Jumat, 16 Desember 2016

Naskah Drama Orkes Madun 3 Bagian 6

SEMAR
Tangismu terlalu dalam, bagaikan cintamu kepadanya. Jangan, Oni, jangan dalem-dalem nanti kelep. Banyak sekali kisah cinta yang dimulai dengan adegan-adegan yang mengisyaratkan lakon-lakon tragedy ala Yunani tapi ternyata Cuma lakon-lakon melodrama picisan saja. Di dalam lakon-lakon konyol itu hampir-hampir tidak ada psikologi dan kalau pengarangnya mencoba-coba berfilsafat pasti ngawur belingsatan mantiknya

ONI
Biarin, Semar. Biarin. Apalah warna dan jenis cintaku, apalah penilaian orang atas kadar cintaku, aku tak peduli. Aku hanya peduli apabila cintaku tetap bernama cinta yang kadang-kadang cengeng…. Sandek….

SEMAR
Ya terserah….

ONI
Kok Sandek gak bangun-bangun juga, Semar. Sudah empat puluh hari saya menangis

TIBA-TIBA MUNCUL IBU SANDEK YANG SELALU MENYALA MATANYA ITU

IBU SANDEK
Kalau ia betul-betul mati dan tidak bangun-bangun lagi, saya akan cincang-cincang badannya, akan saya gecek-gecek batok kepalanya. Akan saya iris-iris kedua lengannya! Pemuda cengeng! Gampang sekali mati. Mana lautmu, Sandek. Lautmu!?

SAMBIL MERAUNG, SANDEK BANGKIT. YANG LAIN-LAIN JUGA BANGKIT

SANDEK
Laut! Laut!

WASKA
Langit! Langit!

KEDUANYA SAMA-SAMA MERAUNG

SANDEK
Kami adalah anak laut

KOOR
Yang kehilangan laut!

SANDEK
Kami anak sawah

KOOR
Yang kehilangan sawah!

SANDEK
Di laut mereka perompak, di darat mereka perampok. Sekarang bangkit!

KOOR
Hura!!!

SANDEK
Kita rompak perompak!

KOOR
Hura!!!

SANDEK
Kita rampok perampok!

KOOR
Hura!!!

SANDEK
Kita rebut kembali apa yang mereka rebut! Meja makan mereka kelewat besar ukurannya. Piring-piring mereka terlalu banyak jenisnya. Sendok-sendok mereka terlalu banyak jumlahnya. Lambung mereka gudang penimbunan makanan dan kuburan missal saudar-saudara kita yang miskin!

DARKA
Sandek! Jaga mulutmu, kecuali kalau kamu penegin diterkan mulutmu sendiri. Dlam taktik politik….

SANDEK
Aku sedang tidak berpolitik, aku sedang marah!

IBU SANDEK
Oni, mataharimu terbit lagi. Lautmu menggelora lagi!

ONI
Sandek, hutanku yang terbakar!

WASKA (Meraung)
Sandek!!

SANDEK (Meraung)
Bapak!!!

WASKA
Mau kemana anak sombong!? Petantang-petenteng seperti kamu saja yang punya dunia!

SANDEK
Memang saya yang punya dunia. Sandek!

ONI
Dan Oni!

WASKA
Dan kamu yang merasa sebagai pemilik dunia sekarang, sesumbar dengan kata-kata besar! Cuah! Apa yang akan kamu lakukan?

KOOR
Merompak apa yang mereka rompak!
Merampok apa yang mereka rampok!

WASKA
Cuah! Kuno!

SANDEK
Bapak yang kuno! Tua!

WASKA
Anak sundel!

SANDEK
Memang saya anak sundel yang dibesarkan sundel dan bapa adalah tokoh gagal yang dipelihara oleh suatu sistem yang gagal sejak pangkalnya!

WASKA
Dengar dulu, mulut besar! Kamu lihat luka-luka di punggungku!? Di sepanjang ususku dan lambungku!

SANDEK
Lebih dari itu! Aku juga punya luka yang sama seperti itu di ulu hatiku, menghujam dalam menembus sampai menyentuh ruh alam semestaku! Lukaku luka badan dan luka jiwa! Luka bapa luka kere yang kehilangan harga!

WASKA
Nilai sejarahmu pasti merah di raport sehingga bisa seenaknya saja ngomong seperti orang yang sedang mengigau

SANDEK
Nilais ejarah saya sama dengan nilai ilmu bumi saya. Delapan!

WASKA
Tapi kamu tidak tamat SMP, kan?

SANDEK
Ya, karena sebagai sundel, ibu sudah keburu tua sehingga uang tidak cukup. Tapi jangan lupa saya lalu belajar sendiri dari film-film, buku-buku komik, Koran-koran, majalah-majalah, nelayan-nelayan tua, kelasi-kelasi yang suka mabuk, supir-supir, hansip-hansip, kuli-kuli, penganggur-penganggur, kenek-kenek montir, tukang-tukang kayu, tukang-tukang las dan…

Pokoknya dari semua orang. Saya juga belajar silat. Dan, bapa, ini yang paling penting dicatat; saya mengaji pada seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren di tengah sebuah hutan gaib. Jadi jelas sekarang, pak, kalau mau formil-formilan saya ini seorang Ph.D dalam pengertian yang murni

WASKA
Cara kamu ngomong memang cocok dengan kemetahanmu. Tapi baiklah, kalau memang demikian luas pengetahuan kamu tentunya kamu dapat membaca secara baik biografi bapakmu

SANDEK
Membaca biografi adalah salah satu hobi saya yang paling menyita waktu. Dan menurut saya biografi bapa termasuk salah satu buku yang paling menarik. Saya telah membacanya lebih dari tiga kali

WASKA
Dan kamu juga tahu bahwa saya masih hidup?

SANDEK
Semua pembaca tahu. Bahkan saya juga tahu bahwa bapa saat sekarang sedang mengarungi angkasa luar mencari istirah karena bosan hidup, karena proses menua dalam diri bapa telah dimacetkan oleh penemuan ilmu satu abad yang lalu

WASKA
Lalu kesimpulan apa yang bisa kamu tarik sekarang?

SANDEK
Bapak adalah tokoh gagal. Bapak adalah boneka zaman!

WASKA
Salah, Sandek. Seharusnya kamu sampai pada kesimpulan ini. Waska belum tamat riwayatnya. Belum selesai. Masih satu dua jilid lagi biografinya

KOOR
Waska

WASKA
Saya belum menjadi tokoh mati dan tidak akan menjadi tokoh mati!

SANDEK
Tapi paling tidak, bapak adalah tokoh tua

WASKA
Otot dan otakku tidak pernah tua. Jangan lupa itu. Mau coba?

LALU MEREKA PANCO. MEREKA SAMA KUAT

WASKA
Anak-anakku

KOOR
Ya, bapa

WASKA
Urungkan rencana kalian. Perampokan hanya akan diikuti oleh perampokan yang lain dan hanya akan membuahkan kegelisahan

SATU DEMU SATU MEREKA MENINGGALKAN WASKA, RANGGONG DAN BOROK LAHAK LOHOK. SANDEK KERAS SEKALI LAKSANA SEBONGKAH BATU!

WASKA
Anak-anakku….
(Tak ada sahutan)
Anak-anakku….
(Tak ada sahutan)

RANGGONG
Bapa

BOROK
Bapa

WASKA
Mereka tidak mau dengar kita, Ranggong. Mereka melupakan kita

RANGGONG
Komunikasi kita putus sama sekali, bapa

BOROK
Bapa

RANGGONG
Sama sekali tidak ada sinyal. Tidak ada juga dalam bentuk suara, tidak juga dalam bentuk cahaya, bapa

WASKA
Kita sedang memasuki lapisan hening

BOROK
Bapa

RANGGONG
Bapa

WASKA
Saya ingin sekali membantu mereka

RANGGONG
Tapi, kita tidak boleh berhenti, bapa. Paling tidak kita harus mencapai Saturnus dan istirahat sebentar di sana

WASKA
Saya harap mereka selamat

BERTIGA
Berlapis-lapis awan
Kita tembus
Berlapis-lapis
Tak habis-habis

PAUSE

SANDEK
Eli, Eli lama sabakthani!

PAUSE

SUARA IBU ONI (Histeris)
Oni! Oni!

SANDEK
Ibumu, Oni

ABEP
Oni! Oni!

JOHAN
Ada apa? Ada apa?

ABEP
Ibumu kumat lagi, Oni! Dia betul-betul ngamuk! Semua tetangga sedang mencoba membelenggunya

ONI
Ibu!

SANDEK
Oni!

IBU SANDEK
Sandek!

BERSAMA ABEP DAN JOHAN MEREKA PERGI. DAN KETIKA YANG LAIN-LAIN MAU PERGI JUGA

DARKA
Sebentar! Jangan dulu bubar!

(Orang-orang mengerumuni Darka)

Camkan nasihat saya. Jangan sekali-kali terpengaruh tempramen Sandek. Dia terlalu emosionil. Kita semua bisa celaka oleh grasa-grusunya. Dan di atas semuanya adalah kepercayaan kalian atas diri saya. Percayalah. Saya akan memperjuangkan nasib saudara-saudara. Saya adalah saudara-saudara. Saudara-saudara adalah saya. Saya akan mencoba menemui tuan-tuan dan bapak-bapak majikan. Percaya, saudara-saudara?

SEMUA
Percaya

DARKA
Besok kita bicara lagi

LALU MEREKA BUBAR. PENTAS KOSONG SEBENTAR. LALU MUNCUL DARKA. IA MENYALAKAN ROKOK. IA MELEMPARKAN ROKOK ITU DAN LALU MENGAUM SAMBIL PERGI

SEMAR
Sandiwara baru mulai, para penonton. Sebentar.

MUNCUL PADUKA CS

SEMAR
Selamat malam, Tuan

PADUKA
Malam

DAN SEMAR MENGUCAPKAN SELAMAT PADA SEMUANYA SATU-SATU. LALU MEREKA PERGI

SEMAR
Jangan keliaru, penonton. Mereka memang tetap mereka. Ya, tongkrongannya, ya gayanya. Tapi pabrik-pabrik mereka gonta-ganti. Maklum, mereka itu orang-orang pinter dalam bidangnya. Dagang adalah keseniannya dan tentu saja keuntungan yang sebesar-besarnya adalah tujuan utama mereka. Lalu kenapakah pabrik mereka gampang pailit? Coba terka! Sebab – ini gampang sekali – titik titik titik. Ngerti kan? Nah, sekarang mereka telah patungan lagi dan mendirikan pabrik yang baru

TIBA-TIBA MUNCUL ONI YANG KAYAK KESURUPAN MEMBAWA/ MENGACUNG-CAUNGKAN SEBILAH GOLOK. LANGSUNG IA MAU MEMBACOK SEMAR YANG SEGERA SAJA MENYELAMATKAN DIRI. ONI, SANDEK, IBU SANDEK DAN ORANG-ORANG LAIN BERUSAHA MENGEPUNYA TAPI TIDAK SEORANG PUN BERANI MENDEKATINYA. IBU ONI BETUL-BETUL KALAP. IA BACOK SIAPA SAJA YANG MENDEKATINYA

IBU ONI
Mampus kowe! Mampus kowe!

SEMAR (Yang terus ngelak dan lari)
Tolong! Tolong saya, Sutradara!

IBU ONI
Tidak peduli! Saya bacok semuanya! Mana itu babah centong? Mana itu tuan Barak? Mana itu juragan Toha? Mana itu bapak Sarwono? Mana itu tuan Prakash? Mana itu tuan-tuan dan bapak-bapak?

ONI
Ibu! Ibu! Eling ibu! Sadar, Ibu!

IBU ONI
Kamu yang harus sadar! Saya ini waras! Tahu!? Yang tidak waras itu tuan-tuan dan bapak-bapak! Ayo, mana mereka? Saya bacok-bacok semuanya! Minggi semua!

SEMUA ORANG MEMBUJUKNYA. ONI TAK HABIS-HABIS MENANGIS

SANDEK
Bu, biar Sandek yang membacok mereka. Sekarang berikan golok itu

IBU ONI
Mau nipu ya? Kamu juga pasti cecunguk tuan-tuan dan bapak-bapak itu!

SANDEK
Ini Sandek, bu. Sandek

IBU ONI
Pasti kamu bagian personalia! Cecunguk bosen tahu? Bosen! Saya ini nyi haji Mardiyah dan kebon itu kebon saya! Mana coba jalannya? Saya bukan transistor!

SANDEK
Ibu

IBU SANDEK
Hei, Nyi, mau kemana?

IBU ONI
Biar dibangun dengan beton, pabrik itu pasti hancur saya bakar! Mana jalannya! Kasih jalan atau saya bacok semuanya!

LALU AKHIRNYA DENGAN MENGGUNAKAN TALI, ORANG-ORANG BERHASIL JUGA MEMBELENGGU PEREMPUAN TUA KESURUPAN ITU. ONI MEMELUK DAN MENANGISINYA.
SEMENTARA ITU

BIGAYAH
Din!

UDIN
Ya, mpok?

BIGAYAH
Cepetan panggil dukun! Ei, Suhud

UDIN SEGERA LARI. TAK DINYANA TIBA-TIBA IBU ONI MENANGIS KAYAK ANAK KECIL

IBU ONI
Minta beras kencur. Minta beras kencur. Minta bajigur. Minta wedang jahe. Mana wedang jahe

ONI
Istirahat, bu

IBU ONI
Minta burung bangau. Minta burung bangau. Minta burung gereja. Minta burung gereja. Minta kelelawar. Minta kelelawar. Minta capung. Minta capung. Minta jangkrik. Minta jangkrik

ONI
Nyebut, bu….

IBU ONI
Haus! Haus!

IBU SANDEK (Kepada seseorang)
Cepat ambilkan air putih

(Seseorang pergi)

Oni, sebaiknya kamu yang istirahat. Sudah malam sekali. Tidurlah. Ibumu tidak apa-apa

KI SUHUD
Assalamu’alaikum

SEMUA MENYAHUT DAN MEMBERIKAN RUANG KEPADA DUKUN TUA BERKACAMATA ITU. IBU ONI BERONTAK LAGI MINTA LEPAS

IBU ONI
Pergi! Pergi! Saya bacok ntar! Pergi nggak? (Meludahi)

KI SUHUD
Kamu yang pergi! Sono! Ayo pergi! Lu, yang gua bacok! (meludahi)

ONI
Bu!

IBU SANDEK
Tidak apa-apa. Kamu diam saja

IBU ONI
Nantangin, lu ya!? Nih, Cimande! Cikalong, Silat Bugis, Silat Padang, Silat Madura, Silat Cirebon kumpul jadi satu di sini. Maju! Gua sate idung lu!

(Ki suhud memejamkan matanya)

Jangan merem-merem ayam. Pura-pura! Cecunguk siapa lu? Ee, lu mau karate? Atawa Judo? Atawa boxen? Atawa gulat gaya Romawi? Atawa anggar? Boleh! Boleh! Beli helm dulu sono! Setan sektbor lu ya!

(Sandek muncul. lalu memberikan minum kepada ibu oni yang memang rupanya sangat kehausan)

Sini minumannya, Cep. Cepetan

(Ibu Oni memuntahkan minuman itu. ki suhud masih memejamkan matanya)


Bau bensin! Bau solar! Bau pelumas! Cuah! Cuah! Mau ngeracun ya? (Lalu nangis histeris) Tulung! Tulung! Gua mau diracun! Engkong! Buyut! Moyang! Tulung! Tulung! Yai! Yai! Gua mau diracun

0 komentar

Posting Komentar