Selasa, 13 Desember 2016

Naskah Drama Orkes Madun 1 Bagian 2

Bagian satu dapat dilihat di sini

TIGA


ORKES MADUN PERTAMA (Muncul; Menyanyi)
Sambil menyanyi
Lagunya enak
Lagunya enak
Merdu sekali

Oplet tua menabrak cacing
Cacing ditelan pencopet bencong
Jikalau rembulan sedang bunting

Ayolah kita menonton lenong


NABI PERTAMA (Anggota Orkes I menyanyi)
Buah rambutan tidak beruban
Dimakan Zainal tinggal bijinya
Gusti Pangeran tidak beruban
Tapi nggak ada potret bayinya

NABI KEDUA (menyanyi)
Dimakan Zainal tinggal bijinya
Tapi bijinya bisa ditanam
Justru gak ada potret bayinya
Tanda ilmunya sangatlah dalam

NABI KETIGA
Bijinya bisa dibikin jimat
Ditaburi kembang setiap Jum’at
Gusti Pangeran sangat keramat
Menabur rahmat setiap saat

NABI KEEMPAT
Biji rambutan makanan rakyat
Rasanya pahit tapi ya pahit
Gusti Pangeran punya maklumat
Siapa mencubit bakal kejepit

SEMUA
Pit
Pit
Pit
Aduh aduh aduh
Kit
Kit
Kit
Dihimpit sakit
Diintip sakit
Sedikit sakit
Sakit sedikit
Sedikit
Sakit

ORKES I
Telor dadar makanan Zainal
Diceplok Cina pagi sekali
Sikap sabar mengobat kesal
Biar digaplok pagi sekali

SEMUA
Bar bar bar bar barbar
Bar bar bar bar barbar

ORKES I
Hulahula tarian nikmat
Membuka gemas lenggak-lenggoknya
Ini sandiwara suguhan rakyat
Walaupun pedas, tinggi gizinya

SEMUA
Bar bar bar barbar
Bar bar bar barbar
(Makin panas)
Bar bar bar barbar
Bar bar bar barbar
Barbar
Barbar

ORKES I
Sabar
Sabar

BEGITU MUSIK SELESAI BEGITU BADUT PERTAMA MENYALAM NABI PERTAMA DENGAN CARA YANG MERUNDUK SEKALI

BADUT PERTAMA
Tuanku, kembali kita bertemu

NABI PERTAMA
Semarku, kau bertambah lucu

BADUT PERTAMA
Tuanku berlebihan, tapi juga terimalah pujianku; orkes tuanku semakin nyaring dan merdu

NABI PERTAMA
Semarku, kau berlebihan, tapi juga dengarlah komentarku. Dagelanmu semakin runcing tanpa tedeng aling-aling

BADUT PERTAMA
Dagelan-dagelan lama dalam gaya baru, tuanku. Tanpa kostum, tanpa rias dan tanpa tetek bengek lainnya.

NABI PERTAMA
Ide bagus

BADUT PERTAMA
Bukan ide pangkal musababnya, tuanku. Tapi

NABI PERTAMA
Kau begitu lain, Semar. Ketika kita pertama kali berjumpa.

BADUT PERTAMA
Dua ribu tahun yang lalu?

NABI PERTAMA
Kau pelupa. Bukan,

BADUT PERTAMA
Yayayayaa. Suling itu.

NABI PERTAMA
Kau membuatnya untuk pertama kali dank au meniupnya dengan syahdu sekali.

BADUT PERTAMA MENGENANGKAN SAAT-SAAT LAMPAU ITU SEOLAH-OLAH TAMPAK BAGAIMANA WAKTU MENGALIRI AIR MUKANYA

NABI PERTAMA
Mana dia? Tiuplah sebuah lagu untuk kenangan kita

BADUT PERTAMA
Menyesal sekali tuanku. Saya sudah lupa sama sekali. Semua lagu saya sudah lupa dan malah saya pun sudah lupa bagaimana membuat suling itu

NABI PERTAMA
Tidak masuk akal., bagaimana bisa terjadi?

BADUT PERTAMA
Panjang lakonnya, tuanku. Lain kali saya akan ceritakan pada tuanku seorang diri. Saya kira para penonton sudah mulai terampas waktunya oleh percakapan nostalgia kita. Selain itu saya lupa memperkenalkan tuanku dan tuan-tuan yang lain.

NABI PERTAMA
Tapi sambil lalu, masih kamu jadi tukang penjaja mainan?

BADUT PERTAMA
Masih, tuanku. Dan akan tetap begitu. Maafkan tuanku (kepada semua) perlu kalian ketahui bahwa rombongan orkes ini terdiri dari para nabi. Harap memberi tabe

ORANG-ORANG AKAN BERSUJUD

NABI PERTAMA
Cukup, kami memahami dan merasakan hormat kalian.

BADUT PERTAMA
Demi keamanan, terpaksa kami tidak dapat menyebut nama beliau (Pada nabi pertama) maafkan, tuanku. Terpaksa kami ambil tindakan begini karena sekelompok besar orang-orang di sini tidak mengizinkan nabi mereka disandiwarakan secara blak-blakan;semata-mata lantaran takzim mereka jua (Pada hadirin dan semua pemain) Sekalipun demikian, tak ada jeleknya dan salahnya kalau di sii dalam kesempatan ini saya boleh memperkenalkan beliau-beliau tidak atas nama, melainkan atas nomor-nomor, meski saya sadar, lama-lama akan ketahuan jua perbedaan satu dan lainnya. Yang mulai Nabi Pertama

NABI PERTAMA (Menunjukan dirinya, para hadirin bertepuk)

BADUT PERTAMA
Yang mulia Nabi Kedua

NABI KEDUA (Melakukan hal serupa dan hadirin bertepuk)

BADUT PERTAMA
Yang mulia Nabi Ketiga

NABI KETIGA (melakukan hal serupa dan hadirin bertepuk)

BADUT PERTAMA
Yang mulia Nabi Keempat

NABI KEEMPAT (Melakukan hal serupa dan hadirin bertepuk)

BADUT PERTAMA
Adalah kesempatan yang mulia sekali bahwa malam ini kita ketamuan tamu-tamu yang mulia. Dan lebih dari itu tentu kita akan sempat pula menikmati lagu-lagu terbaru dan album-album baru beliau-beliau.

(Semua orang bertepuk)

NABI PERTAMA
Maafkan, maafkan kami karena kami tidak mempunyai album baru, tapi kami berjanji akan bernyanyi dan menghibur kalian. Dan sebaliknya kamipun akan dengan senang menyaksikan pertunjukan kalian.

(semua bersorak dan bersuit)

Tapi terlebih dahulu sudah tentu alangkah baiknya kalau saya pun boleh memperkenalkan kalian kepada para penonton.

(segera keempat badut menyusup bersembunyi diantara para pemain)

Saya akan memperkenalkan dari belakang, maksud saya dari angka belakang. Badut keempat alias Bagong

(Bagong tampil manja dan malu-malu seperti bisaanya, dan semua bertepuk)

Petruk alias badut ketiga

(Petruk yang jangkung itu tampil dengan penuh ahrga diri dan para hadirin bertepuk. lalu belum nabi pertama menyebut namanya lebih dulu gareng tampil)

Dan ini badut kedua alias Gareng

(para hadirin bertepuk)

Dan kini tampil Semar alias badut pertama. Selain sebagai pemain juga memimpin dan menyutradarai pertunjukan-pertunjukan rombongannya

(Semar dengan gayanya, tampil memperkenalkan diri, para hadirin bertepuk)

Malam ini lakon apa mar?

BADUT PERTAMA
Orkes Madun karangan Arifin C Noer

ORKES II MUNCUL TERDIRI DARI SENIMAN-SENIMAN

Dan kini perkenankan saya memperkenalkan rombongan orkes kedua yang terdiri dari seniman-seniman. Tapi lantaran di sini terlalu banyak nama seniman, maka demi menyelamatkan kemungkinan satu sama lain, maka untuk mereka tidak perlu kami sebut satu persatu namanya, cukup dengan angka seperti nabi-nabi.

ORKES II MEMPERKENALKAN DIRI DAN PARA HADIRIN BERTEPUK TANGAN

BADUT DAN NABI PERTAMA
Inilah orkes Madun atawa Madekur dan Tarkeni


EMPAT

KEDUA ORANG ITU BERMAIN SEMENTARA PARA BADUT MENARI-NARI. DI ANTARA MEREKA KEMUDIAN MUNCUL DADU, BOCAH MENANGIS MENCARI SESEORANG SETIAP KALI IA BERHENTI PADA SESEORANG DAN MEMPERHATIKAN ORANG ITU, TAPI SETIAP KALI PULA IA MENGGELENGKAN KEPALANYA DAN KEMBALI MENANGIS. KEMUDIAN DADU BOCAH LENYAP ENTAH KEMANA. BEGITU IA LENYAP KEMUDIAN ENTAH DARIMANA MUNCUL KARTI, BOCAH YANG JUGA MENCARI SESEORANG DAN MELAKUKAN HAL YANG SEPERTI DADU LAKUKAN , DAN KEMUDIAN IA PUN HILANG ENTAH KEMANA.

Satu

Ada seorang pemuda /Madekur namanya
Asal dari desa / tinggal dan cari nafkah / di Jakarta
Sebagai normalnya orang Jakarta / bagus dandanannya
Cacat muka tidak / tampan tidak / sedeng namanya

Ada seorang pemudi / Tarkeni namanya
Asal dari desa / tinggal dan cari nafkah / di Jakarta
Sebagai normalnya orang Jakarta / bagus dandanannya
Cacat muka tidak / cantik tidak / sedeng namanya

Madekur dan tarkeni / bertemu di atas ranjang
Ketika sama bergoyang / mereka sama melayang
Kala menyusup dalam tamasya syahwat di khayangan
Terbetik oleh Madekur / suatu pikiran

Apa itu?

Nanti dulu

Tidak semua orang Jakarta / punya pekerjaan
Tapi Madekur / lelaki cekat / dan punya martabat
Ia punya pekerjaan tetap / yang sangat berat
Memang madekur / lelaki rajin / dan keras kemauan

Tidak semua orang Jakarta / punya pekerjaan
Tapi Madekur/ perempuan cekat / dan punya martabat
Ia punya pekerjaan tetap / yang sangat berat
Memang madekur / perempuan rajin / dan keras kemauan

Dua-dua sama rajin / sama cekat
Dua-dua berpeluk di ranjang sangat erat
Bulan kolokan di celah genteng
Lakon bermula di bawah genteng

Dua

KEMUDIAN FORMASI MEMBUYAR DAN DALAM BEBERAPA DETIK TERCIPTALAH SUASANA PLANET SENEN, SUATU KOMPLEKS PELACURAN DI JAKARTA PADA MALAM HARI. SEBAGIAN DI ANTARA MEREKA BERMAIN ORKES, BERJOGET, SEBAGIAN BERCUMBU DAN BERANEKA PERBUATAN YANG UMUM TERJADI  DI SUATU TEMPAT SEMACAM ITU.

DI ATAS PENTAS ADA TIGA BALE-BALE ATAU RANJANG YANG KWALITET RENDAHAN TERPISAH LETAKNYA SATU SAMA LAIN. DI ATAS KETIGANYA ADA TIGA PASANG LELAKI DAN PEREMPUAN . KALAU SAJA LAMPU CUKUP TERANG DAN LALU LALANG PEMAIN-PEMAIN LAIN TIDAK MENGHALANGI AKAN TAMPAK DENGAN JELAS BAHWA MEREKA SEDANG BERSETUBUH. TAPI JUGA ADAT KITA MELARANG MEMPERTONTONKAN PERISTIWA ITU SECARA BLAK-BLAKAN DI ATAS PENTAS, MAKA SAYA SARANKAN BILA DIANGGAP PERLU SEORANG PEMAIN LAIN BERLAKU SUATU PERBUATAN ATAU PENJELASAN BUAT PENONTON BAHWA “DEMI KESOPANAN DAN ADAT YANG SELALU BERSIH, MAKA ADEGAN-ADEGAN KOTOR TERPAKSA DI BIKIN BERSIH”

KEMUDIAN SEDIKIT DEMI SEDIKIT SUNYI MUNCUL, ARTINYA MENUJU ADEGAN TANPA SUARA, LALU PADA SAAT-SAAT SAMA SEKALI HENING PARA PEMAIN MENYINGKIR, KECUALI MADEKUR DAN TARKENI DI ATAS RANJANG YANG TAMPAK SEDANG MELEPAS LELAH. BEBERAPA KALI TERDENGAR SUARA DARI NAFAS MEREKA. SEORANG PEREMPUAN TUA, DARSIH NAMANYA (NGGAK BEGITU TUA!) MUNCUL.

DARSIH
Buruan, dong! (Sambil Exit) kalau mau nginap bilang kek!

LALU KEDUANYA SAMA BANGKIT. MENGHEMPAS NAPAS LAGI, KEDUANYA SALING MEMANDANGI. KEDUANYA SALING TERSENYUM. DAN PADA SAAT ITU MUNCUL SEORANG GADIS KECIL SEPERTI UMUMNYA DI DESA. DIA MEMBAWA KERUPUK

GADIS
Mad! Mad!

LALU MUNCUL SEORANG JEJAKA KECIL, SEGERA SI GADIS MEMBELAH KERUPUK JADI DUA DAN DENGAN MALU-MALU YANG SEBELAH DIBERIKAN KEPADA SI JEJAKA. LALU SAMBIL TERTAWA KECIL, MALU-MALU SI GADIS LARI EXIT. DENGAN SENANG SI JEJAKA MENCUBIT KERUPUK ITU, LALU MEMELUKNYA. KETIKA TERDENGAR SUARA ANAK YANG LAIN MEMINTA KERUPUK ITU SEGERA IA MENYEMBUNYIKAN KERUPUK ITU DALAM LIPATAN SARUNGNYA

JEJAKA
Tidak makan apa-apa (sambil keluar)

LALU KEDUANYA BANGKIT BERDIRI. TANPA BERKATA APA-APA KEDUANYA MENGENAKAN PAKAIAN. SETELAH SELESAI, MADEKUR TERPEKUR SEJENAK SEMENTARA TARKENI MENANTI (BAYARAN TENTU)

SUARA DARSIH
Sedang bertelor apa?

MADEKUR
Bagaimana kalau kita kawin saja!?

TARKENI
Gampang. Bayar saja dulu yang sekarang.

MADEKUR
Bajingan! Masa nggak percaya sama saya. Mengeluarkan uang dari dalam saku celananya. Dengan gaya si kaya ia menghitung beberapa lembar lalu menyerahkannya pada Tarkeni) minggu yang lalu saya bayar berapa?

TARKENI
Biasa. Dua.

MADEKUR
Malam ini tujuh. Hitung saja.

TARKENI (Setelah menghitung)
Kamu sungguh-sungguh rupanya.

MADEKUR
Kamu kira uang palsu?

TARKENI
Rejeki nomplok?

MADEKUR
Mana ada rejeki nomplok. Tahi kuping yang nomplok! Keringat!

TARKENI (mengiyakan sambil menghapus keringat dengan uang)
Keringat menetes
Tes
Air mani menetes
Tes
Lalu semua menetes
Tes
Dan yang paling akhir air mata
Tes

MADEKUR
Sekarang jawab. Bagaimana kalau kita kawin saja.

TARKENI
Jangan kayak anak-anak ah.

MADEKUR
Saya serius dan umur saya dua puluh lima, neng.

TARKENI
Saya dua satu

MADEKUR
Nah, apalagi? Pekerjaan saya sudah punya.

TARKENI
Saya juga punya.

MADEKUR
Lebih bagus lagi. Dan lebih dari itu ketika kecil kita pernah jadi penganten-pengantenan. Dan saya kira saya masih cinta sama kamu.

TARKENI
Kalau saya tidak?

MADEKUR
Belakangan kan bisa!?

SUNYI SEJENAK

MADEKUR
Bagaimana?

TARKENI
Kenapa mesti kawin?

MADEKUR
Seperti umumnya orang. Biar gampang.

TARKENI
Begini kan gampang.

MADEKUR
Lebih gampang lagi kalau kita kawin. Sudahlah jangan banyak Tanya. Bagaimana?

TARKENI
Kita rundingkan di luar.

LALU KEDUANYA KELUAR

Tiga

Madekur seorang pencopet
Lantaran di Jakarta ia tergencet
Bulan dari Jatibarang yang ia kepit
Bersama kertas ijazah di ketiaknya
Lusuh dan kehilangan cahaya
Dilemparkannya di kali Ciliwung
Bulan itu mengapung-apung bersama tahi
Dan kertas-kertas rencana Negara yang terbengkalai
Dan diiringi kwitansi-kwitansi yang dipalsukan
Pegawai negeri

Di tepi kali Malang
Matahari yang pijar berkaca-kaca
Dengan susah payah
Sambil menyumpah
Madekur menjambak rambut matahari
Dan kemudian menyeretnya kemana-mana

Adapun Tarkeni seorang pelacur
Lantaran di Jakarta tak mau dikubur
Bulan dari jatibarang yang ia bawa
Bersama kertas ijazah dalam kertas plastiknya
Lusuh dan kehilangan cahaya
Bulan itu mengapung-apung bersama tahi
Dan kertas-kertas rencana Negara yang terbengkalai
Dan diiringi kwitansi-kwitansi yang dipalsukan
Pegawai negeri

Di tepi kali Malang
Matahari yang pijar berkaca-kaca
Dengan susah payah
Sambil menyumpah
Madekur menjambak rambut matahari
Dan kemudian menyeretnya kemana-mana

0 komentar

Posting Komentar