Bagian satu dapat dilihat di sini
TIGA
ORKES MADUN PERTAMA (Muncul; Menyanyi)
Sambil menyanyi
Lagunya enak
Lagunya enak
Merdu sekali
Oplet tua menabrak cacing
Cacing ditelan pencopet bencong
Jikalau rembulan sedang bunting
Ayolah kita menonton lenong
NABI PERTAMA (Anggota Orkes I menyanyi)
Buah rambutan tidak beruban
Dimakan Zainal tinggal bijinya
Gusti Pangeran tidak beruban
Tapi nggak ada potret bayinya
NABI KEDUA (menyanyi)
Dimakan Zainal tinggal bijinya
Tapi bijinya bisa ditanam
Justru gak ada potret bayinya
Tanda ilmunya sangatlah dalam
NABI KETIGA
Bijinya bisa dibikin jimat
Ditaburi kembang setiap Jum’at
Gusti Pangeran sangat keramat
Menabur rahmat setiap saat
NABI KEEMPAT
Biji rambutan makanan rakyat
Rasanya pahit tapi ya pahit
Gusti Pangeran punya maklumat
Siapa mencubit bakal kejepit
SEMUA
Pit
Pit
Pit
Aduh aduh aduh
Kit
Kit
Kit
Dihimpit sakit
Diintip sakit
Sedikit sakit
Sakit sedikit
Sedikit
Sakit
ORKES I
Telor dadar makanan Zainal
Diceplok Cina pagi sekali
Sikap sabar mengobat kesal
Biar digaplok pagi sekali
SEMUA
Bar bar bar bar barbar
Bar bar bar bar barbar
ORKES I
Hulahula tarian nikmat
Membuka gemas lenggak-lenggoknya
Ini sandiwara suguhan rakyat
Walaupun pedas, tinggi gizinya
SEMUA
Bar bar bar barbar
Bar bar bar barbar
(Makin panas)
Bar bar bar barbar
Bar bar bar barbar
Barbar
Barbar
ORKES I
Sabar
Sabar
BEGITU MUSIK SELESAI BEGITU BADUT
PERTAMA MENYALAM NABI PERTAMA DENGAN CARA YANG MERUNDUK SEKALI
BADUT PERTAMA
Tuanku, kembali kita bertemu
NABI PERTAMA
Semarku, kau bertambah lucu
BADUT PERTAMA
Tuanku berlebihan, tapi juga
terimalah pujianku; orkes tuanku semakin nyaring dan merdu
NABI PERTAMA
Semarku, kau berlebihan, tapi juga
dengarlah komentarku. Dagelanmu semakin runcing tanpa tedeng aling-aling
BADUT PERTAMA
Dagelan-dagelan lama dalam gaya
baru, tuanku. Tanpa kostum, tanpa rias dan tanpa tetek bengek lainnya.
NABI PERTAMA
Ide bagus
BADUT PERTAMA
Bukan ide pangkal musababnya,
tuanku. Tapi
NABI PERTAMA
Kau begitu lain, Semar. Ketika
kita pertama kali berjumpa.
BADUT PERTAMA
Dua ribu tahun yang lalu?
NABI PERTAMA
Kau pelupa. Bukan,
BADUT PERTAMA
Yayayayaa. Suling itu.
NABI PERTAMA
Kau membuatnya untuk pertama kali
dank au meniupnya dengan syahdu sekali.
BADUT PERTAMA MENGENANGKAN
SAAT-SAAT LAMPAU ITU SEOLAH-OLAH TAMPAK BAGAIMANA WAKTU MENGALIRI AIR MUKANYA
NABI PERTAMA
Mana dia? Tiuplah sebuah lagu
untuk kenangan kita
BADUT PERTAMA
Menyesal sekali tuanku. Saya sudah
lupa sama sekali. Semua lagu saya sudah lupa dan malah saya pun sudah lupa
bagaimana membuat suling itu
NABI PERTAMA
Tidak masuk akal., bagaimana bisa
terjadi?
BADUT PERTAMA
Panjang lakonnya, tuanku. Lain
kali saya akan ceritakan pada tuanku seorang diri. Saya kira para penonton
sudah mulai terampas waktunya oleh percakapan nostalgia kita. Selain itu saya
lupa memperkenalkan tuanku dan tuan-tuan yang lain.
NABI PERTAMA
Tapi sambil lalu, masih kamu jadi
tukang penjaja mainan?
BADUT PERTAMA
Masih, tuanku. Dan akan tetap
begitu. Maafkan tuanku (kepada semua) perlu kalian ketahui bahwa rombongan
orkes ini terdiri dari para nabi. Harap memberi tabe
ORANG-ORANG AKAN BERSUJUD
NABI PERTAMA
Cukup, kami memahami dan merasakan
hormat kalian.
BADUT PERTAMA
Demi keamanan, terpaksa kami tidak
dapat menyebut nama beliau (Pada nabi pertama) maafkan, tuanku. Terpaksa kami
ambil tindakan begini karena sekelompok besar orang-orang di sini tidak
mengizinkan nabi mereka disandiwarakan secara blak-blakan;semata-mata lantaran
takzim mereka jua (Pada hadirin dan semua pemain) Sekalipun demikian, tak ada
jeleknya dan salahnya kalau di sii dalam kesempatan ini saya boleh
memperkenalkan beliau-beliau tidak atas nama, melainkan atas nomor-nomor, meski
saya sadar, lama-lama akan ketahuan jua perbedaan satu dan lainnya. Yang mulai Nabi
Pertama
NABI PERTAMA (Menunjukan dirinya, para hadirin bertepuk)
BADUT PERTAMA
Yang mulia Nabi Kedua
NABI KEDUA (Melakukan hal serupa dan hadirin bertepuk)
BADUT PERTAMA
Yang mulia Nabi Ketiga
NABI KETIGA (melakukan hal serupa dan hadirin bertepuk)
BADUT PERTAMA
Yang mulia Nabi Keempat
NABI KEEMPAT (Melakukan hal serupa dan hadirin bertepuk)
BADUT PERTAMA
Adalah kesempatan yang mulia
sekali bahwa malam ini kita ketamuan tamu-tamu yang mulia. Dan lebih dari itu
tentu kita akan sempat pula menikmati lagu-lagu terbaru dan album-album baru
beliau-beliau.
(Semua orang bertepuk)
NABI PERTAMA
Maafkan, maafkan kami karena kami
tidak mempunyai album baru, tapi kami berjanji akan bernyanyi dan menghibur
kalian. Dan sebaliknya kamipun akan dengan senang menyaksikan pertunjukan
kalian.
(semua bersorak dan bersuit)
Tapi terlebih dahulu sudah tentu
alangkah baiknya kalau saya pun boleh memperkenalkan kalian kepada para
penonton.
(segera keempat badut menyusup
bersembunyi diantara para pemain)
Saya akan memperkenalkan dari
belakang, maksud saya dari angka belakang. Badut keempat alias Bagong
(Bagong tampil manja dan malu-malu
seperti bisaanya, dan semua bertepuk)
Petruk alias badut ketiga
(Petruk yang jangkung itu tampil
dengan penuh ahrga diri dan para hadirin bertepuk. lalu belum nabi pertama
menyebut namanya lebih dulu gareng tampil)
Dan ini badut kedua alias Gareng
(para hadirin bertepuk)
Dan kini tampil Semar alias badut
pertama. Selain sebagai pemain juga memimpin dan menyutradarai pertunjukan-pertunjukan
rombongannya
(Semar dengan gayanya, tampil
memperkenalkan diri, para hadirin bertepuk)
Malam ini lakon apa mar?
BADUT PERTAMA
Orkes Madun karangan Arifin C Noer
ORKES II MUNCUL TERDIRI DARI
SENIMAN-SENIMAN
Dan kini perkenankan saya memperkenalkan
rombongan orkes kedua yang terdiri dari seniman-seniman. Tapi lantaran di sini
terlalu banyak nama seniman, maka demi menyelamatkan kemungkinan satu sama
lain, maka untuk mereka tidak perlu kami sebut satu persatu namanya, cukup
dengan angka seperti nabi-nabi.
ORKES II MEMPERKENALKAN DIRI DAN
PARA HADIRIN BERTEPUK TANGAN
BADUT DAN NABI PERTAMA
Inilah orkes Madun atawa Madekur
dan Tarkeni
EMPAT
KEDUA ORANG ITU BERMAIN SEMENTARA
PARA BADUT MENARI-NARI. DI ANTARA MEREKA KEMUDIAN MUNCUL DADU, BOCAH MENANGIS
MENCARI SESEORANG SETIAP KALI IA BERHENTI PADA SESEORANG DAN MEMPERHATIKAN
ORANG ITU, TAPI SETIAP KALI PULA IA MENGGELENGKAN KEPALANYA DAN KEMBALI
MENANGIS. KEMUDIAN DADU BOCAH LENYAP ENTAH KEMANA. BEGITU IA LENYAP KEMUDIAN
ENTAH DARIMANA MUNCUL KARTI, BOCAH YANG JUGA MENCARI SESEORANG DAN MELAKUKAN
HAL YANG SEPERTI DADU LAKUKAN , DAN KEMUDIAN IA PUN HILANG ENTAH KEMANA.
Satu
Ada seorang pemuda /Madekur
namanya
Asal dari desa / tinggal dan cari
nafkah / di Jakarta
Sebagai normalnya orang Jakarta /
bagus dandanannya
Cacat muka tidak / tampan tidak /
sedeng namanya
Ada seorang pemudi / Tarkeni
namanya
Asal dari desa / tinggal dan cari
nafkah / di Jakarta
Sebagai normalnya orang Jakarta /
bagus dandanannya
Cacat muka tidak / cantik tidak /
sedeng namanya
Madekur dan tarkeni / bertemu di
atas ranjang
Ketika sama bergoyang / mereka
sama melayang
Kala menyusup dalam tamasya
syahwat di khayangan
Terbetik oleh Madekur / suatu
pikiran
Apa itu?
Nanti dulu
Tidak semua orang Jakarta / punya
pekerjaan
Tapi Madekur / lelaki cekat / dan
punya martabat
Ia punya pekerjaan tetap / yang
sangat berat
Memang madekur / lelaki rajin /
dan keras kemauan
Tidak semua orang Jakarta / punya
pekerjaan
Tapi Madekur/ perempuan cekat /
dan punya martabat
Ia punya pekerjaan tetap / yang
sangat berat
Memang madekur / perempuan rajin /
dan keras kemauan
Dua-dua sama rajin / sama cekat
Dua-dua berpeluk di ranjang sangat
erat
Bulan kolokan di celah genteng
Lakon bermula di bawah genteng
Dua
KEMUDIAN FORMASI MEMBUYAR DAN
DALAM BEBERAPA DETIK TERCIPTALAH SUASANA PLANET SENEN, SUATU KOMPLEKS PELACURAN
DI JAKARTA PADA MALAM HARI. SEBAGIAN DI ANTARA MEREKA BERMAIN ORKES, BERJOGET,
SEBAGIAN BERCUMBU DAN BERANEKA PERBUATAN YANG UMUM TERJADI DI SUATU TEMPAT SEMACAM ITU.
DI ATAS PENTAS ADA TIGA BALE-BALE
ATAU RANJANG YANG KWALITET RENDAHAN TERPISAH LETAKNYA SATU SAMA LAIN. DI ATAS
KETIGANYA ADA TIGA PASANG LELAKI DAN PEREMPUAN . KALAU SAJA LAMPU CUKUP TERANG
DAN LALU LALANG PEMAIN-PEMAIN LAIN TIDAK MENGHALANGI AKAN TAMPAK DENGAN JELAS
BAHWA MEREKA SEDANG BERSETUBUH. TAPI JUGA ADAT KITA MELARANG MEMPERTONTONKAN
PERISTIWA ITU SECARA BLAK-BLAKAN DI ATAS PENTAS, MAKA SAYA SARANKAN BILA
DIANGGAP PERLU SEORANG PEMAIN LAIN BERLAKU SUATU PERBUATAN ATAU PENJELASAN BUAT
PENONTON BAHWA “DEMI KESOPANAN DAN ADAT YANG SELALU BERSIH, MAKA ADEGAN-ADEGAN
KOTOR TERPAKSA DI BIKIN BERSIH”
KEMUDIAN SEDIKIT DEMI SEDIKIT
SUNYI MUNCUL, ARTINYA MENUJU ADEGAN TANPA SUARA, LALU PADA SAAT-SAAT SAMA
SEKALI HENING PARA PEMAIN MENYINGKIR, KECUALI MADEKUR DAN TARKENI DI ATAS
RANJANG YANG TAMPAK SEDANG MELEPAS LELAH. BEBERAPA KALI TERDENGAR SUARA DARI
NAFAS MEREKA. SEORANG PEREMPUAN TUA, DARSIH NAMANYA (NGGAK BEGITU TUA!) MUNCUL.
DARSIH
Buruan, dong! (Sambil Exit)
kalau mau nginap bilang kek!
LALU KEDUANYA SAMA BANGKIT.
MENGHEMPAS NAPAS LAGI, KEDUANYA SALING MEMANDANGI. KEDUANYA SALING TERSENYUM.
DAN PADA SAAT ITU MUNCUL SEORANG GADIS KECIL SEPERTI UMUMNYA DI DESA. DIA
MEMBAWA KERUPUK
GADIS
Mad! Mad!
LALU MUNCUL SEORANG JEJAKA KECIL,
SEGERA SI GADIS MEMBELAH KERUPUK JADI DUA DAN DENGAN MALU-MALU YANG SEBELAH
DIBERIKAN KEPADA SI JEJAKA. LALU SAMBIL TERTAWA KECIL, MALU-MALU SI GADIS LARI
EXIT. DENGAN SENANG SI JEJAKA MENCUBIT KERUPUK ITU, LALU MEMELUKNYA. KETIKA
TERDENGAR SUARA ANAK YANG LAIN MEMINTA KERUPUK ITU SEGERA IA MENYEMBUNYIKAN
KERUPUK ITU DALAM LIPATAN SARUNGNYA
JEJAKA
Tidak makan apa-apa (sambil
keluar)
LALU KEDUANYA BANGKIT BERDIRI.
TANPA BERKATA APA-APA KEDUANYA MENGENAKAN PAKAIAN. SETELAH SELESAI, MADEKUR
TERPEKUR SEJENAK SEMENTARA TARKENI MENANTI (BAYARAN TENTU)
SUARA DARSIH
Sedang bertelor apa?
MADEKUR
Bagaimana kalau kita kawin saja!?
TARKENI
Gampang. Bayar saja dulu yang
sekarang.
MADEKUR
Bajingan! Masa nggak percaya sama
saya. Mengeluarkan uang dari dalam saku celananya. Dengan gaya si kaya ia menghitung
beberapa lembar lalu menyerahkannya pada Tarkeni) minggu yang lalu saya
bayar berapa?
TARKENI
Biasa. Dua.
MADEKUR
Malam ini tujuh. Hitung saja.
TARKENI (Setelah menghitung)
Kamu sungguh-sungguh rupanya.
MADEKUR
Kamu kira uang palsu?
TARKENI
Rejeki nomplok?
MADEKUR
Mana ada rejeki nomplok. Tahi
kuping yang nomplok! Keringat!
TARKENI (mengiyakan sambil menghapus keringat dengan uang)
Keringat menetes
Tes
Air mani menetes
Tes
Lalu semua menetes
Tes
Dan yang paling akhir air mata
Tes
MADEKUR
Sekarang jawab. Bagaimana kalau
kita kawin saja.
TARKENI
Jangan kayak anak-anak ah.
MADEKUR
Saya serius dan umur saya dua
puluh lima, neng.
TARKENI
Saya dua satu
MADEKUR
Nah, apalagi? Pekerjaan saya sudah
punya.
TARKENI
Saya juga punya.
MADEKUR
Lebih bagus lagi. Dan lebih dari
itu ketika kecil kita pernah jadi penganten-pengantenan. Dan saya kira saya
masih cinta sama kamu.
TARKENI
Kalau saya tidak?
MADEKUR
Belakangan kan bisa!?
SUNYI SEJENAK
MADEKUR
Bagaimana?
TARKENI
Kenapa mesti kawin?
MADEKUR
Seperti umumnya orang. Biar
gampang.
TARKENI
Begini kan gampang.
MADEKUR
Lebih gampang lagi kalau kita
kawin. Sudahlah jangan banyak Tanya. Bagaimana?
TARKENI
Kita rundingkan di luar.
LALU KEDUANYA KELUAR
Tiga
Madekur seorang pencopet
Lantaran di Jakarta ia tergencet
Bulan dari Jatibarang yang ia kepit
Bersama kertas ijazah di ketiaknya
Lusuh dan kehilangan cahaya
Dilemparkannya di kali Ciliwung
Bulan itu mengapung-apung bersama tahi
Dan kertas-kertas rencana Negara yang terbengkalai
Dan diiringi kwitansi-kwitansi yang dipalsukan
Pegawai negeri
Di tepi kali Malang
Matahari yang pijar berkaca-kaca
Dengan susah payah
Sambil menyumpah
Madekur menjambak rambut matahari
Dan kemudian menyeretnya kemana-mana
Adapun Tarkeni seorang pelacur
Lantaran di Jakarta tak mau dikubur
Bulan dari jatibarang yang ia bawa
Bersama kertas ijazah dalam kertas plastiknya
Lusuh dan kehilangan cahaya
Bulan itu mengapung-apung bersama tahi
Dan kertas-kertas rencana Negara yang terbengkalai
Dan diiringi kwitansi-kwitansi yang dipalsukan
Pegawai negeri
Di tepi kali Malang
Matahari yang pijar berkaca-kaca
Dengan susah payah
Sambil menyumpah
Madekur menjambak rambut matahari
Dan kemudian menyeretnya kemana-mana
0 komentar
Posting Komentar