WASKA
Gustav!
OS GUSTAV
Saya di sini, Waska. Di bawah
jembatan!
WASKA
Debleng!
OS DEBLENG
Di sini, Waska. Di balik tong sampah!
WASKA
Borok!
OS BOROK
Gua dikuburan cina, Waska!
WASKA
Ranggong!
OS RANGGONG
Ranggong di sini, Waska. Di becak
nomor tiga belas!
WASKA
Japar!
OS JAPAR
Aku dalam bus kota, Waska!
(Sekali
lagi kilat menyambar. Dan petir. Sementara perdebatan itu berlangsung, Nini
bekerja dengan skopnya membuat liang lahat. Sesekali menyela diskusi dengan
beberapa patah kalimat yang akan ditambahkan kemudian)
WIKU
Tidak mungkin menolong orang dengan
mencelakakan orang lain. Tidak mungkin membangun kebudayaan dengan alasan
dendam dan kebencian. Logika apa itu? atas nama kemelaratan kamu melakukan
perampokan dan mengumumkannya sebagai perang suci!
WASKA
Saya menggerakkan perampokan karena
sebelumnya mereka juga melakukan hal yang sama! Saya merampok karena mereka
juga perampok!
WIKU
Itulah kebudayaan yang kamu bangun!
Merampok!
WASKA
Memang! Hidup memang rampok merampok!
Sebelumnya orang tidak menyadari dan sejarah lain selalu dipalsukan. Sebelumnya
orang dididik untuk menerima kemelaratan
sebagai sesuatu kewajaran, yang alamiah dan takdir! Tapi setelah skandal itu
terbuka, setelah tahu begitu panjang sejarah perampokan dibiarkan dan
digelapkan, setelah otak saya bekerja, saya tak membiarkan perampokan itu terus
berlangsung.
WIKU
Dan selanjutnya kamu menggantikan
mereka melakukan perampokan?
WASKA
Ya! Saya rampok perampok!
WIKU
Dan sejarah menurut kamu seperti itu?
merampok dan dirampok?
WASKA
Ya!
WIKU
Dan kamu tidak percaya sejarah semacam
itu akan berubah!?
WASKA
Tidak! Perampokan akan terus
berlangsung! Atau saya atau mereka!
WIKU
Ada yang akan merubahnya, Nih!
(menunjuk kepalanya sendiri) Otak ini akan merubahnya. Ilmu akan merubahnya.
Ilmu akan bekerja untuk membebaskan hidup dari siklus gila itu.
WASKA
Utopis! Mimpi!
WIKU
Tepat sekali!. Otak dan ilmu memang
selalu wilayah mimpi dan utopia karenanya ia tidak pernah mengalami putus asa!
WASKA
Omong kosong macam apa kamu dengan
sombong ingin memberontak kepada kepastian sejarah?
WIKU
O, diam-diam rupanya kamu juga
termasuk yang percaya pada nasib atau takdir. Saya juga. Tapi lebih dari
percaya, saya bekerja bersama otak dan ilmu untuk menjelajahinya, mengenalinya
dan memngaruhinya. Sebaliknya kami fatalis yang sebenarnya cengeng yang tak
punya daya. Karena kamu tidak pernah memakai otak. Karena kamu tidak pernah
berpikir. karena slama ini kamu hanya robot-robot nasib, dendam dan kebencian.
NINI
Kalau belum juga kalian mau
menghentikan pertikaian ini, segera saya akan terpaksa turun ke gelanggang.
WIKU
Kebudayaan seharusnya dibangun di atas
keyakinan akan harapan dan cinta. Tidak sebaliknya seperti yang kalian lakukan.
WASKA
Betul-betul kelebihan otak kamu,
sehingga otak orang lain begitu lihay kamu otak-atik. Untung otak saya masih
tetap ditempatnya sehingga masih mampu memilah gelombang pikiranmu yang selalu
semrawut. Kamu ini sebnarnya tukang sulap yang sangat berbahaya. Karena yang
kamu sulap adalah hidup! Kamu juga idiot yang tidak diketahui sejarah! Otak
kamu juga cacingan! Berbahaya! Otak siapa kamu kira yang meracuni otak banyak
orang di dunia? Otak kamu! Pembunuhan demi pembunuhan, peperangan demi
peperangan, revolusi demi revolusi terjadi karena banyak otak yang cacingan!
Ketularan otak kamu!
Saya adalah tangan. Kamu adalah otak.
Kalau memang kita berdua harus menanggung hukuman atas malapetaka ini
seharusnya saya mendapatkan yang ringan. Ternyata tidak! Saya harus menanggung
dosa lebih berat daripada kamu, sementara kamu tak habis-habisnya membersihkan
nama kamu dalam sejarah!
NINI
Ini peringatan terakhir. Kalau dalam
lima menit kalian tidak berhenti bicara saya akan menembakkan kata-kata saya.
Saya jamin kalian akan segera bertumbangan dalam sekejap.
WASKA
Nah, masih punya kamu kata-kata sisa
untuk membuat sulapan lagi? Masih kamu akan berusaha menutupi dosa kamu? Masih
kamu mau mengelak tanggung jawab?
WIKU
Saya tidak pernah main sulap! Saya
tidak pernah menutupi dosa dan sebaliknya kerja saya justru menyingkap dosa.
Dan saya juga tidak pernah mengelak dari tanggung jawab. Tapi kamu juga jangan
pernah lari dari tanggung jawab kamu, tuan Presiden!
WASKA
Saya bukan pengecut. Saya akan tetap
di tempat saya, sekalipun langit akan menerkam saya. Tapi sebelum itu, jawab,
siapa yang bertanggung jawab terhadap nasib saya/ siapa yang bertanggung jawab
atas penderitaan saya karena saya tidak pernah mati? Otak siapa yang telah
mengotak-atik sehingga punya formula penangkal ajal?
NINI
Formula jamu itu saya punya. Namanya
Jamu Dadar Bayi yang manjur untuk memerpanjang umur. Apa kamu masih memerlukan
lagi?
BOROK
Modar! Modar!
(muncul
Borok dalam keadaan pucat pasi dan sangat kebingungan sambil memegang bagian
kemaluannya)
BOROK
Jangan diskusi dulu. Ini mendesak.
(napasnya
turun naik. Dan ia tidak bisa lancara bicara karena ada sesuatu yang berat
ingin disampaikan)
NINI
Kenapa? Kencing kok sampai satu jam!?
BOROK
Ini lebih gawat dari kiamat. Tapi….
NINI
Tampang rampok kok penakut. Pasti kamu
baru lihat bukit yang ternyata tumpukan manusia mati, kan? Tidak usah takut.
Besok juga bukit mayat itu akan rata. Kami berdua pasti akan menguburkan
semuanya baik-baik. Bagaimana pun mayat-mayat itu masih manusia. Kita tidak
boleh menlantarkannya, sekalipun sudah menjadi mayat. Manusia adalah sejarah
itu sendiri. dan sedikit banyak kematian mereka, langsung tidak langsung kita
semua ikut memertanggung jawabkannya.
BOROK
Itu belum terlalu gawat. Ada mayat
kecil yang paling gawat.
NINI
Mayat kecil itu mayat bayi. Itu memang
tanggung jawab dan dosa kamu. Karena kamu telah merampok jatah hidup mereka.
WASKA
Cuah! Bicara yang jelas! Borok! Ada
apa!?
BOROK
Bukan. Bukan mayat bayi. Maksud saya,
diri saya yang kecil.
WASKA
Yang jelas!
WIKU
O, kamu mau bicara soal kosmos besar
dan kosmos kecil.
BOROK
Aduh, saya masih pengin kencing.
WASKA
Apa susahnya kencing?
BOROK
Sudah satu jam saya mencoba kencing,
tapi tidak bisa. Aduh. Habis tenaga saya. Sakitnya bukan main.
WASKA
Cuah! Apa perlu orang lain membuka
celana kamu? Bikin malu!
BOROK
Ya, saya malu. Soalnya kosmos kecil
saya hilang. Maksud saya titit saya hilang.
(Semua
ternganga)
NINI
Ini pasti karena ada yang salah ketika
minum jamu dulu
BOROK
Aduh. Sakitnya bukan main. Ini pasti
namanya siksa neraka. Matinya belum tapi siksanya duluan. Aduh….
WASKA
Ranggong mana?
BOROK
Boro-boro saya sempat memperhatikan
dia.
WASKA
Soalnya dia juga pergi tidak berapa
lama setelah kamu pergi. katanya juga mau kencing.
BOROK
Jangan-jangan hilang juga punya dia.
NINI
Belum tentu. Itu semua tergantung dari
banyak faktor.
BOROK
Modar! Aduh!
(Pergi
lagi Borok, tapi…)
WASKA
He, mau kemana lagi kamu?
BOROK
Saya akan coba cari lagi. Siapa tahu
jatuh di jalan tadi.
(lalu
dia pergi lagi)
WASKA
Nah, tanggung jawab siapa titit yang
hilang itu? tanggung jawab siapa ajal yang tidak datang-datang?
WIKU
Yang pasti bukan tanggung jawab saya.
Jamu itu bukan formula saya.
NINI
Memang bukan formula kamu, Wiku. Tapi
saya sampai pada formula itu setelah memelajari beberapa penemuan-penemuan
kamu.
WIKU
O ya? Yang mana?
NINI
Yang kemudian kamu serahkan kepada
Sandek tua.
(Wiku
terpaku)
WASKA
Jadi tanggung jawab siapa?
NINI
Tanggung jawab kamu!
WASKA
Lho? Saya? Kok saya? Ringan betul cara
Anda ngomong!?
NINI
Kamu yang bertanggung jawab karena
kamu yang menggunakan formula itu. selain itu cara kamu mendapatkan formula itu
juga dengan cara yang tidak syah. Kamu mencuri.
WASKA
Mencuri? Tidak mungkin. Ranggong dan
Borok mengatakan bahwa kalian memberikannya sendiri formula itu secara
sukarela.
NINI
Itu versi kalian dan pengarang
sandiwara ini. Tapi menurut versi saya, formula itu kalian curi!
WIKU
Benarkan? Kamu memang pencuri. Saya
berani katakana juga yang mencuri catatan harian saya jilid 29, jilid yang
justru paling berbahaya kalau dibaca orang yang tidak paham betul akan teori
dasar yang saya kembangkan.
Ngaku! Saya bisa pastikan karena kamu
meninggalkan banyak ludah di perpustakaan saya. Hampir saya kepeleset oleh
ludah kamu. Saya kenal betul jenis serta warna ludah kamu.
WASKA
Boleh jadi iya. Saya sudah lupa apa
dulu saya atau orang lain yang mencuri. Tapi yang pasti saya tidak mungkin
mencuri kalau kamu tidak punya apa yang saya curi.
WIKU
Omongan apa ini? Jadi, kamu mencuri
karena saya punya sesuatu yang akan kamu curi? Jadi, saya yang salah?
WASKA
Saya tidak menyimpulkan. Saya Cuma
mengatakan begitu.
NINI
Sejak kalian mulai berdebat saya sudah
menduga kalian berdua sebenarnya anak-anak kecil. Semakin kencang berdebat
semakin membuktikan bahwa kalian memang anak-anak kecil atau idiot-idiot. Puih,
dunia laki-laki memang dunia idiot! Kebudayaan kalian, kebudayaan laki-laki!
Sekarang sudah waktunya saya turun ke gelanggang merebut kembali posisi yang
telah kalian rampas puluhan abad yang lalu.
(tiba-tiba
sebuah pencakar langit yang hilang pucuknya
tumbang begitu saja diikuti oleh pencakar-pencakar langit dan gedung
yang lain. Gemuruhnya bukan main. Serupa gempa. Tapi semuanya hanya sekejap.
Dan semuanya meninggalkan kepulan debu di mana-mana)
NINI
Lihat! Sebuah kota dengan seperangkat
pencakar langitnya rontok dalam sekejap. Itulah perlambang keperkasaan
kebudayaan dan peradaban laki-laki. Sombong namun kosong. Perkasa namun cepat
binasa.
WASKA
Cuah!
(Wiku
cemberut sambil memegang-megang daun telinganya sendiri)
NINI
Perempuan adalah Ibu kebudayaan,
sungguh-sungguh Ibu, sungguh-sungguh empu. Perempuan yang melahirkan rumah,
peladangan, peternakan, pertanian, perkebunan dan industry. Bahkan perempuan
adalah manajer pertama, guru pertama yang memiliki ide konservasi. Perempuan
adalh lambing konstruksi, lambing pembangunan. Sementara laki-laki lambing
destruksi. Dan last but not least, perempuan yang melahirkan serta melanjutkan
hidup. Semua itu dikaryakan perempuan dengan dasar naluri wajar, yaitu cinta
dan kasih sayang dan bukan dengan dasar nafsu, yaitu dendam, kebencian dan
persaingan seperti pada laki-laki. Jangan sedih Wiku.
WIKU
Saya tidak sedih. Saya terharu.
WASKA
Cuah!
WIKU
Saya terharu karena kamu telah
mengungkapkan apa-apa yang sebenarnya sudah lama juga saya pikirkan. Saya jadi
semakin menyesal akan kesalahan-kesalahan saya. Terkutuk saya!
NINI
Wiku, sayang.
WIKU
Kenapa Tuhan tidak melahirkan saya
sebagai perempuan? Oh, nasi sudah menjadi bubur. Tapi tetap saya menyesal. Dan
saya marah pada diri sendiri. terkutuk saya. Picisan saya! Korup saya!
(Wiku
terus memukul-mukul kepalanya sendiri. sementara itu Waska mondar-mandir
gelisah)
NINI
Betulkan? Ini buktinya bahwa laki-laki
anak kecil. Sepanjang hidupnya ia memerlukan seorang Ibu, seorang perempuan.
WIKU
Ondel-ondel berotak saya!
NINI
Sayang, kenapa? Ada apa?
(seperti
kepada anak kecil)
WIKU
Saya menyesal. Menyesal.
NINI
Bagus. Itu permulaan dari tahu diri.
Artinya sejak sekarang kamu akan lebih berhadil membina kebudayaan baru.
WIKU
Tapi sesal ini tak habis-habis.
NINI
Itu buruk. Sesal tak habis-habis ama
dengan makan tak habis-habis. Itu rakus. Dan rakus itu berbahaya.
WIKU
Tolong Ni, peluk saya.
NINI
Sayang….
(Nini
dengan sayang memeluknya dan Wiku segera merasa tentram)
NINI
Nah, siapa sekarang yang berani
mengatakan bahwa laki-laki lebih kuat?
WASKA
Cuah!
NINI
Jangan salah paham. Saya sama sekali
tidak sedang bicara soal hak karena saya tidak suka politik. Saya sedang
membuktikan harmoni karena saya berbakti pada hidup dan peradaban.
WASKA
Ngomong memang gampang! Tapi siapa
akan memeluk saya? Coba piker, siapa?
(meregang
peluk, Wiku dan Nini mulai berpikir)
Saya bahkan tak pernah mengizinkan
diri saya menangis karena saya sadar, tangis saya tak akan dipahami
siapa-siapa. Tak pernah ada yang memeluk saya.
NINI
Saya dengar.
WIKU
Ya, mana itu pasangan kumpul kebo
kamu? Gayah, mana?
(Waska
sedih amat dalam sekali)
WIKU
Jadi….
NINI
Gayah sudah mendahului kamu?
(Waska
dengan sedih menganggukan kepala)
NINI
Bersyukurlah.
WASKA
Tapi saya bagaimana?
NINI
Bagaimana bagaimana?
WASKA
Ending lakon saya. Nasib saya. Saya
sebetulnya tidak peduli apa saja. tidak peduli. Perdebatan tadi juga tidak ada
artinya buat saya. Perdebatan kosong.
0 komentar
Posting Komentar