Minggu, 18 Desember 2016

Naskah Drama Ozone Bagian 8

WASKA
Gustav!

OS GUSTAV
Saya di sini, Waska. Di bawah jembatan!

WASKA
Debleng!

OS DEBLENG
Di sini, Waska. Di balik tong sampah!

WASKA
Borok!

OS BOROK
Gua dikuburan cina, Waska!

WASKA
Ranggong!

OS RANGGONG
Ranggong di sini, Waska. Di becak nomor tiga belas!

WASKA
Japar!

OS JAPAR
Aku dalam bus kota, Waska!
(Sekali lagi kilat menyambar. Dan petir. Sementara perdebatan itu berlangsung, Nini bekerja dengan skopnya membuat liang lahat. Sesekali menyela diskusi dengan beberapa patah kalimat yang akan ditambahkan kemudian)

WIKU
Tidak mungkin menolong orang dengan mencelakakan orang lain. Tidak mungkin membangun kebudayaan dengan alasan dendam dan kebencian. Logika apa itu? atas nama kemelaratan kamu melakukan perampokan dan mengumumkannya sebagai perang suci!

WASKA
Saya menggerakkan perampokan karena sebelumnya mereka juga melakukan hal yang sama! Saya merampok karena mereka juga perampok!

WIKU
Itulah kebudayaan yang kamu bangun! Merampok!

WASKA
Memang! Hidup memang rampok merampok! Sebelumnya orang tidak menyadari dan sejarah lain selalu dipalsukan. Sebelumnya orang dididik  untuk menerima kemelaratan sebagai sesuatu kewajaran, yang alamiah dan takdir! Tapi setelah skandal itu terbuka, setelah tahu begitu panjang sejarah perampokan dibiarkan dan digelapkan, setelah otak saya bekerja, saya tak membiarkan perampokan itu terus berlangsung.

WIKU
Dan selanjutnya kamu menggantikan mereka melakukan perampokan?

WASKA
Ya! Saya rampok perampok!

WIKU
Dan sejarah menurut kamu seperti itu? merampok dan dirampok?

WASKA
Ya!

WIKU
Dan kamu tidak percaya sejarah semacam itu akan berubah!?

WASKA
Tidak! Perampokan akan terus berlangsung! Atau saya atau mereka!

WIKU
Ada yang akan merubahnya, Nih! (menunjuk kepalanya sendiri) Otak ini akan merubahnya. Ilmu akan merubahnya. Ilmu akan bekerja untuk membebaskan hidup dari siklus gila itu.

WASKA
Utopis! Mimpi!

WIKU
Tepat sekali!. Otak dan ilmu memang selalu wilayah mimpi dan utopia karenanya ia tidak pernah mengalami putus asa!

WASKA
Omong kosong macam apa kamu dengan sombong ingin memberontak kepada kepastian sejarah?

WIKU
O, diam-diam rupanya kamu juga termasuk yang percaya pada nasib atau takdir. Saya juga. Tapi lebih dari percaya, saya bekerja bersama otak dan ilmu untuk menjelajahinya, mengenalinya dan memngaruhinya. Sebaliknya kami fatalis yang sebenarnya cengeng yang tak punya daya. Karena kamu tidak pernah memakai otak. Karena kamu tidak pernah berpikir. karena slama ini kamu hanya robot-robot nasib, dendam dan kebencian.

NINI
Kalau belum juga kalian mau menghentikan pertikaian ini, segera saya akan terpaksa turun ke gelanggang.

WIKU
Kebudayaan seharusnya dibangun di atas keyakinan akan harapan dan cinta. Tidak sebaliknya seperti yang kalian lakukan.

WASKA
Betul-betul kelebihan otak kamu, sehingga otak orang lain begitu lihay kamu otak-atik. Untung otak saya masih tetap ditempatnya sehingga masih mampu memilah gelombang pikiranmu yang selalu semrawut. Kamu ini sebnarnya tukang sulap yang sangat berbahaya. Karena yang kamu sulap adalah hidup! Kamu juga idiot yang tidak diketahui sejarah! Otak kamu juga cacingan! Berbahaya! Otak siapa kamu kira yang meracuni otak banyak orang di dunia? Otak kamu! Pembunuhan demi pembunuhan, peperangan demi peperangan, revolusi demi revolusi terjadi karena banyak otak yang cacingan! Ketularan otak kamu!
Saya adalah tangan. Kamu adalah otak. Kalau memang kita berdua harus menanggung hukuman atas malapetaka ini seharusnya saya mendapatkan yang ringan. Ternyata tidak! Saya harus menanggung dosa lebih berat daripada kamu, sementara kamu tak habis-habisnya membersihkan nama kamu dalam sejarah!

NINI
Ini peringatan terakhir. Kalau dalam lima menit kalian tidak berhenti bicara saya akan menembakkan kata-kata saya. Saya jamin kalian akan segera bertumbangan dalam sekejap.

WASKA
Nah, masih punya kamu kata-kata sisa untuk membuat sulapan lagi? Masih kamu akan berusaha menutupi dosa kamu? Masih kamu mau mengelak tanggung jawab?

WIKU
Saya tidak pernah main sulap! Saya tidak pernah menutupi dosa dan sebaliknya kerja saya justru menyingkap dosa. Dan saya juga tidak pernah mengelak dari tanggung jawab. Tapi kamu juga jangan pernah lari dari tanggung jawab kamu, tuan Presiden!

WASKA
Saya bukan pengecut. Saya akan tetap di tempat saya, sekalipun langit akan menerkam saya. Tapi sebelum itu, jawab, siapa yang bertanggung jawab terhadap nasib saya/ siapa yang bertanggung jawab atas penderitaan saya karena saya tidak pernah mati? Otak siapa yang telah mengotak-atik sehingga punya formula penangkal ajal?

NINI
Formula jamu itu saya punya. Namanya Jamu Dadar Bayi yang manjur untuk memerpanjang umur. Apa kamu masih memerlukan lagi?

BOROK
Modar! Modar!

(muncul Borok dalam keadaan pucat pasi dan sangat kebingungan sambil memegang bagian kemaluannya)

BOROK
Jangan diskusi dulu. Ini mendesak.
(napasnya turun naik. Dan ia tidak bisa lancara bicara karena ada sesuatu yang berat ingin disampaikan)

NINI
Kenapa? Kencing kok sampai satu jam!?

BOROK
Ini lebih gawat dari kiamat. Tapi….

NINI
Tampang rampok kok penakut. Pasti kamu baru lihat bukit yang ternyata tumpukan manusia mati, kan? Tidak usah takut. Besok juga bukit mayat itu akan rata. Kami berdua pasti akan menguburkan semuanya baik-baik. Bagaimana pun mayat-mayat itu masih manusia. Kita tidak boleh menlantarkannya, sekalipun sudah menjadi mayat. Manusia adalah sejarah itu sendiri. dan sedikit banyak kematian mereka, langsung tidak langsung kita semua ikut memertanggung jawabkannya.

BOROK
Itu belum terlalu gawat. Ada mayat kecil yang paling gawat.

NINI
Mayat kecil itu mayat bayi. Itu memang tanggung jawab dan dosa kamu. Karena kamu telah merampok jatah hidup mereka.

WASKA
Cuah! Bicara yang jelas! Borok! Ada apa!?

BOROK
Bukan. Bukan mayat bayi. Maksud saya, diri saya yang kecil.

WASKA
Yang jelas!

WIKU
O, kamu mau bicara soal kosmos besar dan kosmos kecil.

BOROK
Aduh, saya masih pengin kencing.

WASKA
Apa susahnya kencing?

BOROK
Sudah satu jam saya mencoba kencing, tapi tidak bisa. Aduh. Habis tenaga saya. Sakitnya bukan main.

WASKA
Cuah! Apa perlu orang lain membuka celana kamu? Bikin malu!

BOROK
Ya, saya malu. Soalnya kosmos kecil saya hilang. Maksud saya titit saya hilang.
(Semua ternganga)

NINI
Ini pasti karena ada yang salah ketika minum jamu dulu

BOROK
Aduh. Sakitnya bukan main. Ini pasti namanya siksa neraka. Matinya belum tapi siksanya duluan. Aduh….

WASKA
Ranggong mana?

BOROK
Boro-boro saya sempat memperhatikan dia.

WASKA
Soalnya dia juga pergi tidak berapa lama setelah kamu pergi. katanya juga mau kencing.

BOROK
Jangan-jangan hilang juga punya dia.

NINI
Belum tentu. Itu semua tergantung dari banyak faktor.

BOROK
Modar! Aduh!

(Pergi lagi Borok, tapi…)

WASKA
He, mau kemana lagi kamu?

BOROK
Saya akan coba cari lagi. Siapa tahu jatuh di jalan tadi.

(lalu dia pergi lagi)

WASKA
Nah, tanggung jawab siapa titit yang hilang itu? tanggung jawab siapa ajal yang tidak datang-datang?

WIKU
Yang pasti bukan tanggung jawab saya. Jamu itu bukan formula saya.

NINI
Memang bukan formula kamu, Wiku. Tapi saya sampai pada formula itu setelah memelajari beberapa penemuan-penemuan kamu.

WIKU
O ya? Yang mana?

NINI
Yang kemudian kamu serahkan kepada Sandek tua.
(Wiku terpaku)

WASKA
Jadi tanggung jawab siapa?

NINI
Tanggung jawab kamu!

WASKA
Lho? Saya? Kok saya? Ringan betul cara Anda ngomong!?

NINI
Kamu yang bertanggung jawab karena kamu yang menggunakan formula itu. selain itu cara kamu mendapatkan formula itu juga dengan cara yang tidak syah. Kamu mencuri.

WASKA
Mencuri? Tidak mungkin. Ranggong dan Borok mengatakan bahwa kalian memberikannya sendiri formula itu secara sukarela.

NINI
Itu versi kalian dan pengarang sandiwara ini. Tapi menurut versi saya, formula itu kalian curi!

WIKU
Benarkan? Kamu memang pencuri. Saya berani katakana juga yang mencuri catatan harian saya jilid 29, jilid yang justru paling berbahaya kalau dibaca orang yang tidak paham betul akan teori dasar yang saya kembangkan.
Ngaku! Saya bisa pastikan karena kamu meninggalkan banyak ludah di perpustakaan saya. Hampir saya kepeleset oleh ludah kamu. Saya kenal betul jenis serta warna ludah kamu.

WASKA
Boleh jadi iya. Saya sudah lupa apa dulu saya atau orang lain yang mencuri. Tapi yang pasti saya tidak mungkin mencuri kalau kamu tidak punya apa yang saya curi.

WIKU
Omongan apa ini? Jadi, kamu mencuri karena saya punya sesuatu yang akan kamu curi? Jadi, saya yang salah?

WASKA
Saya tidak menyimpulkan. Saya Cuma mengatakan begitu.

NINI
Sejak kalian mulai berdebat saya sudah menduga kalian berdua sebenarnya anak-anak kecil. Semakin kencang berdebat semakin membuktikan bahwa kalian memang anak-anak kecil atau idiot-idiot. Puih, dunia laki-laki memang dunia idiot! Kebudayaan kalian, kebudayaan laki-laki! Sekarang sudah waktunya saya turun ke gelanggang merebut kembali posisi yang telah kalian rampas puluhan abad yang lalu.
(tiba-tiba sebuah pencakar langit yang hilang pucuknya  tumbang begitu saja diikuti oleh pencakar-pencakar langit dan gedung yang lain. Gemuruhnya bukan main. Serupa gempa. Tapi semuanya hanya sekejap. Dan semuanya meninggalkan kepulan debu di mana-mana)

NINI
Lihat! Sebuah kota dengan seperangkat pencakar langitnya rontok dalam sekejap. Itulah perlambang keperkasaan kebudayaan dan peradaban laki-laki. Sombong namun kosong. Perkasa namun cepat binasa.

WASKA
Cuah!

(Wiku cemberut sambil memegang-megang daun telinganya sendiri)

NINI
Perempuan adalah Ibu kebudayaan, sungguh-sungguh Ibu, sungguh-sungguh empu. Perempuan yang melahirkan rumah, peladangan, peternakan, pertanian, perkebunan dan industry. Bahkan perempuan adalah manajer pertama, guru pertama yang memiliki ide konservasi. Perempuan adalh lambing konstruksi, lambing pembangunan. Sementara laki-laki lambing destruksi. Dan last but not least, perempuan yang melahirkan serta melanjutkan hidup. Semua itu dikaryakan perempuan dengan dasar naluri wajar, yaitu cinta dan kasih sayang dan bukan dengan dasar nafsu, yaitu dendam, kebencian dan persaingan seperti pada laki-laki. Jangan sedih Wiku.

WIKU
Saya tidak sedih. Saya terharu.

WASKA
Cuah!

WIKU
Saya terharu karena kamu telah mengungkapkan apa-apa yang sebenarnya sudah lama juga saya pikirkan. Saya jadi semakin menyesal akan kesalahan-kesalahan saya. Terkutuk saya!

NINI
Wiku, sayang.

WIKU
Kenapa Tuhan tidak melahirkan saya sebagai perempuan? Oh, nasi sudah menjadi bubur. Tapi tetap saya menyesal. Dan saya marah pada diri sendiri. terkutuk saya. Picisan saya! Korup saya!
(Wiku terus memukul-mukul kepalanya sendiri. sementara itu Waska mondar-mandir gelisah)

NINI
Betulkan? Ini buktinya bahwa laki-laki anak kecil. Sepanjang hidupnya ia memerlukan seorang Ibu, seorang perempuan.

WIKU
Ondel-ondel berotak saya!

NINI
Sayang, kenapa? Ada apa?
(seperti kepada anak kecil)

WIKU
Saya menyesal. Menyesal.

NINI
Bagus. Itu permulaan dari tahu diri. Artinya sejak sekarang kamu akan lebih berhadil membina kebudayaan baru.

WIKU
Tapi sesal ini tak habis-habis.

NINI
Itu buruk. Sesal tak habis-habis ama dengan makan tak habis-habis. Itu rakus. Dan rakus itu berbahaya.

WIKU
Tolong Ni, peluk saya.

NINI
Sayang….
(Nini dengan sayang memeluknya dan Wiku segera merasa tentram)

NINI
Nah, siapa sekarang yang berani mengatakan bahwa laki-laki lebih kuat?

WASKA
Cuah!

NINI
Jangan salah paham. Saya sama sekali tidak sedang bicara soal hak karena saya tidak suka politik. Saya sedang membuktikan harmoni karena saya berbakti pada hidup dan peradaban.

WASKA
Ngomong memang gampang! Tapi siapa akan memeluk saya? Coba piker, siapa?
(meregang peluk, Wiku dan Nini mulai berpikir)
Saya bahkan tak pernah mengizinkan diri saya menangis karena saya sadar, tangis saya tak akan dipahami siapa-siapa. Tak pernah ada yang memeluk saya.

NINI
Saya dengar.

WIKU
Ya, mana itu pasangan kumpul kebo kamu? Gayah, mana?
(Waska sedih amat dalam sekali)

WIKU
Jadi….

NINI
Gayah sudah mendahului kamu?
(Waska dengan sedih menganggukan kepala)

NINI
Bersyukurlah.

WASKA
Tapi saya bagaimana?

NINI
Bagaimana bagaimana?

WASKA

Ending lakon saya. Nasib saya. Saya sebetulnya tidak peduli apa saja. tidak peduli. Perdebatan tadi juga tidak ada artinya buat saya. Perdebatan kosong.

0 komentar

Posting Komentar