Rabu, 14 Desember 2016

Naskah Drama Orkes Madun 2 Bagian 2

Naskah Drama karya Arifin C Noer
SEMAR
Sebagian orang menganggap tokoh Waska itu sebagai lelaki atau jawara tua setengah sinting, eksentrik kayak seniman besar. Sebagian lagi menganggap penyakitnya itu sebagai guna-guna atau tenung yang dilontarkan orang atau musuhnya. Tapi sebagian lagi menganggapnya pada saat seperti itu ia sedang bercakap-cakap dengan ‘Yang Maha Kuasa’ mengingat kedudukannya nyaris sebagai nabi. Saya sendiri sebagai Semar yang memerankan tokoh itu Cuma menganggapnya sebagai tokoh yang sangat kocak yang sadar akan kekocakannya serta kekocakan lingkungannya. Nah, saya teruskan lagi. Sebentar.

SEBENTAR WASKA TENGOK KANAN KIRI LALU BARING LALU TIDUR LAGI MENDENGKUR. SESEORANG MUNCUL, TENGOK KANAN KIRI LALU BARING LALU TIDUR LALU MENDENGKUR. LAINNYA. LAINNYA. BEGITULAH AKHIRNYA TEMPAT YANG TIDAK BEGITU LUAS. TABUHLAH. BAWA BATU-BATU DAN PUKUL-PUKULKANLAH.

SEMAR
Lihatlah, betapa memedihkan keadaan gerombolan penjahat-penjahat itu ketika pemimpinnya hilang tak tentu rimbanya. Nampak jelas sekali mereka  pun memerlukan seseorang yang bisa mereka mitoskan demi keseimbangan jiwa-jiwa mereka.

TIGA (Berseru)
Waska ada dalam gerbong

EMPAT (Berseru)
Waska sedang tidur dalam gerbang

LALU SEMUA ORANG SAMA-SAMA MASUK KE GERBONG TUA ITU. DAN SEMENTARA PENTAS KOSONG LEWATLAH SENIMAN YANG BERBARET BERSYAL ITU SAMBIL MENGGESEK BIOLANYA.

LALU SEORANG IBU MUNCUL.

IBU SATU
Toto! Toto! Di mana kau, Toto? Pulanglah Toto

LALU IBU YANG LAIN MUNCUL

IBU DUA
Titi! Titi! Di mana kau, Titi? Pulanglah Titi

LALU IBU YANG LAIN MUNCUL

IBU TIGA
Somad, sudah malam, Somad. Pulang, Somad

LALU MUNCUL ANAK KECIL

ANAK KECIL (Sambil lari)
Bapak anjing! Ibu anjing! Gua gak mau pulang!

LALU SENIMAN LEWAT LAGI DENGAN GESEKAN BIOLANYA. LALU SATU-SATU KELUAR DARI GERBONG TUA ITU UNTUK SELANJUTNYA DUDUK ATAU BERDIRI ATAU BERBARING ATAU JONGKOK ATAU NAGKRING ATAU APALAH YANG PENTING SEMUA ORANG MEWARTAKAN KESEDIHAN. YA, KESEDIHAN DAN KECEMASAN SEDANG MELANDA MEREKA. PADA SEMUA WAJAH TERCACAR ‘HARI DEPAN YANG KABUR’ BAHKAN ‘HARI DEPAN YANG MENAWARKAN BENCANA’ BEGITULAH UNTUK BEBERAPA SAAT KEADAAN HENING BENING.

TIBA-TIBA JAPAR YANG KURUS-TINGGI-GEPENG MUNCUL SAMBIL MELANTANGKAN TANGISNYA YANG NGGAK KEPALANG TANGGUNG. SEMUA MUNCUL LAGI. DEBLENG YANG MERANGKULNYA SAMBIL MENANGIS SEHINGGA TERCIPTALAH DUET TANGIS.

JAPAR
Kalau dia mati, siapa yang akan memimpin kita?

DUET LAGI

DEBLENG
Dia pemimpin lebih dari pemimpin. Sedemikian besar kharismanya, sehingga wajah serta kulitnya yang hitam berkilat memancarkan cahaya terang benderang bagaikan wajah orang suci, wali-wali, wajah-wajah santun, bahkan laksana matahari.

DUET LAGI. YANG LAIN-LAIN CUMA MENGANGGUK-ANGGUK KETIKA PERCAKAPAN TADI SAMBIL MENAHAN TANGIS MENYIMPANNYA DALAM DADA

JAPAR
Kalau dia mati, siapa yang akan memarahi kita? Kalau dia mati siapa yang akan mencaci kita? Kalau dia mati, siapa yang akan, siapa yang akan, siapa yang akan, siapa yang akan…

DUET LAGI

DEBLENG
Waska

JAPAR
Waska

SEMUA
Waska

RANGGONG
Tawakal, tawakal, seperti kata Waska sendiri

BOROK
Sabar, sabar, seperti kata Waska sendiri

GUSTAV
Tuhan Maha Kuasa. Dari tanah kembali tanah

EMPAT (Marah)
Jangan omong sembarangan, Gustav. Dia belum mati

GUSTAV
Maaf, Buang. Saya khilaf. Soalnya, kalian bersedih sedemikian rupa hingga kayaknya Waska sudah menjadi mayat

RANGGONG
Berhentilah menangis, berhentilah menangis

BUANG
Menangislah dalam batin kalau bisa. Lebih sopan dan lebih intelek dan lebih tinggi derajatnya.

TERISAK-ISAK. DUET TANGIS LAGI. KINI ORANG-ORANG SEMUA MENANGIS DAN SENIMAN MENGGESEK BIOLANYA.
LALU MUNCUL ROMBONGAN PARA NABI. MEREKA TURUN DARI LANGIT DENGAN SEBUAH KENDARAAN ANGKASA YANG TERBUAT DARI BATANG POHON KELAPA. MENYAKSIKAN PADUAN TANGIS YANG SIMFONIK HAIBAT ITU. PARA NABI  PUN TERHERAN-HERAN.

NABI
Ada apa, saudara?

TAK SEORANG  PUN MENGHIRAUKAN

NABI
Ada apa, saudara?

GUSTAV(Berseru)
Hentikan sebentar tangismu, teman-teman, ada yang mau bicara!

ORANG-ORANG  PUN BERHENTI MENANGIS

GUSTAV
Barangkali ada yang perlu dijelaskan, nabiku?

NABI
Kenapa kalian menangis dan tangis kalian sedemikian rupa sehingga kedengaran sampai di lapisan langit ketujuh

NABI
Malahan semesta raya hanya berisi tangis dan nestapa dengan tangis kalian

JAPAR
Kami menangis lantaran sedih

NABI
Kenapa sedih?

JAPAR
Kami sedih karena, karena…

DEBLENG
Karena Waska! (Lalu menangis)

JAPAR
Karena Waska! (Lalu menangis)

NABI
Kenapa Waska?

GUSTAV
Waska, pemimpin besar kami, pemimpin umat manusia, sedang menderita sakit. Bahkan pada detik-detik ini ia sedang dalam keadaan inkoma, sakaratulmaut

NABI
Kalian kelewatan, betul-betul kelewatan. Tuhan, am punilah mereka karena mereka menangisi Waska

DEBLENG/JAPAR
Ya, kami menangisi Waska

NABI
Waska, kalian tangisi?

NABI
Nggak masuk akal. Nggak masuk akal

NABI
Waska? Orang macam itu?

GUSTAV
Orang katamu? Dia lebih dari orang

RANGGONG
Orang katamu? Dia raja. Dia pembesar. Dia pembela. Dia penghibur. Dia juga adalah sebuah kendi air di suatu jalanan lengang di suatu desa yang tandus. Dan Tuhan  pun tahu tangis kami adalah ucapan spontan terima kasih kami

NABI
Saudaraku,

RANGGONG
Pandanganmu ingin mengatakan bahwa Waska adalah tokoh jahat dan karenanya tidak patut ditangisi. Tuhan, apakah benar saya nggak boleh menangisi orang yang telah membantu banyak orang itu?

NABI
Tetapi…

BOROK
Nggak pakai tetapi! Kalau kalian merasa ganjil atau merasa tidak terlibat dalam peristiwa ini, lebih baik duduk saja menonton. Gustav!

GUSTAV
Saya, Borok

BOROK
Jamu mereka dan layani

GUSTAV
Akan saya layani, Borok

NABI
Kami tidak minum-minum minuman keras

BOROK
Saya tahu. Duduk saja. Kalian akan disuguhi wedang jahe dan bandrek

NABI-NABI DUDUK MENONTON DAN KALAU MAU BOLEH SAJA DUDUK DI KURSI-KURSI PENONTON

GUSTAV
Teman-teman, marilah kita teruskan tangis kita

SEMUA
Mari!

KEMBALI SEMUA MENANGIS DAN SENIMAN MENGGESEK BIOLA. LALU SEORANG TUKANG SEKOTENG LEWAT

SEKOTENG
Ada apa, Buang?

BUANG
Waska sakit

SEKOTENG
Pak Waska, maksudmu?

BUANG
Ya, pak Waska

LALU MENANGISLAH PAK SEKOTENG SETELAH MENELANTARKAN SEKOTENGNYA

SATU
Nggak nengok dulu di gerbong?

SEKOTENG
Nggak usah. Cukup. Cukup. Saya bisa membayangkan

ANAK KECIL MUNCUL

BUANG
Mau kemana?

ANAK KECIL
Ya, ada apa? Ada apa? Kok orang-orang tua nangis?

BUANG
Waska sakit

ANAK KECIL
Babe maksud lu!?

BUANG
Ho-oh

ANAK KECIL
Ah, masak! Tadi gua masih beliin dia rokok

SATU
Masak! Naiklah ke gerbong dan tengok lagi ngapain dia

LALU ANAK KECIL ITU NAIK MASUK KE DALAM GERBONG. SEBENTAR KEMUDIAN IA MUNCUL LAGI SEPERTI YANG KENA SIMA

SATU
Diberi tahu mendebat. Anak sialan

BUANG
Kenapa kamu?

ANAK KECIL
Kok wajahnya jadi kecil!?

BUANG
Karena dia sakit

DAN MENANGISLAH ANAK KECIL ITU. DAN MUNCUL TUKANG JAMU DIIKUTI GADIS PENJAJA KUE

SI JAMU
Ada apa? Kok nangis semua?

BUANG
Waska sakit

SI JAMU
Pakde?

SI KUE
Aki?

BUANG MENGANGGUK

SI JAMU (Menangis bersama-sama)
Aduh….

DAN TANGIS  PUN SEMAKIN RAMAI BAGAIKAN KONKURS

DEBLENG (Berseru)
Sebentar, teman-teman, sebentar. Marilah kita berhenti menangis sebentar
(Semua berhenti menangis, seniman memetik-metik senar biolanya)
Ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan dulu sebelum kita menangis atau apa


SEMUA TERSEGUK

0 komentar

Posting Komentar