Minggu, 18 Desember 2016

Naskah Drama Ozone Bagian 3

WASKA
Gayah….

RANGGONG
Ia tak mendengar kita

BOROK
Ia tak melihat kita

(Ranggong dan Borok segera menahan Waska yang akan mengejar rombongan Gayah yang semakin jauh dan sayup)

RANGGONG
Sia-sia saja kita mengejarnya

BOROK
Kita belum mati seperti Gayah

WASKA
Kalau begitu segera kita tanggalkan pakaian dan jasad yang membebani kita selama ini

RANG-BOR
Ya

WASKA
Segera kita lepas helm dan otak ini

RANG-BOR
Ya

WASKA
Kita buang tabung oksigen ini

RANG-BOR
Ya

WASKA
Kita bebas

RANGGONG
Selamat tinggal, hidup

BOROK
Selamat tinggal, daging

WASKA
Selamat tinggal, usus. Selamat tinggal, pancaindera

BERTIGA
Selamat datang, kematian

(Yang pertama sekali mereka lepaskan adalah helm. Yang kedua adalah tabung. Setelah itu mereka saling berpandangan mesra dan selanjutnya secara khusuk mereka berkiblat ke suatu arah. Bahagian sekali mereka. Secara bersama mereka menghisap suasana sekitar. Tergetar hati masing-masing. mereka membaui sesuatu yang harum sekali)

WASKA (tak bersuara)
Harum!

BOROK (tak bersuara)
Ya, harum sekali!

RANGGONG (tak bersuara)
Ajaib. Nikmat sekali. Kita teler dibuatnya

BERTIGA (tak bersuara)
Hmm….

(Ketiganya masih tetap berdiri, tapi kali ini mata mereka terpejam. Sakin nikmatnya oleh suatu pengalaman yang baru sama sekali. Lama sekali mereka berpejam. Dan tanpa sadar, tangan-tangan mereka bergerak menari. Gemulai ajaib. Mereka betul-betul menari dalam hening dengan music hening.
Tarian total penyerahan diri yang mutlak. Begitu rupa gemulainya sepertinya mereka mutlak bebas dari yang namanya konflik. Cahaya semakin lama semakin kuat. Tiba-tiba Waska sadar, ia mulai raguragu. Mulai bimbang. Dengan curiga ia amati bagaimana kedua kawannya itu teller menari. Lama-lama ia penuh sadar. Ia cubit dirinya. Ia periksa segala inderanya. Lalu ia bangunlakn kedua kawannya)

WASKA (tak bersuara)
Bangun! Bangun!

(Kawan-kawannya tentu saja ternganga tidak mengerti)

WASKA (tak bersuara)
Kita belum mati. Kita masih hidup

BOROK (tak bersuara)
Ha?

RANGGONG (tak bersuara)
Kenapa kita? Kenapa?

WASKA (tak bersuara)
Kita masih hidup. Kita belum mati.

(Kedua kawannya masih belum mengerti. Karena itu buru-buru Waska mengambil helm dan mengenakannya)

WASKA (tak bersuara)
Ternyata kita belum mati, belum mati.

(Juga Ranggong dan Borok masih belum mengerti. Buru-buru Waska menyuruh mereka memasang helm dan buru-buru mereka melakukannya)

WASKA
Kita belum mati!

RANGGONG
Tidak mungkin!

BOROK
Kita sudah mati tapi kita tidak bisa membedakannya

RANGGONG
Ya, boleh jadi kita belum terbiasa dengan mati, padahal sebetulnya kita ini sudah mati

BOROK
Ya. Pasti kita sudah mati. Hanya saja kita tidak sadar.

WASKA
Ya. Boleh jadi. Kalau begitu keliru persepsi kita selama ini tentang mati. Mati itu bukan menjadi tiada. Mati itu bukan kehilangan kesadaran

BOROK
Ternyata seru juga rasanya mati

RANGGONG
Gugur semua teori tentang kematian, baik dari pandangan keagamaan maupun kedokteran

BOROK
Pokoknya mati itu tidak seperti yang dikatakan buku-buku dan dongeng-dongeng

RANGGONG
Kita ini memang sok jagoan di jagat raya!

(Malu-malu dan ragu-ragu, Waska nyingkir dan lalu keluar)

BOROK
Pengen rasanya saya datangi itu dokter-dokter dan saya ajarin tentang mati

RANGGONG
Aneh juga. Sudah satu abad kagak negrokok, tiba-tiba sekarang pengen rokok. Kelobot lagi. Eh, macam-macam rasanya mati ini. Ngebet ngerokok kelobot di bulan lagi. Makin mati makin ngawur

BOROK
Terus terang, ini juga kalau tidak digebukin malaikat, saya pengen sekali makan lotek
(Malu-malu dan ragu-rag,u Waska muncul lagi)

RANGGONG
Darimana bos?
(Waska hanya senyum)

BOROK
Ah, ditanya darimana jawabnya Cuma senyum. Si Bos di akherat lain nih. Galaknya kurang

RANGGONG
Darimana?

BOROK
Pasti mojok sama bidadari. Disiram malaikat lu!

WASKA
Malu. Lucu

BOROK
Kok geli sendiri. cerita dong. Darimana habis apa?

WASKA
Aneh. Saya sudah mati kok masih bisa kencing

RANGGONG
Kencing?

BOROK
Ah, si bos ngawur pasti. Masa kencing

WASKA
Betul. Kencing. Tadinya juga saya nggak percaya. Tapi setelah saya biarkan, cuuur begitu saja saya percaya. Kamu tidak ingin kencing?

RANGGONG
Tidak sama sekali

BOROK
Saya coba. Siapa tahu saya juga bisa kencing. Lucu juga kalau saya kencing padahal saya suah mati.

(Lari ia dan keluar. Yang lain menunggu. Tegang)

WASKA
Saya mulai curiga

RANGGONG
Saya juga mulai bimbang dan ragu

(Borok muncul dengan ketawa)

BOROK
Kencing saya. Ajaib

WASKA
Kalau begitu, jelas kamu belum mati

BOROK
Jelas saya sudah mati. Kamu juga sudah mati. Ranggong juga.

WASKA
Kita belum mati. Kita masih hidup.

RANGGONG
Tida, Waska. Kita sudah mati

WASKA
Buktinya mana? Bukti apa kalau kita sudah mati?

BOROK
Kita di sini. di bulan.

RANGGONG
Di sini tidak ada oksigen dan tak ada yang mampu hidup. Buktinya kita tidak bisa berkomunikasi kecuali dengan bantuan radio. Suara dan bunyi secara gaib di sini dan tak pernah diantarkan ke mana-mana karena tak ada udara.

BOROK
Kita sudah mati Waska. Sudah mati.

RANGGONG
Bisa dipahami kenapa kamu tidak yakin bahwa kamu sudah mati setelah hukuman hidup begitu lama telah kamu jalani dan telah begitu lama kau rindukan kematian yang membebaskan. Bisa dipahami.

BOROK
Jiwa kamu pasti sedang mengalami shock. Cultural Shock! Budaya hidup masih sulit kamu lepaskan dan kamu begitu terkejut tiba-tiba masuk dalam budaya mati yang sama sekali belum pernah kamu alami. Sebentar tadi juga saya sedikit mengalami shock. Tapi tidak lama. Sekarang keadaan saya ok.

RANGGONG
Saya juga shock tadi, tapi shock breakernya mungkin sedikit lebih baik. Selain itu ketika saya masih hidup tidak jarang saya melakukan exercise. Berbagai kemungkinan dan variasi petualangan dengan berbagai jenis kecelakaannya saya jalani. Bahkan secara sensasional saya pernah melakukan terjun dari ketinggian lima puluh ribu kaki tanpa mengembangkan paying. Semua penonton termasuk para turis yang telanjang dan setengah telanjang dari pantai Kuta sampai Waikiki dan Riviera perancis secara serempak ternganga tanpa nafas lantara tegang. Baru ketika kaki saya menyentuh daun kelapa gading saya kembangkan paying dan segera seluruh anggota PBB serempak berdiri memberikan tepukan tangan. Belum, belum habis bahaya yang harus saya atasi. Karena saya harus terjun tepat dengan meletakkan kedua kaki saya tepat di daerah tanda silang yang Cuma setengah meter radiusnya. Di luar daerah itu adalah ranjau-ranjau berisi bom yang begitu tersentuh ujung sepatu saya pati meledak. Nah, pada saat itulah saya melatih jantung saya. Dan ketika kedua kaki saya tepat menyentuh tanda silang semua kepala Negara di seluruh dunia berdiri dan bertepuk tangan sementara semua umat manusia menyanyikan lagu kebangsaan masing-masing. itulah pengalaman shock saya yang rupanya sangat membantu saya untuk secara cepat beradaptasi dengan kebudayaan mati.

(Waska kelihatan bertambah bimbang, sangsi, bingung. Sementara kedua anak uahnya memerhatikannya dengan rasa kasihan yang sangat)

BOROK
Jangan bimbang

WASKA
Saya tidak bimbang. Saya sangsi.

RANGGONG
Jangan. Jangan sangsi.

WASKA
Saya tidak sangsi. Saya bingung.

BOROK
Juga jangan bingung. Rileks, ambil napas. Atur. Atau sebaiknya kamu minum air putih supaya terbantu. Tapi… (lihat sekitar) di alam barzah rupanya tidak ada air. Atau fungsi air di alam dan budaya mati jangan-jangan tergantikan zat lain?

RANGGONG
Sebagaimana maut, budaya mati memang masih gelap bagi kita. Apalagi bagi orang-orang yang masih hidup.

BOROK
Perlahan dan sedikit demi sedikit kamu pasti akan kembali tenang. Percayalah, Waska. Atau kamu juga mengalami post-power syndrome? Ah, jangan berpikir soal kekuasaan di budaya mati. Boro-boro kekuasaan dan kepemimpinan, di alam sini tidak laku yang namanya politik, ideology dan lain-lain sejeninsnya.

RANGGONG
Tapi saya tidak keberatan kalau kamu masih mau main raja-rajaan di sini kayak di bumi. Saya dan Borok tidak keberatan kamu tetap jadi bos di sini. Jangan kuatir. Yang penting tetap tenang dan senang. Rustig.

BOROK
Ya Waska, nikmatilah kedamaian di sini. Dan keadaan ini. Mana ada tempat yang lebih membetahkan daripada di alam yang murni netral objektif ini? Di sini tidak ada itu apa yang namana demokrasi atau otokrasi atau tirani.

RANGGONG
Tidak ada yang namanya kapitalisme dan sosialisme dan liberalism. Tidak ada. Di sini nol.

BOROK
Atau kita jalan-jalan dulu sebentar, Ranggong. Kita hunting location. Siapa tahu dengan raungan pemimpin kita ini akan lepas dari kepanikannya.
(sebentar ini benar-benar Waska jadi kayak orang dungu)

RANGGONG
Saya kira ide bagus, ayo.

BOROK
Kita jalan-jalan sebentar, Waska.

RANGGONG
Kita perlu orientasi rupanya. Sambil melihat-lihat pembangunan di satelit bulan ini kita coba lacak kembali, kalau bisa, jejak nabi-nabi atau orang-orang besar. Istilah kunonya; Napak Tilas!

BOROK
Seru betul. Napak tilas di akherat. Geli juga.

(mereka bangkit, lalu berjalan. Kawah demi kawah serta lembah demi lembah mereka jalani. Tapak-tapak sepatu mereka yang besar menjejak pada tanah pasir yang lembut gembur itu. dan indah sekali gaya mereka berjalan. Karena terkadang sesekali mereka oleng atau goyang)

BOROK (Nyanyi)
Bulan, bulan di langit
Mengapa kau sendiri
Mari turun ke…

RANGGONG
Nyanyi yang lain dong, bulan. Kita kan di bulan!

BOROK
Lho, apa salahnya? Ini kan sekedar kenangan (lalu nyanyi lagi)
Waktu malam sunyi
Malam tiada bergema
Tiada bintang…

RANGGONG
Lagu ini bolehlah sekalipun kunonya nggak ketulungan. Mati dalam abad 21 kok lagunya zaman Bing Slamet

(Eh, tiba-tiba nyanyian tadi dibarengi dan dilanjutkan oleh suara lain yang merdu. Lengkap dengan music lagi. Eh, betul-betul ph lama! Sudah tentu ke bengong-bengong mereka)

RANGGONG
Lho, suara kamu kok dobel, Rok!?

BOROK
Dobel?

RANGGONG
Eh, ada suara lain. Suara lain. Lain orang!

BOROK
Gema ngkali

RANGGONG
Betul-betul suara. Saya kenal suaranya. Eh, lengkap dengan pakai music

BOROK
Iya, ya. Betul-betul suara. Betul. Pakai musik.

RANGGONG
Siapa yang mutar ph lama di bulan ini? Aneh.

SUARA
Demikian tadi para pendengar sekalian Sam Saimun dengan lagu ‘Malam tiada bergema’ selanjutnya kita nantikan tepat pukul dua puluh saat warta berita

BOROK
Eh, radio

RANGGONG
Radio

BOROK
Radio lama

RANGGONG
Kuno, kuno. Itu radio pertengahan abad 20

(Sementara kedengaran music saat menanti acara warta berita yang kadang timbul-tenggelam. Ranggong dan Borok semakin terheran-heran. Sebaliknya Waska Cuma diam saja. melihat tingkah laku kedua temannya)

RANGGONG
Betul-betul suara dari abad yang silam

BOROK
Modar! Menakjubkan! Bagaimana mungkin!?

RANGGONG
Jangan-jangan waktu adalah siklus. Tanpa kita sadari jangan-jangan kita mundur atau berputar dan kembali ke masa lampau

WASKA
Bukan.
(Berpaling Ranggong dan Borok kea rah Waska yang sejak tadi sama sekali kelihatan tidak peduli)

WASKA

Waktu tak pernah kembali. Tak berujung.

0 komentar

Posting Komentar