DAN SAAT ITU JUGA MENDADAK DI LUAR TERDENGAR TEMBAKAN BERKALI-KALI. KAPTEN SANGAT KAGET, CEPAT PANDANGANNYA DIARAHKAN KE PINTU. DALAM KEADAAN TERLENA ITULAH LETNAN CEKATAN MENYERGAP KAPTEN, BERUSAHA MEREBUT PISOLNYA YANG TERAMPAS. BERSAMAAN DENGAN ADEGAN ITU PULA MASUKLAH KOPRAL DENGAN STEN-GUN DI TANGAN, DITODONGKAN KE ARAH KAPTEN YANG TENGAH REPOT DIKAGETKAN SITUASI SERBA MENDADAK ITU.
Kopral : Angkat tangan bung!
LETNAN BERHASIL MERAMPAS KEMBALI SENJATANYA YANG DENGAN GERAKAN CEPAT DITODONGKAN KE ARAH DADA KAPTEN YANG NAMPAK MENDADAK HILANG SEMANGAT. LALU CEKATAN LETNAN MERAMPAS COLT YANG ADA DI IKAT PINGGANG KAPTEN
Kopral : Jangan bertingkah. Kini seluruh anak buahmu sudah kami tawan.
Letnan : Siasatmu licik memang. Tapi, bung tidak ikut perhitungan kewaspadaan kami. Hingga bung lupa, bahwa masih ada dua regu perintis kami yang belum bung lucuti. Dan yang sekarang malah melucuti pakaianmu.
KAPTEN MENCOBA MENGUASAI PERASAANNYA DENGAN MELEMPAR SENYUM MASAM, DAN SEDIKIT MENGANGKATKAN KEDUA TANGANNYA.
Kapten : Kuakui kekalahanku. Bukankah tadi sudah aku bilang, nyonya berbakat jadi ahli siasat ulung. Kuakui pula bahwa aku tidak pernah perhitungkan unsur kewaspadaan kalian. Selamat atas kemenangan dan kewaspadaan kalian.
MAYOR MASUK DENGAN VICKERS DI TANGAN. MELIHAT ADEGAN ITU, DISELIPKANNYA SENJATANYA KE DEKAT PERUT. SAMBIL DENGAN PENUH NYALA DENDAM BENCI IA MENGHAMPIRI KAPTEN SAMBIL MENGERATKAN GENGGAMAN KEDUA TANGANNYA. MAYOR MELUDAH JIJIK, GIGINYA GEMERTAKAN DIBAKAR AMARAH.
Mayor : Setan – pengkhianat!!!
TAPI SEBELUM MAYOR BERHASIL LEBIH MENDEKAT DAN MELAYANGKAN TINJUNYA, CEPAT LETNAN MENUKAS KATA.
Letnan : Mayor, dia tawanan kami. Jangan bertindak tanpa seijin kami.
MAYOR MENOLEH KE ARAH LETNAN, DIHEMBUSKAN NAFAS PANJANG SAMBIL MENGANGGUK SEDIKIT BERUSAHA MEREDAKAN BADAI AMARAHNYA.
Mayor : Aku mau balaskan dendam atas nama seluruh anak buahku dan mereka yang gugur jadi korban pengkhianatan, si bangsat pengkhianat yang sebangsat-bangsatnya ini!
Kapten : Aku lebih dari itu mayor, aku maha pengkhianat.
Mayor : Hem. Pantas begitu busuk derajatmu manusia lata! Hah, kau berlagak dengan kedahsyatan akalmu ya. Tapi adalah dua ketotolan pribadimu yang tak pernah kau masukkan penilaianmu. Bahwa kau terlalu tolol untuk menganggap dan menilai pribadiku sebagai orang tolol. Dan, apapun bodohnya seorang pejuang, ia punya satu kelebihan. Api semangat perjuangannya membela revolusi yang pantang menyerah! Dengan api semangat yang membarai tekad kami itulah, kami meski sudah kau jebloskan dalam jebakan, masih sanggup untuk mengobrak-abrik kekuatan musuh. Dan sekarang, kau musti terima pembalasan dendam mereka yang tewas karena khianatmu!
Letnan : Mayor, ini bukan soal balas dendam. Tapi soal tanggung jawab dan pertanggung jawabannya. Itulah sebabnya, aku sanggup menyisihkan keinginan pribadiku seperti juga keinginan bung untuk membalaskan dendam. Meski aku punya alasan kuat, ya sekuat alasan bung. Sebab dia pengkhianat itu pulalah yang telah mengaku sendiri, membunuh almarhum suamiku serta anak buahnya…
MAYOR DAN KOPRAL TERSENTAK MEMANDANG LETNAN YANG BERUSAHA MENAHAN GENANGAN PADA KEDUA PELUPUK MATANYA. KEDUA LELAKI ITU HENDAK BICARA, TAPI LETNAN CEPAT MENDAHULUI BICARA.
Letnan : Kita hukum dia secara militer dengan perlakuan wajar. Kita hukum dia bukan karena dendam-dendam pribadi. Tapi semata-mata karena tindak khianatnya terhadap revolusi bangsa.
Kapten : Aku sudah siap untuk itu.
Letnan : Bung perlukan seorang imam?
Kapten : Terimakasih, tidak. Itu hanya akan memperingan gambaran neraka jahanam alam kuburku. Sedang untuk segala tindakan ini, aku enggan meminta keringanan pengampunan dunia akherat. Aku ikhlas memikul seluruh tanggung jawab.
Letnan : Ada wasiat bung yang terakhir buat sanak keluarga?
Kapten : (MENGANGGUK TENANG) Untuk itu, ijinkanlah aku menyampaikan dengan kebebasan. Ya, aku ingin nikmati nilai hidup tertinggi pada detik-detik terakhir ini. Nilai kebebasan! Jangan kuatir, tidak akan coba-coba mengelak, meskipun ada kesempatan sekalipun.
LETNAN SESAAT MEMANDANG MAYOR YANG NAMPAK SUDAH DAPAT MENGENDALI KAN BADAI AMARAHNYA. MAYOR MEMBALAS DENGAN GERAKAN TANGAN MEMBERI ISYARAT, TERSERAH KEPADA LETNAN. MELIHAT SIKAP MAYOR, MAKA LETNAN MENGHAMPIRI AJUDANNYA YANG MASIH TEGAK MENODONGKAN SENJATANYA KE ARAH KAPTEN.
Letnan : Siapkan peleton. Tepat dari arah pintu. Akan kami saksikan pelaksanaannya dari sini.
Kopral : Siap!
KOPRAL TERUS KELUAR. LETNAN MENYELIPKAN PISTOLNYA, PANDANGANNYA TERTUJU KE ARAH KAPTEN.
Letnan : Keinginan bung akan kami laksanakan.
Kapten : Terimakasih.
KAPTEN MENURUNKAN TANGANNYA, TENANG MEROGOH SAKU MENGELUARKAN ROKOK DAN KOREK. KEMUDIAN DENGAN ENAK TENANG PULA IA MENGHISAP DAN MENGHEMBUSKAN ASAP ROKOK.
Kapten : Sejak bocah aku telah yatim piatu. Aku dilahirkan tanpa keinginan bapak ibuku yang tak pernah kuketahui siapa. Anak haram, kata orang. Jadi wasiatku yang terakhir tentu saja bukan untuk sanak keluargaku yang tak pernah ada. Tapi bagi kalian, lawan-lawanku.
Ijinkanlah dulu aku mengakui bahwa aku telah mengalami kegagalan mutlak. Sebagai pencipta khianat yang mampu memadukan sifat Dajjal dan watak Yuda cerita orang Nasrani, ternyata selama ini aku tidak pernah mampu menciptakan satu istilah, satu kata yang mampu mendukung perpaduan kedua sifat dan watak yang istimewa dahsyatnya itu.
Dan selama ini pula, ternyata aku juga tidak pernah berhasil memadamkan kesetiaan api semangat yang membarai dada kalian, pewaris-pewaris revolusi yang setia.
Tapi ingat-ingatlah selalu wasiatku ini, rohku akan senantiasa merintis sepanjang masa. Titisanku tidak kenal bulu dan warna, jabatan dan kebangsaan. Satu titisanku, jauh lebih berbahaya ketimbang sejuta serdadu musuh. Satu titisanku, akan bisa merubah cita revolusi sesuatu bangsa tanpa diketahui oleh negara itu sendiri, bahwa arah tujuan revolusinya telah dibelokkan ke cita pribadi titisanku.
DI LUAR TERDENGAR SUARA GENDERANG PENGIRING UPACARA HUKUM TEMBAK. KAPTEN MENEGAKKAN TUBUHNYA, TENANG MENGHEMBUSKAN ASAP ROKOK.
Kapten : Namun ada tiga hal yang sangat kutakuti. Yang senantiasa akan mengalahkan dan menghancurkan kehadiran titisanku. Yakni kewaspadaan yang waskita. Dan semangat yang pantang menyerah. Dengan ikatan persatuan bulat teguh rakyat pejuang, pewaris-pewaris revolusi yang kosekuensi jatmika.
LETNAN DAN MAYOR MENGANGGUK HAMPIR BERBARENGAN. DAN SEMUA MATA TERTUJU KE ARAH KAPTEN YANG TEGAK DENGAN SEGALA KETENANGANNYA. KAPTEN MENGHEMBUSKAN ASAP ROKOK, MEMBUANG DAN MENGINJAK PUNTUNGNYA. LALU IA MENENGADAHKAN MUKANYA.
Kapten : Tak perlu pakai penutup mata pelindung rasa takut. Aku mau tantang terkaman maut pada kilatan api peluru peleton. Tak perlu pengikat tangan ini. Sebab aku enggan sembunyikan kerubuhan tubuhku dengan sandaran tangan yang gemetar ketakutan.
KAPTEN MELANGKAH KE PINTU. DI AMBANG IA HENTI. TAJAM PANDANGANNYA MENATAP LETNAN, MAYOR DAN KOPRAL BERGANTI. LETNAN SENYUM.
Kapten : Waspadalah kalian, hai pewaris-pewaris revolusi yang setia. Aku akan senantiasa hadir sepanjang jaman. Waspadalah!!!
KAPTEN SEDIKIT MENGANGKAT TANGAN KANANNYA MEMBERI HORMAT, TERUS DIIRINGI KOPRAL. SUARA GENDERANG MENGGEMURUH, LALU HENTI, MENDADAK DITIMPA SUARA TEMBAKAN. SEPI SEJENAK.
Letnan : Kami akan senantiasa waspada dan siaga sepanjang keturunan untuk menghancurkan setiap kehadiranmu.
Mayor : Kami akan senantiasa tempa api semangat yang pantang menyerah, dan pembulatan persatuan rakyat pejuang sepanjang masa, untuk menggulung kehadiranmu.
MENATAP LETNAN DENGAN WAJAH PENUH KESUNGGUHAN
Mayor : Semua ini menggugah kesadaranku. Bahwa tidak boleh ada yang lebih merasa pahlawan, lebih merasa berjasa dalam andil revolusi. Tidak boleh ada yang menonjolkan bahwa keyakinannyalah yang lebih berarti terhadap revolusi. Juga tidak boleh ada sikap merendahkan martabat golongan dan jenis lain. Yang penting bagiku kini adalah siapa saja yang sanggup buktikan kepemimpinan-nya secara konsekuen.
Letnan, aku patahkan segala sentimen pribadi terhadap pribadimu. Dan seiring ini, kami secara sukarela meleburkan diri dan bersumpah setia pada tentara nasional. Letnan, kami siap sedia melaksanakan segala instruksimu selaku komandan sektor yang berwenang.
Letnan : Terimakasih Mayor. Mari, kini kita siapkan penggempuran tentara penjajah.
Mayor : S i a p !
*** Selesai ***
0 komentar
Posting Komentar