selain itu ketika saya masih hidup tidak
jarang saya melakukan exercise. Berbagai kemungkinan dan variasi petualangan
dengan berbagai jenis kecelakaannya saya jalani. Bahkan secara sensasional saya
pernah melakukan terjun dari ketinggian lima puluh ribu kaki tanpa
mengembangkan paying. Semua penonton termasuk para turis yang telanjang dan
setengah telanjang dari pantai Kuta sampai Waikiki dan Riviera perancis secara
serempak ternganga tanpa nafas lantara tegang. Baru ketika kaki saya menyentuh
daun kelapa gading saya kembangkan paying dan segera seluruh anggota PBB
serempak berdiri memberikan tepukan tangan. Belum, belum habis bahaya yang
harus saya atasi. Karena saya harus terjun tepat dengan meletakkan kedua kaki
saya tepat di daerah tanda silang yang Cuma setengah meter radiusnya. Di luar
daerah itu adalah ranjau-ranjau berisi bom yang begitu tersentuh ujung sepatu
saya pati meledak. Nah, pada saat itulah saya melatih jantung saya. Dan ketika
kedua kaki saya tepat menyentuh tanda silang semua kepala Negara di seluruh
dunia berdiri dan bertepuk tangan sementara semua umat manusia menyanyikan lagu
kebangsaan masing-masing. itulah pengalaman shock saya yang rupanya sangat
membantu saya untuk secara cepat beradaptasi dengan kebudayaan mati.
(Waska kelihatan bertambah bimbang, sangsi, bingung. Sementara
kedua anak uahnya memerhatikannya dengan rasa kasihan yang sangat)
BOROK
Jangan bimbang
WASKA
Saya tidak bimbang. Saya sangsi.
RANGGONG
Jangan. Jangan sangsi.
WASKA
Saya tidak sangsi. Saya bingung.
BOROK
Juga jangan bingung. Rileks, ambil
napas. Atur. Atau sebaiknya kamu minum air putih supaya terbantu. Tapi… (lihat
sekitar) di alam barzah rupanya tidak ada air. Atau fungsi air di alam dan
budaya mati jangan-jangan tergantikan zat lain?
RANGGONG
Sebagaimana maut, budaya mati memang
masih gelap bagi kita. Apalagi bagi orang-orang yang masih hidup.
BOROK
Perlahan dan sedikit demi sedikit kamu
pasti akan kembali tenang. Percayalah, Waska. Atau kamu juga mengalami
post-power syndrome? Ah, jangan berpikir soal kekuasaan di budaya mati.
Boro-boro kekuasaan dan kepemimpinan, di alam sini tidak laku yang namanya
politik, ideology dan lain-lain sejeninsnya.
RANGGONG
Tapi saya tidak keberatan kalau kamu
masih mau main raja-rajaan di sini kayak di bumi. Saya dan Borok tidak
keberatan kamu tetap jadi bos di sini. Jangan kuatir. Yang penting tetap tenang
dan senang. Rustig.
BOROK
Ya Waska, nikmatilah kedamaian di
sini. Dan keadaan ini. Mana ada tempat yang lebih membetahkan daripada di alam
yang murni netral objektif ini? Di sini tidak ada itu apa yang namana demokrasi
atau otokrasi atau tirani.
RANGGONG
Tidak ada yang namanya kapitalisme dan
sosialisme dan liberalism. Tidak ada. Di sini nol.
BOROK
Atau kita jalan-jalan dulu sebentar,
Ranggong. Kita hunting location. Siapa tahu dengan raungan pemimpin kita ini
akan lepas dari kepanikannya.
(sebentar ini benar-benar Waska jadi kayak orang dungu)
RANGGONG
Saya kira ide bagus, ayo.
BOROK
Kita jalan-jalan sebentar, Waska.
RANGGONG
Kita perlu orientasi rupanya. Sambil
melihat-lihat pembangunan di satelit bulan ini kita coba lacak kembali, kalau
bisa, jejak nabi-nabi atau orang-orang besar. Istilah kunonya; Napak Tilas!
BOROK
Seru betul. Napak tilas di akherat. Geli
juga.
(mereka bangkit, lalu berjalan. Kawah demi kawah serta lembah demi
lembah mereka jalani. Tapak-tapak sepatu mereka yang besar menjejak pada tanah
pasir yang lembut gembur itu. dan indah sekali gaya mereka berjalan. Karena
terkadang sesekali mereka oleng atau goyang)
BOROK (Nyanyi)
Bulan, bulan di langit
Mengapa kau sendiri
Mari turun ke…
RANGGONG
Nyanyi yang lain dong, bulan. Kita kan
di bulan!
BOROK
Lho, apa salahnya? Ini kan sekedar
kenangan (lalu nyanyi lagi)
Waktu malam sunyi
Malam tiada bergema
Tiada bintang…
RANGGONG
Lagu ini bolehlah sekalipun kunonya
nggak ketulungan. Mati dalam abad 21 kok lagunya zaman Bing Slamet
(Eh, tiba-tiba nyanyian tadi dibarengi dan dilanjutkan oleh suara
lain yang merdu. Lengkap dengan music lagi. Eh, betul-betul ph lama! Sudah
tentu ke bengong-bengong mereka)
RANGGONG
Lho, suara kamu kok dobel, Rok!?
BOROK
Dobel?
RANGGONG
Eh, ada suara lain. Suara lain. Lain
orang!
BOROK
Gema ngkali
RANGGONG
Betul-betul suara. Saya kenal
suaranya. Eh, lengkap dengan pakai music
BOROK
Iya, ya. Betul-betul suara. Betul.
Pakai musik.
RANGGONG
Siapa yang mutar ph lama di bulan ini?
Aneh.
SUARA
Demikian tadi para pendengar sekalian
Sam Saimun dengan lagu ‘Malam tiada bergema’ selanjutnya kita nantikan tepat
pukul dua puluh saat warta berita
BOROK
Eh, radio
RANGGONG
Radio
BOROK
Radio lama
RANGGONG
Kuno, kuno. Itu radio pertengahan abad
20
(Sementara kedengaran music saat menanti acara warta berita yang
kadang timbul-tenggelam. Ranggong dan Borok semakin terheran-heran. Sebaliknya
Waska Cuma diam saja. melihat tingkah laku kedua temannya)
RANGGONG
Betul-betul suara dari abad yang silam
BOROK
Modar! Menakjubkan! Bagaimana
mungkin!?
RANGGONG
Jangan-jangan waktu adalah siklus.
Tanpa kita sadari jangan-jangan kita mundur atau berputar dan kembali ke masa
lampau
WASKA
Bukan.
(Berpaling Ranggong dan Borok kea rah Waska yang sejak tadi sama
sekali kelihatan tidak peduli)
WASKA
Waktu tak pernah kembali. Tak
berujung.
0 komentar
Posting Komentar