ADEGAN 6
CHEREA DAN BANGSAWAN I MASUK,
CAESONIA BERGEGAS KE ARAH CHEREA
CAESONIA
Caligula telah mati (Caesonia
pura-pura sedih, Cherea memandang ke sekliling. Yang hadir diam, ada yang
tunduk karena takut)
BANGSAWAN I
Kau…. Kau tahu betul kemalangan
ini? Mustahil! Barusan saja ia masih menari
CAESONIA
Justru karena itu, rupanya terlalu
berat untuk dia (Cherea menghampiri seorang demi seorang, tapi tak ada yang
berani bicara) Tak adakah yang mau kau katakan Cherea?
CHEREA (Lambat)
Kemalangan besar, Caesonia
CALIGULA MASUK DENGAN KASAR,
LANGSUNG KE ARAH CHEREA
CALIGULA
Bagus, bagus sekali Cherea! (Ia
berputar dan memandang yang lain dengan kesal) Sial! Yang diharapkan tak
terjadi! (Pada Caesonia) Jangan lupa apa yang kukatakan (Caligula
keluar)
BANGSAWAN TUA
Apa ia sakit Caesonia?
CAESONIA
Tidak, cintaku. Tapi tidurnya
tidak lebih dari dua jam. Selebihnya mengembara dengan pikirannya. Sakit?
Tidak, tidak sakit. Kecuali jika kau punya nama dan obat untuk bisul hitam yang
bersarang di dalam jiwanya
CHEREA (Terharu oleh kata-kata Caesonia)
Betul, Caesonia. Kita semua tahu,
Cali….(Dipotong cepat oleh Caesonia)
CAESONIA
Ya. Kau tahu. Tapi seperti mereka
yang kekurangan jiwa. Kau tak mau menyokong mereka yang punya jiwa terlalu
banyak. Orang yang begitu sangat mengganggu, yak an? Karena itu ia disebutkan
penyakit. Tapi mereka yang merasa cerdik dibenarkan dan merasa puas (Berubah)
Cherea, apa cinta ada artinya bagi kau?
CHEREA
Sekarang kita terlalu tua untuk
menelaah itu kembali, Caesonia. Lagipula Caligula belum tentu memberi kita
cukup waktu
CAESONIA
Betul (Duduk tenang) Oh,
aku hampir lupa, Caligula menyuruhku untuk menyampaikan sesuatu pada tuan-tuan.
Hari ini sudah ditetapkan sebagai hari seni
BANGSAWAN TUA
Menurut penanggalan?
CAESONIA
Bukan! Menurut Caligula! Ia telah
memanggil beberapa orang penyair. ia meminta mereka membawakan sajak
berdasarkan tema yang ia berikan. Nanti akan ada hadiah, juga ada hukuman (Caligula
masuk, terlihat murung)
CALIGULA
Semua siap?
CAESONIA
Siap (Pada pengawal) Suruh
semuanya masuk
MASUK BEBERAPA PENYAIR, DENGAN
BERBAGAI GAYA PENAMPILAN, TERUTAMA
PAKAIAN MEREKA. MEREKA BERKUMPUL DI SEBUAH BANGKU PANJANG
CALIGULA
Scipion, kau bergabunglah dengan
mereka (Scipion berjalan nyebrang dan bergabung dengan para penyair)
Mulailah kalian menulis, ingat hanya satu menit! (Para penyair mulai menulis)
BANGSAWAN TUA
Siapa yang jadi juri?
CALIGULA
Aku sendiri. Apa itu belum cukup?
BANGSAWAN TUA
Oh, tentu, tentu lebih dari cukup
CHEREA
Mengapa kau sendiri tak ikut?
CALIGULA
Tidak perlu. Sajak seperti ini
sudah menjadi makananku sehari-hari. Aku membacanya setiap hari, menurut caraku
sendiri. (Caesonia memandang Caligula dengan gelisah, Caligula juga
memandangnya) Apa ada sesuatu dalam diriku yang tak menyenangkan hatimu?
CAESONIA
Tidak, maaf….
CALIGULA
Dengan segala hormat, janganlah
merendahkan diri. Kau sudah cukup menyusahkan, jangan pula berendah diri (Caesonia
menunduka kepala, Caligula berpaling kea rah Cherea) Kulanjutkan, sajak itu
adalah satu-satunya yang pernah kubuat, tapi ia tidak membuktikan bahwa di
negeri ini, akulah seniman terbaik dan sejati. Aku mengawinkan pikiran dengan
perbuatan
CHEREA
Persoalannya, kita punya kekuasaan
atau tidak
CALIGULA
Tepat. Seniman-seniman yang lain
mencipta untuk menimbangi ketiadaan kekuasaan mereka. Aku tidak perlu
menciptakan suatu hasil seni, tapi aku menghidupinya. Apa semuanya sudah
selesai?
SESEORANG
Ya, sudah….
CALIGULA
Bagus. Sekarang dengar baik-baik.
Seorang-seorang tampil dihadapanku, akan kumlai dengan bunyi tepukan dan
kuhentikan juga dengan tepukan, begitu seterusnya. Penampil yang tidak diputus
tepukan itulah yang jadi pemenang (Pada Cherea, berbisik) Kau lihat,
organisasi perlu buat segalanya, juga untuk seni (Caligula bertepuk)
PENYAIR I
Maut, di belakang pantaimu gelap….
(Bunyi tepukan, ia mundur, diganti yang lainnya)
PENYAIR II
Dalam gaunmu, ketiga adik kakak….(Bunyi
tepukan)
PENYAIR III
Kupanggil kau maut….(Bunyi
tepukan)
PENYAIR IV(Membuat gerakan menarik nafas. Bunyi tepukan)
PENYAIR V
Kala aku masih kanak-kanak….
CALIGULA
Stop! Apapula hubungan masa kecil
seseorang dungu dengan acara ini!? hubungannya apa?
PENYAIR V
Aku baru saja mau mulai, tuan (bunyi
tepukan)
PENYAIR IV (Berteriak)
Gelisah. Ia jalani….meng…(Tepukan)
PENYAIR III (Misterius)
Ucapan rahasia dan menyebar…(Tepukan)
SCIPION MAJU TAK MEMBAWA APA-APA
CALIGULA
Mana catatan sajakmu?
SCIPION
Tidak perlu. Aku hafal
CALIGULA
Cobalah!
SCIPION (Lebih dekat pada Caligula, tapi tak melihat Caligula)
Penyair palsu adalah siksaan berat
bagiku. Sebelumnya aku berniat menjadikan kalian serikatku. Pernah kubayangkan
sekumpulan penyair yang berani melindungi aku di pertahanan terakhir. Satu
impian lagi hilang. Kalian terpaksa kuanggap musuh. Nah, kini penyair pun
memusuhiku. Perhatikan! Waktu kalian keluar dengan cara berbaris, kalian harus
menjilati tulisan sajak kalian, mengerti! Maju…jalan! (Caligula bertepuk
sesuai irama jalan penyair, mereka jalan tentara sambil menjilati kertas
sajaknya)
CHEREA (Pada Bangsawan I,
berbisik)
Masanya telah datang (Scipion
mendengar, dia berhenti lalu pergi menghampiri Caligula)
CALIGULA
Apa kau tak bisa membiarkan aku
sendiri seperti yang telah dilakukan ayahmu!?
SCIPION
Tak ada gunanya. Aku tahu, kini
kau telah menentukan pilihanmu
CALIGULA
Tinggalkan aku
SCIPION
Ya. Aku akan pergi. Aku akan
meninggalkanmu, karena kini aku telah mengerti kau. Tak ada jalan lain lagi
buat kita – Kau dan aku yang begitu menyerupai dalam banyak hal. Aku akan pergi
jauh mencari makna dari segala hal ini. Selamat tinggal Caligula. Jika semua
telah berakhir, jangan lupa, aku sayang pada kau
(Scipion pergi, Caligula menarik
napas panjang dan melangkan kea rah Caesonia.) (Sambil pergi)
Kau telah memilih, Caligula
CAESONIA
Apa katanya?
CALIGULA
Kau tak akan mengerti
CAESONIA
Apa yang kau pikirkan?
CALIGULA
Dia…. dan kau
CAESONIA
Mengapa dia?
CALIGULA (MEmandang Caesonia)
Scipion telah pergi. Habis sudah
dengan persahabatan. Tapi kau….Aku bertanya…Mengapa kau masih ada di sini?
CAESONIA
….Karena aku suka padamu….
CALIGULA
Tidak. Barangkali aku bisa
mengerti kalau kau kubunuh
CAESONIA
Ya, itu baik sekali. lakukanlah….
Mengapa, mengapa kau tidak bisa tenang barang sesaat dan hidup bebas, tanpa
tertekan!?
CALIGULA
Telah bertahun-tahun aku lakukan
hidup bebas itu
CAESONIA
Maksudku bukan kebebasan yang
seperti kau artikan. maksudku, apakah tidak bisa kau hidup dan bercinta dalam
kemurahan dan kemurnian hati?
CALIGULA
Kemurinain hati yang kaubicarakan,
Setiap orang memperolehnya dengan caranya masing-masing. Kemurnian hatiku
adalah untuk menyertakan hal-hal yang azazi sampai ke akar-akarnya benar.
Walaupun begitu, aku tak merasa terhalang untuk membunuh kau. (Tertawa)
Semua ini akan membulatkan hatiku, dan kehidupanku suatu puncak yang sempurna. (Berjalan, lalu ditariknya cermin kea rah
dirinya, ia berjalan berputar dengan
liar, ia bicara terus sambil berjalan) Aneh! Jika aku tak membunuh, aku
merasa sendiri. Yang hidup rupanya tidak sanggup meramaikan hidupku dan
menghilangkan keisenganku. Rasanya aku merasa kosong benar, jika kau dan yang
lain hadir di sini. Mataku hanya melihat udara yang hampa. Tidak. Aku Cuma
senang jika dikawani oleh orang-orang yang kubunuh (Ia menghadap penonton,
ia lupa bahwa Caesonia ada di situ) Rasanya mereka yang telah mati yang
betul-betul nyata. Mereka segolongan denganku. Kulihat mereka menungguku,
menatapku. Percakapanku panjang sekali dengan mereka yang berseru kepadaku,
supaya diampuni. Lidah mereka kemudian kupotong.
CAESONIA
Kemarilah! Berbaringlah di badanku,
letakkan tangnmu di pangkuanku (Caligula melakukan permintaan Caesonia)
Begitu lebih baik. Sekarang, tenangkanlah jiwamu, istirahatkanlah pikiranmu.
Senyap betul di sini….
CALIGULA
Senyap? Kau terlalu
melebih-lebihkan, sayang. Dengarlah! (Terdengar suara senjata beradu,
lolongan anjing, jeritan kesakitan, langkah kaki. Suara-suara itu dari pikiran
Caligula yang memang terdengar dari kejauhan) Kau dengar bunyi halus yang
beribu banyaknya di sekeliling kita? Dendam sedang menyebar benih
CAESONIA
Tidak ada yang berani…
CALIGULA
Ada. Ke- bo-do-han!
CAESONIA
Kebodohan tidak membunuh. Ia
memperlambat manusia berpikir
CALIGULA
Itu bisa berbahaya sekali,
Caesonia. Seorang dungu tidak dapat dihalangi jika ia merasa martabatnya
diinjak. Bukan mereka yang ayahnya atau anaknya yang telah kubunuh yang akan
membunuhku. Bagaimana pun mereka cukup mengerti. Mereka di pihakku dan mengecap
rasa yang sama di mulut mereka. Tapi yang lain, telah kujadikan buah tertawaan.
Aku tak bisa bertahan terhadap kegetiran mereka yang diinjak
CAESONIA (Antusias)
Kami akan membela kau. yang
mencintai dan menghormatimu masih banyak
CALIGULA
Ya. Tapi makin hari makin sedikit.
Tak heran. Aku yang jadi sebab. Bukan saja kebodohan yang menentang aku, tapi
juga keberanian dan keyakinan manusia yang berbahaya untuk beroleh kebahagiaan
CAESONIA
Tidak! MEreka tidak akan
membunuhmu, jika mereka coba juga, api akan turun dari langit dan akan
menghanguskan mereka sebelum mereka dapat membunuhmu
CALIGULA
Langit!? Langit tidak ada! Tapi
mengapa kau tiba-tiba jadi shaleh? Kalau aku tidak salah, ini tidak termasuk
dalam perjanjian kita….
CAESONIA
Belum lagi cukup buat kau! Melihat
kau membunuh orang, sedang aku tidak tahu bahwa kau pun akan dibunuh!? Belum cukupkah aku merasa dirimu keras dan
bengis? Meluap karena kegetiran, jika aku sedang meninabobokan kau!? Mencium
bau pembunuhan jika kau meniduriku? Hari demi ahri kulihat kemanusiaan yang ada
pada dirimu, mati sedikit demi sedikit (Diam sesaat) Ham….Aku tahu,
sekarang aku tahu, Aku sudah tua dan kecantikanku mulai pudar. Tapi taka pa,
aku suka yang alami. aku tak memikirkan apakah kau masih cinta atau tidak
padaku. Aku Cuma ingin kau sehat. kau masih muda belia, hidup yang kau hadapi
masih panjang. Coba katakan, apa yang ebrharga dari seluruh kehidupan ini?
CALIGULA (Tak menghiraukan, tapi mendekati Caesonia)
Kau sudah lama bersamaku
CAESONIA
Betul, kau tak akan melepaskan
aku, bukan?
CALIGULA
Aku tidak tahu, aku Cuma tahu,
jika kau sekarang masih bersamaku, maka itu adalah karena malam-malam
kemikmatan yang tak mengandung kegembiraan. hanya kau yang tahu bagaiamana
sebenarnya aku (Ia pangku Caesonia) Umurku kini 30 tahun, masih muda.
Tapi hari ini jika nyata bahwa umurku hanya sampai segitu, kau akan tetap
tinggal sebagai saksi terakhir. Aku tak bisa mencegah diriku untuk merasakan
semacam rasa sayang terhadap seorang perempuan yang tak lama lagi akan jadi tua
CAESONIA
Katakan kau masih menginginkan
aku, Maish mau bercinta denganku
CALIGULA
Aku tidak tahu. yang aku tahu Cuma
perasaan sayang, ini adalah kejujuranku yang diberikan kehidupan ini.
(Caesonia melepaskan diri dari
pangkuan Caligula. Caligula mengikuti dia. Caesonia menekankan badannya ke dada
Caligula. Dan Caligula melingkarkan tangannya ke tubuh Caesonia)
Apakah tidak lebih baik jika saksi
terakhir juga menghilang?
CAESONIA
Itu tidak penting. Ucapan kau
membuat aku bahagia. Tapi mengapa aku tak dapat lagi membagikan kebahagiaanku
dengan kau?
CALIGULA
Siapa yang mengatakan aku tidak
bahagia?
CAESONIA
Bahagia sifatnya baik, ia tidak
merusak
CALIGULA
Kalau begitu, bahagia ada dua
macam. Dan aku telah memilih bahagia yang membunuh. Karena dengan membunuh aku
jadi bahagia. Ada masanya aku mengira telah mencapai puncak darinkeperihan.
Tapi tidak, orang bisa pergi lebih jauh lagi. Dibalik batas keperihan itu
terbentang bahagia yang indah tapi tak hidup.
Pandanglah aku Caesonia…(Caesonia
berbalik, memandang Caligula) Rasanya aku mau tertawa, Jika melihat
bagaimana seluruh negeri ini menghindarkan untuk mengucapkan nama Drusila.
Semuanya sudah salah duga. Cinta tidak cukup bagiku. Waktu itu telah kusadari,
sekarang pun kusadari lagi jika aku memandang wajahmu. Mencintai seseorang
berarti kita bersedia menjadi tua di samping seseorang itu. Cinta seperti ada
di luar susunanku. Lebih baik Drusila mati daripada melihat ia menajdi tua.
Kebanyakan orang mengira bahwa seseorang menderita karena oleh kematian
perempuan yang kita cintai. Penderitaannya lebih banyak mempunyai arti dan
kesedihan pun tak panjang umurnya. Kesedihan adalah suatu kemirisan.
Kau lihat, tak ada yang dapat
kujadikan alas an dari suatu cinta yang murni, juga kegetiran, penyesalan yang
jujur. Tapi hari ini aku lebih merdeka dari tahun-tahun yang lalu. Merdeka dari
kenangan dan harapan. (Tertawa pahit) Alangkah besar arti pengetahuan
ini. Dalam sejarah hanya ada dua yang betul-betul mencapai kemerdekaan ini.
Kebahagiaan yang edan ini! Kau telah melihat sebuah drama yang jarang sekali
terjadi. Sudah waktunya layer diturunkan buat kau
CALIGULA BERDIRI DI BELAKANG
CAESONIA, SAMBIL MENDEKAP TUBUHNYA DAN TANGAN YANG SATUNYA MENCEKIK LEHER
CAESONIA
CAESONIA (Dengan takut)
Tidak! Tidak mungkin! Bagaimana
kau dapat menyebut kemerdekaan yang bengis itu. Kebahagiaan..???
CALIGULA
Itu adalah kebahagiaan,Caesonia.
Aku tahu betul apa yang kuucapkan. Karena kemerdekaan ini, aku jadi manusia
yang puas. Hanya berkat itu aku dapat merebut pencerahan dewata dari kesunyian
(Tambah bersemangat, sedangkan
tangannya makin keras mencengkram Caesonia, Caesonia membiarkan dan tangannya
terkulai. Caligula terus bicara ke telinga Caesonia)
Aku hidup, aku membunuh dengan
penuh nafsu kekuasaan seorang perusak. Kekuasaan jika dibandingkan dengan kuasa
yang pencipta, maka yang terakhir ini tidak lebih dari permainan anak-anak. Dan
ini, inilah kebahagian. Tidak ada lagi yang lain – pembebasan yang tak dapat
dibiarkan ini, penghinaan yang menghancurkan, darah, dendam di sekelilingku.
Perjalanan hebat dari seorang laki-laki yang selama hidupnya mengelus-elus dan
mengasyiki kegembiraan, tak dapat dikatakan dari seorang pembunuh yang tak
dihukum. Logika yang gelisah menghancurkan hidup manusia (Ketawa) Yang
menghancurkan hidupmu juga Caesonia. Sehingga akhirnya sempurna kesunyian yang
dikehendaki hatiku
CAESONIA (Menggelepar dengan lemah)
Caligula…
CALIGULA (Makin bernafsu)
Jangan, jangan jadi lenah! Aku
harus menyelsaikan ini. Waktu mendesak, Caesonia sayang.
(Caesonia terengah-engah, lalu
mati. Caligula menggendong dan menjatuhkannya di meja. ia memandang dengan
liar, suaranya jadi berat dan serak)
Kau juga berdosa! Tapi pembunuhan
bukan penyelesaian!
ADEGAN 7
CALIGULA BERPUTAR DAN MEMANDANG
NANAR KE ARAH CERMIN
CALIGULA
Caligula! kau juga. Kau juga
berdos. Kini siapa yang bisa mengutuki aku di dunia ini? Tidak ada hakikat dan
semua manusia berdosa
(Ia dekatkanb bayangan dirinya ke
cermin)
Kau lihat, kawan yang malang,
Helicon telah meninggalkan kau. Aku tak akan memperoleh bulan. Tidak kapanpun
juga! Pahit sekali mengetahui dan mejalani penyelesaian ini
(Bunyi senjata beradu, derap kaki
dan teriakan)
Dengar! Bunyi senjata! Yang tak
berdosa mengangkat senjata dan yang berdosa akan menang. Mengapa aku tak di
sana bersama mereka? Apa aku takut? Ini yang paling celaka, setelah menghina
orang kemudian mengetahui diri sama pengecutnya dengan mereka. Taka pa,
ketakutan pun punya akhir. segera akan kuperoleh kekosongan yang mengatasi
segala pengertian. Di mana hati dan jiwa dapat berisitarahat.
(Ia mundur beberapa langkah,
kemudian kembali ke cermin. Kini ia lebih tenang dan jiwanya mantap)
Sebetulnya sangat mudah. Jika
kudapat bulan, jika cinta cukup, semuanya tidak akan seperti sekarang. Tapi
dimana dapat kulepaskan dahaga ini? Hati manusia yang mana, dewa yang mana,
yang akan memberikan padaku kedalaman sebuah danau?
(Berlutut dan menangis)
Tidak ada di dunia ini atau dunia
sana yang sesuai dengan aku. Dan kini aku tahu kau pun tahu
(Sambil menangis, tangannya meraih
cermin, dilihatnya wajahnya)
Yang kuperlukan hanya yang tak
mungkin, yang mustahil. Aku telah mencarinyta di setiap sudut dunia, dalam
liku-liku rahasia hatiku
(Suaranya menajdi teriakan)
Lihat! Kuulurkan tanganku; tapi
selalu kau yang kujumpai. Cuma kau yang menghadapi aku. Aku benci padaku! Aku
telah memilih jalan yang salah. Jalan yang tak mengantarkan aku ke mana-mana.
Kemerdekaan, bukan kemerdekaan yang seharusnya. Gelap, gelap semuanya. Helicon
tidak datang, kita akan selalu berdosa. Udara malam ini berat sekali seperti
diisi dengan jumlah segala kesedihan manusia
LANGKAH-LANGKAH KAKI MAKIN LAMA
MAKIN DEKAT. CALIGULA TEGAK. IA AMBIL SEBUAH KURSI DAN KEMBALI KE CERMIN,
SAMBIL BERNAFAS BERAT. IA MERENUNG DI DEPAN CERMIN. TIBA-TIBA IA BERDIRI DAN
MENGANGKAT KURSI ITU LALU DIHANTAMKAN KE ARAH CERMIN, SAMBIL BERTERIAK
Masuk. Masuki sejarah Caligula!
(Kaca pecah. Bertepatan dengan
datangnya para pemberontak masuk berhamburan dengan senjata. Caligula berbalik
menghadapi mereka dengan ketawa gila. Scipion dan Cherea yang berada paling
depan, menusuk Caligula. Caligula masih tegak sambil memegang luka tusukan dan
diiringi tawa gila. Tiga-empat orang menusuk berbarengan, Caligula mundur
terjajar, masih tetap tertawa dengan napas yang tersengal. Satu hujaman lagi
dari Scipion, sebelum ambruk, Caligula memekik)
“AKU MASIH HIDUP!”
BLACK OUT
SELESAI
0 komentar
Posting Komentar