PARA PELAKU
Letnan : Wanita usia 27 tahun, Komandan Kompi “BANTENG”
Mayor : Pria usia 35 tahun, Komandan Batalyon 013
“LASKAR GABUNGAN”
Kapten : Pria usia 30 tahun, Komandan Kompi “GARUDA HITAM”
Kopral : Pria usia 29 tahun, Ajudan Komandan Kompi
“BANTENG”
SUATU WAKTU SEMASA
BABAK REVOLUSI BERSENJATA
TENGAH BERGELORA
BABAK
I
WAKTU PAGI CERAH. DALAM RUANG PERTEMUAN YANG DIDIRIKAN SECARA
DARURAT. RUANG YANG SANGAT SEDERHANA ITU BERISIKAN SEBUAH MEJA, DUA BUAH KURSI
SEDERHANA.
MASUKLAH
MAYOR. WAJAHNYA GAGAH DISERAMI RAMBUT GONDRONG DAN KUMIS JENGGOT MENEBAL. PADA
IKAT PINGGANGNYA TERGANTUNG SEPUCUK VICKERS, DAN SEBILAH BELATI MENGHIAS PADA
SISI LAIN. IA DIIRINGI KOPRAL, YANG DENGAN SIKAP HORMAT MENYILAHKAN DUDUK.
KOPRAL BERPAKAIAN SERAGAM KUMAL, BERSENJATAKAN SEBILAH BAYONET.
Mayor : Berapa lama lagi
aku musti menunggu.
Kopral : Sabarlah sedikit
pak.
Mayor : Jangan ditawar
lagi.
Kopral : Apanya pak?
Mayor : Kesabarannya!
Sabar itu prinsip. Tidak bisa ditawar-tawar. Ngerti?!
Kopral : Kalau begitu
kuralat ucapanku tadi. Sabarlah, titik-habis.
Mayor : Ya. Tapi
pertanyaanku belum bung jawab.
Kopral : Setepat hitungan
ilmu pasti tentu tidak dapat pak. Jadi, sabarlah. (SERAYA MAU PERGI)
Mayor : He, tunggu dulu!
Bung jadi ajudannya sudah berapa lama?
Kopral : Sejak dia
diangkat jadi komandan Kompi Banteng.
Mayor : Hem. Siapa yang
mengusulkan pada Markas Besar Tentara untuk mengangkatnya jadi komandan dengan
pangkat letnan?
Kopral : Kami sendiri,
seluruh anak buah kesatuan.
Mayor : Kalian?! Astaga,
kalian jantan-jantan yang berotot banteng mengusulkan seorang betina untuk
menjadi komandan kesatuan kalian. Lucu sekali! (LEDAK TERTAWANYA)
KOPRAL SESAAT NAMPAK JENGKEL, TAPI MENDADAK PULA LEDAK TAWANYA,
HINGGA MAYOR CEPAT MENGHENTIKAN TAWANYA. DAN DENGAN KURANG MENGERTI, MENATAP
KOPRAL.
Mayor : He, apa yang
bung tertawakan ha!
Kopral : Lelucon itu.
Mayor : Wah celaka. Jadi
bung tidak merasa ya.
Kopral : Justru karena
saya merasa sekali.
Mayor : Apa yang bung
rasakan ha!
Kopral : Kelucuan bapak.
Mayor : Apanya yang
lucu.
Kopral : Itulah! Bapak
menganggap orang lain badut. Padahal orang yang bapak anggap badut itu justru
menganggap bahwa yang badut adalah bapak. (MAYOR MENGHENTAKKAN KAKI KANAN TANDA
MARAH) Sabarlah pak. (TERUS CEPAT-CEPAT KELUAR)
Mayor : Setan! Jika saja
kau bawahanku, rasakan!
MAYOR MENGHANTAM TINJUNYA KE MEJA. DENGAN SIKAP DONGKOL IA TERUS
DUDUK DI TEPI MEJA. TANGANNYA MEROGOH SAKU CELANA. DIKELUARKANNYA SELEMBAR
KERTAS TERLIPAT. SESAAT DIBACA, LALU DIREMAS-REMASNYA DALAM GENGGAMAN, SAMBIL
MENGGERUTU GEMAS.
Mayor : Tidak bisa. Ini
tidak bisa terjadi! Dengan alasan apa pun juga kita tidak bisa menerima
pengangkatan seorang betina menjadi komandan kompi. Terlebih pula dengan
jabatan komandan sektor. Aku komandan sektor, tidak bisa terima penghinaan
total ini!
KOPRAL MUNCUL LAGI DIIRINGI KAPTEN KOMANDAN KOMPI “GARUDA HITAM”.
KAPTEN YANG BERWAJAH CAKAP DENGAN KUMIS MANIS ITU, SENYUM-SENYUM, SAMBIL
MENYEKA RAMBUTNYA YANG SUDAH LICIN TERSISIR RAPI. PAKAIAN SERAGAMNYA NAMPAK
MASIH BARU BERSIH. PADA DADA KIRI
TERSEMAT LENCANA BERGAMBAR GARUDA WARNA HITAM. DAN SEHELAI SAPU TANGAN
HITAM POLOS, NAMPAK TERATUR TERKALUNGKAN PADA LEHERNYA. PADA IKAT PINGGANGNYA
YANG DIHIASI RANTAIAN PELURU PISTOL, SEPUCUK CLOT SMITH, TERGANTUNG MANIS DENGAN
GAYA COWBOY. MELIHAT KEDATANGAN MEREKA ITU MAYOR NAMPAK TAMBAH DONGKOL. CEPAT
IA BANGKIT BERTOLAK PINGGANG, MATANYA MENYOROTKAN KEMARAHAN PADA KOPRAL.
Mayor : Jangan main-main
ya! Bukan dia yang kunantikan.
Kopral : Sabarlah pak.
Memang bukan beliau, eh, bukan bapak kapten ini. Beliau seperti bapak juga
keperluannya.
Mayor : Aku mau ketemu
dan bicara dengan komandan bung, berempat mata saja, tahu !
Kopral : Tentu pak,
tentu. Saya jamin pasti berempat mata saja. Eh, bergilir dengan bapak kapten
ini. bapak giliran pertama.
Mayor : Jadi apa
perlunya bung kapten ini dibawa masuk.
Kopral : Tentu saja nanti
bapak kapten akan keluar bila bapak sedang berunding dengan komandan kami.
MAYOR MAU BICARA LAGI, TAPI BERHENTI KARENA PERHATIANNYA MENDADAK
TERTUJU KEPADA KAPTEN YANG MENYELA TEPAT PADA WAKTUNYA DENGAN DEHAM-DEHAM.
KAPTEN MNEGHORMAT DENGAN SEDIKIT MEMBONGKOKKAN BADAN, SAMBIL TERSENYUM RAMAH.
Kapten : Rasanya akan lebih
baik sekiranya kita berkenalan, bukan begitu?
Kopral : Usul yang
simpatik. Eh kenalkan pak. Beliau, mayor, Komandan Batalyon 013 “Laskar
Gabungan”.
KAPTEN DENGAN TERTIB MEMBERI HORMAT SECARA MILITER. MAYOR MEMBALAS
DENGAN ANGGUKAN KECIL.
Kopral : Dan beliau,
kapten. Komandan kompi “Garuda Hitam”.
Kapten : Suatu kehormatan
bisa berkenalan dengan mayor komandan batalyon yang begitu kenamaan. Secara
pribadi, saya merasa mendapat kehormatan besar untuk bisa berkenalan dengan
pribadi bapak, yang dikelilingi cerita dan warta tentang kepahlawanan bapak
yang mengagumkan.
Mayor : Hem. Kapten dan
kesatuan bung juga sudah banyak kukenal dalam berita.
Kopral : Nah selamat
berkenalan.
KOPRAL TERUS KELUAR. KAPTEN MEROGOH SAKU MENGELUARKAN SEBUNGKUS
ROKOK, RAMAH MENAWARKAN PADA MAYOR, YANG MENERIMANYA DENGAN MENARIK SEBATANG,
SAMBIL MENGAMATI ROKOK YANG SUDAH TERSELIP ANTARA JARI-JARINYA.
Mayor : Hem, ini rokok…
Kapten : Ah cuma barang
hasil rampasan yang kurang berharga dari saku-saku serdadu-serdadu musuh, yang
patrolinya barusan kami cegat dan kami sikat habis.
CEKATAN KAPTEN MENYALAKAN KOREK API, DENGAN SIKAP HORMAT
MENYULUTKANNYA PADA ROKOK YANG SUDAH TERJEPIT DI BIBIR MAYOR, KEMUDIAN
MENYULUTKANNYA PADA ROKOK YANG DIISAPNYA SENDIRI.
Mayor : Terus terang
saja bung ya, aku sudah sering dengar tentang kesatuan bung. Cerita yang sangat
tidak baik.
Kapten : Bahwa kesatuanku
lebih cenderung sebagai kesatuan gerombolan liar, gerombolan pengacau.
Demikian?
Mayor : Ya.
Kapten : Bahwa kesatuanku
bertindak sebagai penguasa bersenjata yang merupakan satu-satunya penguasa di
sektor ini. dan bahwa saya cenderung sebagai penguasa tanpa mahkota yang
berpraktek sebagai diktator militer atas sektor, yang begini strategis lagi
kondang subur loh jenawi. Demikian?
Mayor : Begitulah.
KAPTEN TERTAWA KECIL SAMBIL MENGHEMBUSKAN ASAP ROKOK DENGAN SIKAP
KEBANGSAWANAN. LALU SUARANYA MELUNCUR LANCAR.
Kapten : Ya begitulah
fitnah orang yang menaruh iri dengki. Betapa kan tidak. Sejak kesatuanku
berhasil menguasai sektor ini, adalah satu kenyataan bahwa tentara musuh tidak
lagi berani mencoba-coba merebut wilayah ini. sedang sebelum itu, tak pernah
ada satu kesatuan laskar pejuang ya, bahkan kesatuan tentara resmi yang
berhasil menghalau tentara pendudukan dari sektor ini. sekarang sebagai yang
mungkin telah bapak dengar sendiri, saya telah berhasil mengkoordinasi
sedemikian rupa, sehingga musuh hanya berani menempatkan pos-pos kesatuannya
jauh di daerah perbatasan sana. Jadi wajarlah, bila banyak orang yang menaruh
iri dengki atas hasil yang saya capai. Dan adalah sangat wajar pula, bila
mereka yang iri dengki berusaha memfitnah dengan menyiarkan warta berita dusta.
Mayor : Hem, itu yang
akan kuselidiki. Dusta dan kebenarannya. Itulah salah satu alasanku untuk
menggerakkan batalyon-ku ke sini.
Kapten : Satu tindakan yang
tepat lagi bijaksana dari bapak. Namun pada kesempatan ini pula saya akan
memberikan satu bukti lagi. bukti betapa dusta dan fitnah yang dilancarkan
orang terhadap diriku. Sekiranya saja apa yang dikatakan orang mengenai diriku
itu benar, maka pastilah……
KAPTEN CEPAT
CEKATAN MENCABUT COLTNYA. CEKATAN PULA MEMBUKA KUNCI PISTOL DAN DITODONGKAN KE
ARAH DADA MAYOR YANG TERSENTAK KAGET.
Kapten : Dalam beberapa
detik lagi, bapak sudah tergeletak mati sebelum bapak sempat mencabut Vickers
dan meneriakkan pertolongan.
LALU DENGAN
LINCAHNYA KAPTEN MEMAINKAN PISTOL DI TANGAN, MENGUNCI KEMBALI. DAN SAMBIL
TERSENYUM DENGAN GERAKAN ENAK MEMASUKKAN SENJATA KE TEMPAT SEMULA. TENANG PULA
MEMBUANG DAN MENGINJAK API PUNTUNG. MAYOR YANG MASIH NAMPAK KAGET MENGHEMBUSKAN
NAFAS PANJANG.
Kapten : Dan apa kenyataan
yang bapak saksikan?
MAYOR
BERUSAHA MENGUASAI RASA KAGETNYA, TERTAWA RINGAN SAMBIL MENGANGGUK-ANGGUK.
Mayor : Ya, ya, nyatanya
bung tidak tembak aku. Dan itu mendorong sikapku untuk tidak terlalu
mempercayai segala cerita buruk tentang diri bung.
Kapten : Saya jadi tambah kagum
akan kebijaksanaan bapak. Dan untuk tidak mengurangi kebijaksanaan bapak yang
kini cenderung mempercayai saya, maka saya akan mengimbangi dengan memberikan
satu bukti lagi. yakni sikap kesatuanku untuk dengan segala kemampuan yang ada,
memberikan bantuan sebesar-besarnya kepada bapak. Kami yakin bahwa kehadiran
batalyon bapak akan lebih memantapkan posisi kami dalam menghadapi tentara
musuh.
Mayor : Bagus! Bantuan
bung pasti sangat kuhargai. Bung harus tahu, tujuan utama gerakan batalyonku ke
sektor sini adalah menjadikan wilayah ini sebagai pusat pertahanan kami, untuk
kemudian melancarkan serangan umum terhadap musuh yang masih bercokol di
perbatasan sana.
Kapten : Kami pasti akan
merasa bangga untuk bernaung di bawah panji-panji batalyon pimpinan bapak.
Selain itu pak, rasanya kita akan dapat lebih mengakrabkan kerjasama kita,
dalam menghadapi perintah-perintah Markas Besar Tentara, yang kulihat masih
teremas dalam genggaman bapak itu.
0 komentar
Posting Komentar