Sabtu, 24 Desember 2016

Naskah Drama Sumur Tanpa Dasar Bagian 5

JUMENA
Di bawah enam tahun, ya. Selebihnya adalah kemalasan. Dan kemalasan adalah kesalahan mereka sendiri. Kenapa mereka malas? Guratlah tangan saya dan tangan mereka, niscaya kau akan melihat darah yang warnanya sama; merah!
Sabar, bagi anak di bawah usia enam tahun rumah penampungan itu mungkin ada gunanya tapi merupakan racun mujarab belaka bagi anak-anak selebihnya. Bahkan merupakan tali gantungan bagi mereka yang sudah akil baligh. Sabar, untuk hari depan mereka , mereka harus hidup sebagaimana yang telah saya alami.
Dengarkanlah musik yang paling merdu dalam hidup ini; bekerja dan berpikir. Irama lagu kerja dan pikiran manusia akan mampu membelah gunung Ciremai menjadi tujuh bukit kecil.
Sabar, kita harus tega terhadap ujian-ujian yang sedang mereka hadapi. Jelas sekarang? Ini betul-betul masalah prinsip yang harus betul-betul dikaji. Jangan gegabah. Sabar. Niat membantu itu memang kelihatan gampang , tapi pelaksanaannya? Sepuluh dua puluh ribu memang apalah artinya  bagi saya? Tapi karena prinsip kita bertentangan, tidak mungkin saya ikut menyokong pembangunan itu. Saya tidak mau terlibat dalam kekhilafan yang besar ini. Demi Tuhan, tidak. (Pause)
Bukti bahwa cinta itu sukar dimaknakan. (Senyum)

SEBENTAR SUNYI

Tentang mesjid sekarang. Biarkan saya bertanya dulu. Yang dimaksud dengan pembaharuan apakah pembongkaran dan pembangunan kembali?

SABARUDDIN
Ya, dalam arti yang luas kita akan memperluas mesjid itu dan memperindahnya….

JUMENA
Ha? Memperindah? Materialistis! Materialistis! (Menghisap nafas berat) ya Allah, ampunilah hamba (Menggeleng-geleng) saya yakin, biarkan saya bertanya lagi. Rencana siapa itu?

SABARUDDIN (Menahan diri)
Sebagian besar kaum ulama. Juga umumnya para penduduk di sini

JUMENA
Kalau begitu gampang saja; sebagian besar penduduk di sini sinting dan rusak iman! Ya Allah, ampunilah hamba. Sebagian ulama, sebagian besar? Allahu Akbar! Saya yakin, saya yakin. Sabar. Kau sedang terbawa arus megah-megahan dan kau tidak sadar. Kau sedang menghadapi godaaan besar. Sabar. Dan saya yakin sebenarnya kau mengerti sebab kau telah khatam AlQuran berkali-kali.

Allah tidak mengharapkan pintu-pintu dan jendela-jendela yang bercat meriah; Allah tidak mengharap lantai dari ubin; Allah tidak mengharap permadani dari Turki; Allah tidak mengharap lampu neon  yang berbatang-batang. Tidak! Allah tidak menghendaki semua itu. Allah terutama menghendaki hati dan pikiran manusia yang jernih bersemangat lagu kerja. Ya Allah, ampunilah hamba.
Sabaruddin (Sesak) Materialistis!

Dengarkan; Materialistis! Janganlah mendahulukan badan daripada hati dan pikiran. Sejelek-jelek wajah rupa orang yang penting hatinya juga. Seburuk-buruk langgar atau mesjid yang penting umatnya juga

SABARUDDIN
Tapi bukankah lebih baik hati baik, badan pun baik?

JUMENA
subhanaAllah! Kesempurnaan tidak terletak di sana. Kau mengerti (Berpaling ke Juki) Juki? (Kembali ke Sabaruddin) tidak! Tidak. Kesempurnaan terletak pada apa yang ada di dalam. Di dalam! Atau kualitas!!

SEMENTARA ITU MUNCUL EUIS MENGHIDANGKAN TIGA CANGKIR KOPI PANAS

JUMENA
Saya yakin kau tidak bisa membantah pikiran saya. Sebab pikiran yang saya anut juga terdapat dalam kepala orang-orang yang baik di seluruh dunia. Termasuk seorang guru yang bernama Sabaruddin Nataprawira (Menghela napas sambil duduk)
Nah, marilah kita minum

EUIS
Mangga di leueut (Keluar)

JUMENA
Silakan (pada Juki) Kopi, Juki (setelah Juki mengangkat cangkirnya) Kopi di sini tidak kalah dengan kopi Ambarawa atau bahkan dengan kopi Arabica – kau merokok, Sabar?

SABARUDDIN
Merokok. kretek

JUMENA (Tersenyum)
Kau juga merokok, Juki?

JUKI
Commodore

JUMENA
Sama saja. Oleh karena itu kopi dan rokok sangat jodoh sekali dengan kita. Kafein bisa memperlemah nikotin, kata orang. Saya kira benar. Kita sama-sama tahu dari surat kabar, bahwa rokok bisa mengakibatkan kanker, sementara kopi pantangan untuk si penyakit jantung.

Tapi kalau keduanya bertemu akan menyebabkan keadaan netral (Tersenyum) Saya sangat terhibur oleh keganjilan-keganjilan ini.

JUKI DAN SABAR CUMA TERSENYUM

SABARUDDIN
Sedemikian lebar mang Jumena berbicara, sebenarnya hanya untuk mengatakan tidak akan menyokong pembangunan itu. Saya heran mengapa mang Jumena tidak berterus terang saja bahwa mang Jumena berkeberatan atas perluasan mesjid, karena akan menyangkut tanah hak mang Jumena.

JUMENA (Geram)
Saya juga heran kenapa Anda tidak segera menjelaskan bahwa rencana pembangunan mesjid akan menyangkut saya punya tanah

SABARUDDIN
Say kira Anda sudah mengerti sendiri tentang hal itu

JUMENA
Kalau Anda beranggapan begitu, sebaliknya saya menganggap perlu menjelaskan panjang lebar kenapa saya menolak rencana-rencana itu

SABARUDDIN
Tapi, bagaimanapun, sekarang mang Jumena tahu , saya bukan orang yang cepat putus asa untuk meyakinkan seseorang. Memang sejak lama saya mendengar orang mengatakan bahwa mang Jumena adalah seorang a-sosial, sementara semua orang tahu di daerah ini hanya Bapak Jumenalah yang paling kaya

JUMENA
Dan bagaimanapun sekarang,  kau betul-betul tahu bahwa saya bukan seperti apa yang dibayangkan orang. Saya punya prinsip

SABARUDDIN
Tapi setidaknya mang Jumena bisa lebih berperasaan  tentang segala rencana yang mulia itu. Sama sekali saya tidak menduga  bahwa mang Jumena sampai hati mencerca sedemikian rupa semua rencana itu.

JUMENA (Meluap)
Apakah orang akan mengharap….

JUKI (Kikuk)
Saya kira sebaliknya…..

JUMENA
Tidak, Juki. Saya perlu saksi. Saya minta kau mendengarkan semua ini dengan obyektif.

(Juki duduk lagi. jumena tegang menahan amarah)

saya percaya saudara Sabar pun mengerti bahwa berbicara atau menuduh tanpa fakta adalah sangat berbahaya. Saya a-sosial? Saya sungguh tidak tahu cara kau berpikir. Dengarlah, apa kekurangan saya sebagai seorang muslim? Atau seseorang yang hidup di suatu masyarakat? Setiap Jumat saya memberi sedekah kepada orang-orang miskin yang berbondong-bondong datang kemari. Dan setiap hari raya Idul Fitri saya tidak lupa mengirimkan zakat fitrah. Begitu pun saya tidak pernah lalai menunaikan zakat dan kurban pada setiap hari raya Idul Adha. Saya buka sawah, perkebunan, pabrik untuk menggerakan masyarakat, agar suka berkerja dan meningkatkan daya pikir mereka.
Saya melepaskan mereka dari dongeng-dongeng tetek bengek. Dan saya kira, dalam ukuran saya, juga merupakan suatu kebanggaan bahwa saya rela menunjang seseorang yang tidak waras dalam rumah ini yang sebenarnya bukan tanggung jawab saya; hanya karena dulu dia pemilik rumah ini yang tidak punya lagi keluarga
Apalagi yang Anda harapkan dari saya? Dan lagi sudah saya bilang persoalannya tidak terletak di sana. Persoalannya terletak pada prinsip. Terus terang saya katakan saya tidak melihat manfaat dari semua rencana itu kecuali mudoratnya karena hasilnya akan sia-sia

SABARUDDIN
Maaf, mang Jumena bisa membuktikan semua itu?

JUMENA
Apa harus saya ulangi lagi bahwa saya dilahirkan di dunia yang kaya raya ini hanya dengan bekal nol? Bangun dan berdiri dengan kaki sendiri? Sesudah enam tahun usia saya, tak satu tangan pun yang menunjang hidup saya kecuali tangan Jumena Martawangsa sendiri. Maka saya yakin apa yang telah dapat saya kerjakan dapat juga dikerjakan oleh siapa saja

SABARUDDIN
Saya kira hal itu kebetulan….

JUMENA
Kebetulan? subhanaAllah! Kita orang beragama tidak mengenal istilah kebetulan! Semua, apa saja, hanyalah karena asma Allah.

Dan apakah saya dibedakan Allah dari yang lain? Tidak! Apakah saya Nabi!? Bukan! Saya Jumena Martawangsa, tak kurang dan tak lebih manusia normal, sama dan sebangun dengan Miska si tukang air yang biasa mengisi kolam air mandimu.

Barangkali juga kau ingin tahu kenapa saya katakan rencana itu hanya akan menghasilkan kesia-siaan? Jelas, rencana yang kau anggap mulia itu hanya mulia dalam pikiranmu. Dapatkah kau menjelaskan secara terperinci rencana-rencana itu? Kau hanya punya rencana global. Coba jawab, darimana akan kau dapat secara kontinyu dana untuk kelangsungan penampungan itu? Sudah kau pikirkan itu? Saya yakin belum. Nah, apa artinya? Yang jelas rumah penampungan itu dalam masa dua tahun akan berubah menjadi rumah hantu yang penuh sawang debu. Dan sekarang akui saja bahwa Anda termasuk orang yang hanya ingin menang dalam sejarah, yang hanya ingin mengatakan bahwa manusia mesti mencintai sesamanya.

Tapi saya ingin membuktikan bahwa yang dibutuhkan orang-orang di sini, bangsa kamu adalah semangat kerja dan berpikir dan bukan rasa kasihan. Maaf, kalau saya terlalu kasar, tapi saya selalu tidak bisa menahan diri setiap kali membayangkan bangsa kamu.

SEJENAK SEPI. TIBA-TIBA MUNCUL DARI PINTU LUAR KAMIL. DIA MENYALAMI SEORANG DEMI SEORANG SAMBIL TERTAWA. LALU KELUAR

KAMIL
Jee, ada tamu

SABARUDDIN
Saya kira sudah waktunya untuk mohon diri. Saya minta maaf karena saya bertemu sampai larut malam

JUMENA
Tidak apa. saya suka berdiskusi. Sekali lagi Anda harus pikirkan seratus kali lagi semuanya. dan camkan bahwa pikiran….

SABARUDDIN
Ya,ya, ya.


SETELAH PAMIT, SABARUDDIN KELUAR

0 komentar

Posting Komentar