SEMAR
Tangismu terlalu dalam, bagaikan
cintamu kepadanya. Jangan, Oni, jangan dalem-dalem nanti kelep. Banyak sekali
kisah cinta yang dimulai dengan adegan-adegan yang mengisyaratkan lakon-lakon
tragedy ala Yunani tapi ternyata Cuma lakon-lakon melodrama picisan saja. Di
dalam lakon-lakon konyol itu hampir-hampir tidak ada psikologi dan kalau
pengarangnya mencoba-coba berfilsafat pasti ngawur belingsatan mantiknya
ONI
Biarin, Semar. Biarin. Apalah
warna dan jenis cintaku, apalah penilaian orang atas kadar cintaku, aku tak
peduli. Aku hanya peduli apabila cintaku tetap bernama cinta yang kadang-kadang
cengeng…. Sandek….
SEMAR
Ya terserah….
ONI
Kok Sandek gak bangun-bangun juga,
Semar. Sudah empat puluh hari saya menangis
TIBA-TIBA MUNCUL IBU SANDEK YANG
SELALU MENYALA MATANYA ITU
IBU SANDEK
Kalau ia betul-betul mati dan
tidak bangun-bangun lagi, saya akan cincang-cincang badannya, akan saya
gecek-gecek batok kepalanya. Akan saya iris-iris kedua lengannya! Pemuda
cengeng! Gampang sekali mati. Mana lautmu, Sandek. Lautmu!?
SAMBIL MERAUNG, SANDEK BANGKIT.
YANG LAIN-LAIN JUGA BANGKIT
SANDEK
Laut! Laut!
WASKA
Langit! Langit!
KEDUANYA SAMA-SAMA MERAUNG
SANDEK
Kami adalah anak laut
KOOR
Yang kehilangan laut!
SANDEK
Kami anak sawah
KOOR
Yang kehilangan sawah!
SANDEK
Di laut mereka perompak, di darat
mereka perampok. Sekarang bangkit!
KOOR
Hura!!!
SANDEK
Kita rompak perompak!
KOOR
Hura!!!
SANDEK
Kita rampok perampok!
KOOR
Hura!!!
SANDEK
Kita rebut kembali apa yang mereka
rebut! Meja makan mereka kelewat besar ukurannya. Piring-piring mereka terlalu
banyak jenisnya. Sendok-sendok mereka terlalu banyak jumlahnya. Lambung mereka
gudang penimbunan makanan dan kuburan missal saudar-saudara kita yang miskin!
DARKA
Sandek! Jaga mulutmu, kecuali
kalau kamu penegin diterkan mulutmu sendiri. Dlam taktik politik….
SANDEK
Aku sedang tidak berpolitik, aku
sedang marah!
IBU SANDEK
Oni, mataharimu terbit lagi.
Lautmu menggelora lagi!
ONI
Sandek, hutanku yang terbakar!
WASKA (Meraung)
Sandek!!
SANDEK (Meraung)
Bapak!!!
WASKA
Mau kemana anak sombong!? Petantang-petenteng
seperti kamu saja yang punya dunia!
SANDEK
Memang saya yang punya dunia.
Sandek!
ONI
Dan Oni!
WASKA
Dan kamu yang merasa sebagai
pemilik dunia sekarang, sesumbar dengan kata-kata besar! Cuah! Apa yang akan
kamu lakukan?
KOOR
Merompak apa yang mereka rompak!
Merampok apa yang mereka rampok!
WASKA
Cuah! Kuno!
SANDEK
Bapak yang kuno! Tua!
WASKA
Anak sundel!
SANDEK
Memang saya anak sundel yang
dibesarkan sundel dan bapa adalah tokoh gagal yang dipelihara oleh suatu sistem
yang gagal sejak pangkalnya!
WASKA
Dengar dulu, mulut besar! Kamu
lihat luka-luka di punggungku!? Di sepanjang ususku dan lambungku!
SANDEK
Lebih dari itu! Aku juga punya
luka yang sama seperti itu di ulu hatiku, menghujam dalam menembus sampai
menyentuh ruh alam semestaku! Lukaku luka badan dan luka jiwa! Luka bapa luka
kere yang kehilangan harga!
WASKA
Nilai sejarahmu pasti merah di
raport sehingga bisa seenaknya saja ngomong seperti orang yang sedang mengigau
SANDEK
Nilais ejarah saya sama dengan
nilai ilmu bumi saya. Delapan!
WASKA
Tapi kamu tidak tamat SMP, kan?
SANDEK
Ya, karena sebagai sundel, ibu
sudah keburu tua sehingga uang tidak cukup. Tapi jangan lupa saya lalu belajar
sendiri dari film-film, buku-buku komik, Koran-koran, majalah-majalah,
nelayan-nelayan tua, kelasi-kelasi yang suka mabuk, supir-supir, hansip-hansip,
kuli-kuli, penganggur-penganggur, kenek-kenek montir, tukang-tukang kayu,
tukang-tukang las dan…
Pokoknya dari semua orang. Saya
juga belajar silat. Dan, bapa, ini yang paling penting dicatat; saya mengaji
pada seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren di tengah sebuah hutan gaib.
Jadi jelas sekarang, pak, kalau mau formil-formilan saya ini seorang Ph.D dalam
pengertian yang murni
WASKA
Cara kamu ngomong memang cocok
dengan kemetahanmu. Tapi baiklah, kalau memang demikian luas pengetahuan kamu
tentunya kamu dapat membaca secara baik biografi bapakmu
SANDEK
Membaca biografi adalah salah satu
hobi saya yang paling menyita waktu. Dan menurut saya biografi bapa termasuk
salah satu buku yang paling menarik. Saya telah membacanya lebih dari tiga kali
WASKA
Dan kamu juga tahu bahwa saya
masih hidup?
SANDEK
Semua pembaca tahu. Bahkan saya
juga tahu bahwa bapa saat sekarang sedang mengarungi angkasa luar mencari
istirah karena bosan hidup, karena proses menua dalam diri bapa telah
dimacetkan oleh penemuan ilmu satu abad yang lalu
WASKA
Lalu kesimpulan apa yang bisa kamu
tarik sekarang?
SANDEK
Bapak adalah tokoh gagal. Bapak
adalah boneka zaman!
WASKA
Salah, Sandek. Seharusnya kamu
sampai pada kesimpulan ini. Waska belum tamat riwayatnya. Belum selesai. Masih
satu dua jilid lagi biografinya
KOOR
Waska
WASKA
Saya belum menjadi tokoh mati dan
tidak akan menjadi tokoh mati!
SANDEK
Tapi paling tidak, bapak adalah
tokoh tua
WASKA
Otot dan otakku tidak pernah tua.
Jangan lupa itu. Mau coba?
LALU MEREKA PANCO. MEREKA SAMA
KUAT
WASKA
Anak-anakku
KOOR
Ya, bapa
WASKA
Urungkan rencana kalian.
Perampokan hanya akan diikuti oleh perampokan yang lain dan hanya akan
membuahkan kegelisahan
SATU DEMU SATU MEREKA MENINGGALKAN
WASKA, RANGGONG DAN BOROK LAHAK LOHOK. SANDEK KERAS SEKALI LAKSANA SEBONGKAH
BATU!
WASKA
Anak-anakku….
(Tak ada sahutan)
Anak-anakku….
(Tak ada sahutan)
RANGGONG
Bapa
BOROK
Bapa
WASKA
Mereka tidak mau dengar kita,
Ranggong. Mereka melupakan kita
RANGGONG
Komunikasi kita putus sama sekali,
bapa
BOROK
Bapa
RANGGONG
Sama sekali tidak ada sinyal.
Tidak ada juga dalam bentuk suara, tidak juga dalam bentuk cahaya, bapa
WASKA
Kita sedang memasuki lapisan
hening
BOROK
Bapa
RANGGONG
Bapa
WASKA
Saya ingin sekali membantu mereka
RANGGONG
Tapi, kita tidak boleh berhenti,
bapa. Paling tidak kita harus mencapai Saturnus dan istirahat sebentar di sana
WASKA
Saya harap mereka selamat
BERTIGA
Berlapis-lapis awan
Kita tembus
Berlapis-lapis
Tak habis-habis
PAUSE
SANDEK
Eli, Eli lama sabakthani!
PAUSE
SUARA IBU ONI (Histeris)
Oni! Oni!
SANDEK
Ibumu, Oni
ABEP
Oni! Oni!
JOHAN
Ada apa? Ada apa?
ABEP
Ibumu kumat lagi, Oni! Dia
betul-betul ngamuk! Semua tetangga sedang mencoba membelenggunya
ONI
Ibu!
SANDEK
Oni!
IBU SANDEK
Sandek!
BERSAMA ABEP DAN JOHAN MEREKA
PERGI. DAN KETIKA YANG LAIN-LAIN MAU PERGI JUGA
DARKA
Sebentar! Jangan dulu bubar!
(Orang-orang mengerumuni Darka)
Camkan nasihat saya. Jangan
sekali-kali terpengaruh tempramen Sandek. Dia terlalu emosionil. Kita semua
bisa celaka oleh grasa-grusunya. Dan di atas semuanya adalah kepercayaan kalian
atas diri saya. Percayalah. Saya akan memperjuangkan nasib saudara-saudara.
Saya adalah saudara-saudara. Saudara-saudara adalah saya. Saya akan mencoba
menemui tuan-tuan dan bapak-bapak majikan. Percaya, saudara-saudara?
SEMUA
Percaya
DARKA
Besok kita bicara lagi
LALU MEREKA BUBAR. PENTAS KOSONG
SEBENTAR. LALU MUNCUL DARKA. IA MENYALAKAN ROKOK. IA MELEMPARKAN ROKOK ITU DAN
LALU MENGAUM SAMBIL PERGI
SEMAR
Sandiwara baru mulai, para
penonton. Sebentar.
MUNCUL PADUKA CS
SEMAR
Selamat malam, Tuan
PADUKA
Malam
DAN SEMAR MENGUCAPKAN SELAMAT PADA
SEMUANYA SATU-SATU. LALU MEREKA PERGI
SEMAR
Jangan keliaru, penonton. Mereka
memang tetap mereka. Ya, tongkrongannya, ya gayanya. Tapi pabrik-pabrik mereka
gonta-ganti. Maklum, mereka itu orang-orang pinter dalam bidangnya. Dagang
adalah keseniannya dan tentu saja keuntungan yang sebesar-besarnya adalah
tujuan utama mereka. Lalu kenapakah pabrik mereka gampang pailit? Coba terka!
Sebab – ini gampang sekali – titik titik titik. Ngerti kan? Nah, sekarang
mereka telah patungan lagi dan mendirikan pabrik yang baru
TIBA-TIBA MUNCUL ONI YANG KAYAK
KESURUPAN MEMBAWA/ MENGACUNG-CAUNGKAN SEBILAH GOLOK. LANGSUNG IA MAU MEMBACOK
SEMAR YANG SEGERA SAJA MENYELAMATKAN DIRI. ONI, SANDEK, IBU SANDEK DAN
ORANG-ORANG LAIN BERUSAHA MENGEPUNYA TAPI TIDAK SEORANG PUN BERANI
MENDEKATINYA. IBU ONI BETUL-BETUL KALAP. IA BACOK SIAPA SAJA YANG MENDEKATINYA
IBU ONI
Mampus kowe! Mampus kowe!
SEMAR (Yang terus ngelak dan lari)
Tolong! Tolong saya, Sutradara!
IBU ONI
Tidak peduli! Saya bacok semuanya!
Mana itu babah centong? Mana itu tuan Barak? Mana itu juragan Toha? Mana itu
bapak Sarwono? Mana itu tuan Prakash? Mana itu tuan-tuan dan bapak-bapak?
ONI
Ibu! Ibu! Eling ibu! Sadar, Ibu!
IBU ONI
Kamu yang harus sadar! Saya ini
waras! Tahu!? Yang tidak waras itu tuan-tuan dan bapak-bapak! Ayo, mana mereka?
Saya bacok-bacok semuanya! Minggi semua!
SEMUA ORANG MEMBUJUKNYA. ONI TAK
HABIS-HABIS MENANGIS
SANDEK
Bu, biar Sandek yang membacok
mereka. Sekarang berikan golok itu
IBU ONI
Mau nipu ya? Kamu juga pasti
cecunguk tuan-tuan dan bapak-bapak itu!
SANDEK
Ini Sandek, bu. Sandek
IBU ONI
Pasti kamu bagian personalia! Cecunguk
bosen tahu? Bosen! Saya ini nyi haji Mardiyah dan kebon itu kebon saya! Mana
coba jalannya? Saya bukan transistor!
SANDEK
Ibu
IBU SANDEK
Hei, Nyi, mau kemana?
IBU ONI
Biar dibangun dengan beton, pabrik
itu pasti hancur saya bakar! Mana jalannya! Kasih jalan atau saya bacok
semuanya!
LALU AKHIRNYA DENGAN MENGGUNAKAN
TALI, ORANG-ORANG BERHASIL JUGA MEMBELENGGU PEREMPUAN TUA KESURUPAN ITU. ONI
MEMELUK DAN MENANGISINYA.
SEMENTARA ITU
BIGAYAH
Din!
UDIN
Ya, mpok?
BIGAYAH
Cepetan panggil dukun! Ei, Suhud
UDIN SEGERA LARI. TAK DINYANA
TIBA-TIBA IBU ONI MENANGIS KAYAK ANAK KECIL
IBU ONI
Minta beras kencur. Minta beras
kencur. Minta bajigur. Minta wedang jahe. Mana wedang jahe
ONI
Istirahat, bu
IBU ONI
Minta burung bangau. Minta burung
bangau. Minta burung gereja. Minta burung gereja. Minta kelelawar. Minta
kelelawar. Minta capung. Minta capung. Minta jangkrik. Minta jangkrik
ONI
Nyebut, bu….
IBU ONI
Haus! Haus!
IBU SANDEK (Kepada seseorang)
Cepat ambilkan air putih
(Seseorang pergi)
Oni, sebaiknya kamu yang
istirahat. Sudah malam sekali. Tidurlah. Ibumu tidak apa-apa
KI SUHUD
Assalamu’alaikum
SEMUA MENYAHUT DAN MEMBERIKAN
RUANG KEPADA DUKUN TUA BERKACAMATA ITU. IBU ONI BERONTAK LAGI MINTA LEPAS
IBU ONI
Pergi! Pergi! Saya bacok ntar!
Pergi nggak? (Meludahi)
KI SUHUD
Kamu yang pergi! Sono! Ayo pergi!
Lu, yang gua bacok! (meludahi)
ONI
Bu!
IBU SANDEK
Tidak apa-apa. Kamu diam saja
IBU ONI
Nantangin, lu ya!? Nih, Cimande!
Cikalong, Silat Bugis, Silat Padang, Silat Madura, Silat Cirebon kumpul jadi
satu di sini. Maju! Gua sate idung lu!
(Ki suhud memejamkan matanya)
Jangan merem-merem ayam.
Pura-pura! Cecunguk siapa lu? Ee, lu mau karate? Atawa Judo? Atawa boxen? Atawa
gulat gaya Romawi? Atawa anggar? Boleh! Boleh! Beli helm dulu sono! Setan sektbor
lu ya!
(Sandek muncul. lalu memberikan
minum kepada ibu oni yang memang rupanya sangat kehausan)
Sini minumannya, Cep. Cepetan
(Ibu Oni memuntahkan minuman itu.
ki suhud masih memejamkan matanya)
Bau bensin! Bau solar! Bau
pelumas! Cuah! Cuah! Mau ngeracun ya? (Lalu nangis histeris) Tulung!
Tulung! Gua mau diracun! Engkong! Buyut! Moyang! Tulung! Tulung! Yai! Yai! Gua mau
diracun
0 komentar
Posting Komentar