Rabu, 14 Desember 2016

Naskah Drama Orkes Madun 2 Bagian 5

BAGIAN KEDUA

MUSIK PELAN

RANGGONG (Berseru)
Kumpul!!!

BOROK
Modar! Modar!

RANGGONG
Kumpul!!!

BOROK
Modar! Modar!

DEBLENG
Kumpul!!!

BUANG
Kumpul!!!

NABI
Ada apa Semar!?

SEMAR
Dalam adegan ini pengarang bermaksud ingin melukiskan rapat kerja para penjahat

NABI
Kok kayak rapat raksasa?

SEMAR
Memang. Rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan serupa ini bisaanya hanya terjadi di kalangan kaum agama atau pergerakan politik, tapi Waska berpendapat pada abad ini sudah saatnya kaum penjahat harus berani tampil dalam berbagai bentuk pertemuan dan berbagai mimbar, bahkan dalam diskusi-diskusi, seminar-seminar, rapat-rapat tertutup dan terbuka. Bentuk-bentuk pertemuan yang sifatnya tertutup dan penuh rahasia, seperti yang dikisahkan buku-buku sejarah atau pun novel-novel criminal, menurut jalan pikiran Waska, harus dianggap bentuk yang tidak lagi pantas, mengingat gerombolan penjahat sama sekali bukanlah kaum minoritas di bumi ini. Bahkan lebih jauh Waska sampai pada kesimpulan bahwa bumi ini justru milik mereka.
Dan perlu dicatat, begitu kata Waska dalam salah satu wawancaranya dengan wartawan. Bahwa pendapatnya ini serta pandangan-pandangan cukup ilmiah, setidak-tidaknya didukung oleh data-data

NABI
Tapi Waska, apakah kamu tidak menyadari sebenarnya kamu dan kawan-kawanmu sedang diliputi oleh suatu sikap putus asa yang sangat gelap mengerikan?

WASKA
Nabi, ketahuilah, kami sudah melewati tahap itu. Kami sudah jauh dari sikap serta keadaan itu. Kami telah menyebrangi samudera luas keputus asaan dan sampai di suatu pulau seberang harapan yang masih belantara, masih lebat dengan hutan buah larangan, yang setiap abatangnya dari berjuta pohonan melilit seekor ular purba.

Dan di pulau itu adalah sebuah bukit terjal. Dan bukit terjal itu adalah gua-gua yang di dindingnya adalah tembaga. Dan di tempat yang hanya berbau karat besi itu, kami telah bertemu dengan Dajjal

NABI
Tuhanku!

DAJJAL MERAUNG-RAUNG

WASKA
Berhenti kamu meraung-raung, Dajjal! Cengeng kamu!
(kemudian seseorang memberikan minuman kepada Dajjal)
seperti kamu baca dalam kitab-kitab, ia terus meraung-raun, dan setiap ia meraung telah menyebabkan gempa di salah satu belahan bumi. Dan sebaliknya, setiap kali tiba saat adzan diperdengarkan, belenggunya semakin tebal dan tebal sehingga pada suatu kali, pernah ia sama sekali terbalut belenggu, bahkan ia telah menjelma jadi belenggu itu sendiri.

Kami telah berusaha melepaskan belenggunya, tapi sia-sia, maka aku pinjam sana sebelah matanya yang kiri

MUSIK

NABI
Tapi Semar, apakah mereka sadar, bahwa pulau yang disebut Waska itu sangat jauh terpencil dan sama sekali tidak akan memberikan apa yang mereka harapkan?

SEBENTAR, SEMAR MENYALAKAN ROKOKNYA

SEMAR
Kalau harapan mereka adalah harapan seperti yang saya bayangkan, barangkali ya. Tapi persoalannya jauh dari sederhana, yaitu saya tidak tahu sama sekali, apa yang mereka harapkan. Dan lagi apa kata Waska mengenai hal itu?

WASKA
Aku pernah mengharap, tapi aku tidak pernah mendapat. Aku pernah memilih, tapi aku ditolak, selalu ditolak. Kemiskinan telah menodongku, kelaparan telah menodongku dan aku tak rela dicincang oleh kemiskinan dan kelaparan, maka kutodonglah kekayaan dan makanan

MUSIK PELAN.
SEBENTAR WASKA MERENUNGI KEMBALI KALIMAT-KALIMATNYA SENDIRI

SEMAR
Waska memang keras kepala

NABI
Betul-betul putra Nuh. Saya ahrap saja pada akhir sandiwara ini, ia akan mendapat karunia cahaya

SEMAR
Saya sendiri juga mengharapkan itu, tapi sayangnya, seperti juga pengarang sendiri, kita hampir tidak pernah bisa mneduga akhir kisah seseorang. Benih peristiwa selalu luput dari tangan kita

NABI
Nah, pendapatmu bagaimana, Seniman?

SENIMAN
Aku hanya berurusan dalam lakon Waska, tapi tidak dalam diskusi kalian. Tapi kalau boleh berkata, aku hanya mau mengatakan bahwa kau tidak  punya urusan dengan semua itu. Urusanku adalah nasib irama, melodi, harmoni dan warna bunyi. Terus terang belakangan ini kemurnian elemen-elemen ini ditunggangi secara kurang ajar dan tidak senonoh

DEBLENG
Kumpul!!!

BOROK
Modar! Modar!

JAPAR
Gak bisa prei modar-modarnya!?

BOROK
Gua ledakin! Gua ledakin!

RANGGONG
Jangan sekarang, Borok

BOROK
Modar! Modar!

JAPAR
Apa yang maudiledakan?

RANGGONG
Dunia

JAPAR
Memangnya petasan?

DEBLENG
Kumpul!!!

BUANG
Saudara-saudaraku, segeralah berkumpul di alun-alun, maksud saya di kompleks kuburan berbagai bangsa dan agama. Di atas tanah yang di dalamnya berisi leluhur kita itu. Waska pemimpin jempolan kita akan membagi-bagikan impian spektakuler dan kolosalnya dari ketentraman jiwa kita. Kumpul saudara-saudara, kumpul. Hidangan supaya bawa sendiri masing-masing. Bagi mereka yang tidak sempat mencuri makanan karena kesiangan dianjurkan supaya merampas saja. Jangan sekalisekali mengemis. Mengemis itu haram. Kumpul saudara, kumpul leluhur kita, baik yang dibawah tanah mau pun di atas tanah yang telah menanti dengan setumpukan novelnya yang terbaru

DEBLENG
Kumpul! Kumpul! Penjelasan sudah cukup, saya tidak perlu lagi menjelaskan. Kumpul!

MAKA ORANG-ORANG  PUN BERDATANGAN DARI BERBAGAI PENJURU
JUMLAH MEREKA MELEBIHI JUMLAH PENONTON

SEMAR
Permisi sebentar, tuanku. Kami akan memainkan adegan musyawarah itu

NABI
Sebagai pemain, apalagi sutradara, sebenarnya kamu bisa mengarahkan lakon ini, Semar

SEMAR
Maaf, apa Tuanku kira diri saya milik diri saya semata-mata?

NABI
Tentu saja tidak

SEMAR
Kalau begitu kita sependapat. Dan lebih dari itu saya hampir mutlak percaya, bahwa tidak seorang  pun di dunia ini, baik yang dibawah mau pun di atas tanah, di balik langit, yang mutlak milik dirinya semata-mata. Kalau ada orang merasa dirinya adalah mutlak milik dirinya semata, pastilah orang itu sedang menyadari kedudukannya, yang ternyata tidak seperti yang diucapkan mulutnya

ANAK KECIL
Oom Semar, cepat dong. Sandiwara diskusi melulu, ntar nggak habis-habis

SEMAR
Permisi, Tuanku

NABI
Kau semakin tua, badutku

SEMAR
Kita semakin tua dan semakin muda sekaligus nabiku

KE DALAM

NABI
Ya, badutku. Kesabaran inilah yang menyenangkan

SEMAR
Yang memelihara dan mengasuh ruh serta semangat kita

NABI
Dua ribu tahun yang lalu, kamu mengucapkan kalimat itu untuk pertama kalinya, ketika kita bertemu untuk kedua kalinya di – di saya kira di suatu fyord dengan ombak-ombaknya yang gemulung

SEMAR
Fi Finlandia, Tuanku. Finlandia

NABI
Ya, ya. Finlandia. Dua ribu tahu yang lalu. Sayang sulingmu hilang

SEMAR
Tapi saya masih menyimpan bunyinya, Tuanku

ANAK KECIL
Oom Semar, cepetan dong

SEMAR
Cerewet. Permisi Tuanku – emangnya penonton saja yang boleh mengaso dan ngobrol?

ANAK KECIL
Oom sendiri yang bilang ‘penonton adalah raja’

SEMAR
Nggak ada raja. Yang ada penonton dan pemain atau sebaliknya. Nah, ayo kamu mulai, mulai!


MUSIK KERAS. LALU MULAILAH PERTEMUAN BESAR ITU. PERSIS KAYAK RAPAT RAKSASA

TUKANG PIJAT
Nggak dipijat dulu, bapak?

WASKA
Kamu kira aku kumpulin orang-orang ini hanya untuk nonton aku pijatan? Lagi siapa yang mengatakan aku sakit? Siapa? (Batuk-batuk, hebat sekali) aku tidak sakit! Aku tidak sakit! Aku sehat wal afiat! (Meludah) Batuk sialan!
(rang-orang mau menolong)
jangan pedulikan aku. Aku pasti sembuh. Bagaimana, tidak ada yang absent?

RANGGONG
Semuanya lengkap hadir, Waska

DEBLENG
Priok, daerah kota, Cengkareng, Grogol dan sekitanya semua lengkap dengan perbekalannya

JAPAR
Halim, Cawang, Jatinegara, Cakung, Pondok Bambu, Kelapa Gading dan sekitarnya semua lengkap hadir

BUANG
Dari Krawang, Tangerang, Jatinegara, Jatibarang dan beberapa daerah juga mengirimkan utusan, bapak

WASKA
Bukitduri?

JAPAR
Datang

SENIMAN
Aku juga hadir, Waska!

WASKA
Setan lu Jonathan. Kemana saja kamu? Lama sekali kamu hilang

SENIMAN
Mengembara seperti bisaanya, seperti sejak dahulu kala. New York, Paris, London, Moskow, semua kota, semua perempuan, semua lorong, semua museum, semua auditorium, semua, semua

WASKA
Anak-anakkuu, perkenalkanlah sahabatku, Jonathan, seniman. Ia adalah seniman abad ini. Ia adalah universalis. Semua kota telah dihirupnya dan sebaliknya kota-kota itu juga telah menghirup ciptaan-ciptaan seninya yang memang lezat. Sebagai tanda seorang universalis ia telah memasang hampir semua lambing berbagai Negara pada jaketnya yang berlabel Levi’s, meski pun buatan pulogadung. Silakan duduk, sahabatku

SENIMAN
Terima kasih

WASKA
Berbeda dengan seniman zaman dahulu kala, yan bisaanya hidup di kalangan para pengeran dan bangsawan serta rja-raja, maka Jonathan telah memilik gerombolan kita sebagai lingkungannya serta sumber-sumber ciptaannya. Tepuk tangan untuk Jonathan, anak-anakku

MAKA SEMUA ORANG  PUN BERTEPUK

SENIMAN
Thank you

WASKA
Daftar hadir sudah selesai di paraf?

DEBLENG
Sudah, Waska

BUANG
Sudah

JAPAR
Sudah

RANGGONG
Kita boleh mulai, Waska

WASKA
Aku akan memulai uraian panjang dalam pertemuan besar ini dengan suatu kebenaran. Dan kebenaran itu berbunyi bahwa ‘Lihatlah, kami yang terdiri dari berbagai agama, keyakinan, kepercayaan, suku, daerah telah dikumpulkan dan disatukan oleh ikatan nasib yang kuat dan tekad semangat yang kuat!” ya, anak-anakku, kita telah disatukan oleh kesamaan nasib dan entah oleh apa yang disebut kebajikan atau agama, apalagi kebenaran. Atau dengan kata lain, kita telah dipersatukan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar kita sebagai insan


MUSIK. SESEORANG BERBISIK PADA BUANG, LALU BUANG PADA DEBLENG, LALU DEBLENG PADA GUSTAV, LALU GUSTAV PADA BOROK, LALU BOROK PADA RANGGONG. DAN SEMENTARA ITU JAPAR CURIGA SERTA KUATIR, TAPI KEMUDIAN IA BERUSAHA MENUTUP SIKAPNYA ITU DENGAN SIKAP TENANG YANG BOLEH DIKATAKAN BERLEBIHAN. LALU SEMUA ORANG MEMUSATKAN PANDANGANNYA ATAS DIRI JAPAR. UNTUK BEBERAPA SAAT JAPAR MASIH MAMPU BERSIKAP TENANG, TAPI LAMA-LAMA PANDANGAN MATA ITU SEDEMIKIAN RUPA DAN IA  PUN TIDAK TAHAN.

0 komentar

Posting Komentar