(Jumena cemberut, sedangkan Euis terpingkal-pingkal)
Sekalian pengawalnya tersenyum seraya manggut-manggut “Abunawas, kaulah permadani terbaik di kota Baghdad”
(Euis Semakin Terpingkal-Pingkal Sambil Menahan Perutnya)
Lucu?
EUIS
Sangat amat lucu
JUKI
Tidakkah Abunawas seorang yang cerdik?
EUIS
Cerdik sekali. Raja kecerdikan
JUKI
Ya, dan kecerdikan bukan berasal dari perasaan, tetapi dihasilkan oleh kepala dan pikiran. Kau mengerti?
JUMENA
Kejadian seperti ini adalah mungkin dan tidak mungkin. Bagaimana saya harus menaruh kepercayaan kepada orang? Ah, lebih baik duduk-duduk di teras
EUIS
Saya mengerti
JUKI
Kau ahrus betul-betul berani. Berani seperti malam-malam itu
EUIS
Saya betul-betul berani sekarang. Saya kira Abunawas adalah guru kita
JUKI
Masih kau merasa bersalah?
EUIS
Tidak. Saya yakin suami sayalah yang bersalah
JUMENA
Kalau saja dia berani nyerocos seperti itu
JUKI
Kenapa kau bilang begitu?
EUIS
Dia perakus. Mata duitan
(Jumena mengambil sesuatu dan melemparkannya ke pintu)
Pagi-pagi ia sudah pergi mengurus dagangannya, mengurusio pabrik-pabriknya. Pulang-pulang jam dua, jam tiga, lalu selama beberapa jam menghitung-hitung hartanya dan memandangi lemari hitamnya. Setelah maghrib ia menulis atau membaca, lalu pergi. Pulang-pulang jam sembilan, sebentar duduk-duduk minum teh atau kopi lalu akhirnya kembali menghitung-hitung harta dan memandangi lemari hitamnya. Itulah semuanya yang dikerjakannya secara rutin seperti mesin, selama hampir lima tahun saya jadi istrinya.
JUMENA
Lalu apa yang diharapkan dari saya? Duduk-duduk menghabiskan waktu di bawah bulan seperti dalam film-film itu? Saya sudah Bosan!. Apa dia pikir semuanya akan bisa diselesaikan hanya dengan senyum-senyum dan tiduran berbaring-baring di atas ranjang?
Sekiranya saja dia dapat membuktikan bahwa dengan cara seperti itu dapat digapai kebahagiaan hidup. Tidak! Saya sudah kecap semuanya, saya sudah jalani semuanya! Kosong. Dan cara mengisi hidup seperti itu terlalu mahal ongkosnya dan tidak produktif, apalagi kreatif. Selain bergurau di atas ranjang lama-lama menjemukan juga. Capek, linu-linu apalagi pada pinggang – ah, lebih baik duduk-duduk di teras -
EUIS
Tidak,. Kalau saya serong dengan lelaki lain, bukan salah saya
JUMENA
Mungkin. Tapi pasti bukan juga salah saya
EUIS
Benar, bukan?
JUKI
Bagi saya tak ada yang benar dan yang salah. Dan kenapa mesti ada yang salah dan benar?
JUMENA
Saya kira begitu. Bajingan
JUKI
Keduanya sama tidak penting
EUIS
Jadi?
JUKI
Tidak perlu kita mempertimbangkan keduanya. Kita hanya harus cepat mempergunakan setiap kesempatan kalau kita ingin berhasil dalam hidup. Dan saya selalu begitu
(Euis memandangi lelaki itu demikian lama dan tampak bergetaran bulu-bulu matanya. Kemudian Jumena pura-pura batuk. Dan duduk. Terkejut mendengar suara batuk)
Suamimu?
EUIS (Panik)
Aku masuk?
JUKI
Saya akan masuk ke WC
KEDUANYA KELUAR
7
PEREMPUAN TUA MUNCUL MEMBAWA MAKANAN
P. TUA
Lebih baik makan malam dulu, gan
JUMENA (Masih melayang pikirannya)
Saya kira….
P. TUA
Di sini atau di ruang makan, gan? Di sana banyak angin, lebih baik di sini saja
JUMENA
Saya kira….
P. TUA
Tadi pak Warya ke sini
JUMENA (Segera)
Ada apa?
P. TUA
Sengaja menengok agan
JUMENA
Sekarang di mana dia?
P. TUA
Sudah pulang satu jam yang lalu
JUMENA
Kenapa dia tidak di suruh masuk? Ikut mogok seperti yang lain?
P. TUA
Saya kira tidak begitu. Pak Warya hanya tidak mau mengganggu agan tidur. Nyai bilang sejak sore, agan tidur nyenyak setelah hampir tiga hari sukar tidur. Nyai juga bilang agan mulai lega napasnya. Setelah tidur banyak harus makan banyak, gan, biar lekas sembuh
DETAK-DETIK LONCENG LANTANG MENGGEMA MEMENUHI RUANGAN, KEDUA MATA JUMENA MELOTOT DAN LEHER JUMENA KAKU, SEMENTARA PEREMPUAN TUA ITU TERUS BERBICARA TANPA SUARA
8
MUNCUL WARYA DAN EMOD. KEDUANYA MENGUTARAKAN SESUATU YANG SANGAT MENDESAK KEPADA JUMENA DENGAN KERAS TANPA SUARA. SETELAH BEBERAPA LAMA, PEREMPUAN TUA ITU MENINGGALKAN RUANGAN ITU. TETAPI IA KEMBALI MENDEKATI JUMENA , KETIKA JUMENA TIBA-TIBA BERBICARA KERAS SEKALI DAN MARAH. PEREMPUAN TUA DENGAN RASA KEIBUANNYA MEMIJAT-MIJAT BAHU JUMENA
JUMENA
Mau diapakan lagi? Saya tidak akan merobah keputusan saya. Saya tidak mau. Saya tetap tidak akan memberikan biar segopeng pun. Berapa kali sudah saya bilang sejak kalian jadi pengawas kedua bahwa standar gaji yang ada sekarang cukup baik, adil untuk semua pihak. Prinsip saya cukup realistis karena berdasarkan kebutuhan riil tiap-tiap keluarga. Lagipula saya sudah menghitung dengan cermat berapa setiap keluarga menghabiskan biaya setiap bulan dan berapa sisa yang bisa ditabung
EMOD
Maaf gan, tapi saya kira kebisaaan orang lain. Juga sifat orang. Maksud saya mungkin saja gaji yang diterima seseorang cukup besar tapi bukan tidak mungkin ada saja orang yang menganggapnya masih kurang.
JUMENA
Itu karena umumnya semua orang boros. Saya yakin itu. Cobalah kamu Tanya istri saya berapa ongkos rumah ini. Barangkali kamu tidak percaya kalau saya bilang ongkos bulanan rumah ini kurang dari gaji yang kamu terima setiap bulan
EMOD
Tapi ini keadaan istimewa, gan. Maksud saya tidak setiap kali orang mengadakan pesta perkawinan
JUMENA
Dengarkan. Kalau orang mau hemat dan rajin menabung, niscaya tidak akan mengalami kekurangan biar segobang pun. Bisa kalian buktikan bahwa standard dan peraturan-peraturan yang saya buat merugikan? Kamu lupa gaji rata-rata di sini setengah kali lebih besar dibanding tempat-tempat lain? Coba kalian mampir ke pabrik tenun Mustopa atau pabrik minyak kacang Haji Bakri dan Tanya berapa orang-orang di sana terima gaji? Sekali lagi War, Mod. Kalau orang mau hemat, insaAllah tidak akan menemui kesulitan apa-apa. Dengan gaji yang mereka terima, mereka akan dapat membiayai ongkos pengobatan dan apa saja. Dan lagi, tidak masuk akal kalau saya pun harus menanggung biaya pemborosan kalian. Coba saja, kalian boros dan saya harus menanggung keborosan kalian, sinting namanya. Apalagi untuk pesta kawin, lebih sinting lagi.
SEMENTARA JUMENA BERBICARA, SEPANJANG ITU SEORANG DEMI SEORANG PARA PEKERJA. PADA WAJAH MEREKA HANYA TAMPAK TUNTUTAN-TUNTUTAN MEREKA. MAKA BEGITU SELESAI JUMENA BICARA SERENTAK MEREKA SEMUA BICARA, SANGAT KERAS DAN SANGAT KERAS. BAHKAN KETIKA MEREKA SUDAH MENINGGALKAN RUANG ITU MASIH TERDENGAR HIRUK PIKUK ITU.
DI TENGAH SUARA GADUH ITU JUMENA BERTERIAK “Pemboros semua! Pemalas! Kerbau! Kambing!” SAMBIL MENGHALAU MEREKA DAN MEREKA KELUAR
9
LAMPU PENTAS MENYUSUT DAN BERUBAH WARNA. MUNCUL SANG PEMBURU DARI RONGGA TUA ITU. TOKOH AGUNG INI SEMAKIN MEMBESAR DAN MEMBESAR, SEMENTARA ITU JUMENA TERKAPAR DI LANTAI. WAJAHNYA MENDONGAK TEGAK KE LANGIT-LANGIT
JUMENA
Datang juga kau
PEMBURU
Kapan pun datang juga
JUMENA
Datang juga kau
PEMBURU
Kapan pun datang juga
JUMENA
Kenapa kau datang?
PEMBURU
Kenapa kau datang?
JUMENA
Kenapa kau datang?
PEMBURU
Kenapa kau datang?
JUMENA
Kau permainkan saya
PEMBURU
Kau permainkan saya
SETELAH AGAK LAMA
JUMENA
Saya kira saya akan mati dua puluh tahun yang lalu
PEMBURU
Kau telah mati sejak kau mengira kau akan mati
JUMENA
Kau permainkan saya
PEMBURU
Kau permainkan saya
JUMENA
Dari siapa kau tahu saya akan mati?
PEMBURU
Kau sendiri yang mengatakannya
SETELAH AGAK LAMA
JUMENA
Jadi bagaimana?
PEMBURU
Apa?
JUMENA
Kapan saya mati?
PEMBURU
Tempo hari kau bilang kapan?
JUMENA
Dalam waktu dekat ini
SETELAH AGAK LAMA
Dalam waktu dekat ini?
PEMBURU
Kapan kau bilang tadi?
JUMENA
Dalam waktu dekat ini
PEMBURU
Kau percaya?
JUMENA
Ada yang membisikannya pada saya
PEMBURU
Siapa?
JUMENA
Saya sendiri
PEMBURU
Kau permainkan kau
KEMUDIAN SEGEROMBOLAN KABUT MENYEKAP JUMENA. TENTU SAJA KEADAAN ITU MEMBUTA JUMENA SUKAR BERNAFAS. MEGAP-MEGAP.
10
SETELAH KABUT-KABUT PERGI, SEMUA LAMPU MENYALA KECUALI PADA LONCENG. EUIS MUNCUL DAN TERKEJUT MELIHAT SUAMINYA SEDANG BATUK-BATUK PARAH BERJONGKOK DEKAT JENDELA.
EUIS
Akang (Menghampiri suaminya)
JUMENA (Segera bangkit)
Tidak apa-apa. Tidak apa-apa
EUIS
Sebaiknya akang makan. Euis tadi ngaji. Ini kan malam Jum’atan
(Jumena duduk dan tampak sesak sekali pernafasannya)
Euis suapi, akang?
JUMENA (Pada penonton)
Pasti ada apa-apa. Pasti ada apa-apa (Pada Euis) jangan berlebihan. Saya masih kuat mengangkat meja, apalagi sendok. Saya bisa menyuap sendiri (Mulai akan makan. Lama hanya melihat saja pada makanan) tak ada nafsu saya
EUIS
Dipaksa, akang
JUMENA
Siapa yang akan memaksa saya?
EUIS
Akang sendiri
JUMENA
Saya tidak mau. Saya juga tidak mau memaksa diri saya sendiri hanya agar saya makan. Sudah, berhenti kau bicara. Saya sedang kesesakan
EUIS
Euis gosok dengan….
JUMENA
Berhenti kau bermain sandiwara dan diam (Pergi duduk)
11
DETAK-DETIK LONCENG LANTANG. BERATUS LELAKI DAN PEREMPUAN MUNCUL DARIMANA-MANA. DI PENTAS TERJADI HIRUK PIKUK. DI ANTARA MEREKA KELIHATAN WARYA DAN EMOD DENGAN WAJAH BERANG DAN MENGHUNUS GOLOK BESAR. KEMUDIAN TIBA-TIBA DI SELA-SELA HIRUK-PIKUK TERDENGAR JERITAN SEORANG PEREMPUAN DAN BEBERAPA SUARA MENERIAKKAN “PEMBUNUHAN! PEMBUNUHAN!” KETIKA KUMPULAN ORANG ITU BUBAR, TERTINGGAL DUA LELAKI. KEDUANYA PENUH RAHASIA. MEREKA MARKABA DAN LODOD
JUMENA
Siapa mereka?
LODOD
Dia menanyakan kita (Tertawa)
MARKABA TERTAWA
JUMENA
Siapa? (Mengingat keras)
MARKABA
Saya Jumena
LODOD
Saya juga Jumena
12
SAMBIL TERTAWA-TAWA, KEDUANYA PERGI ENTAH KEMANA. KEMUDIAN JUMENA BERKELUH PANJANG SEKALI. SETELAH AGAK LAMA, DIA MULAI MERASA ENAKAN SEDIKIT. LEGA.
JUMENA
Omong-omong berapa belanja kita hari ini?
EUIS
Akang lagi sakit, kenapa mesti urus juga tetek bengek semacam itu?
JUMENA
Bukan tetek bengek, tapi uang. Dan saya tidak pernah sakit untuk urusan uang. Ini satu-satunya hiburan saya, gila kalau saya tidak memeliharanya. Sekarang katakan berapa belanja kita hari ini?
EUIS
Sama seperti kemarin
JUMENA
Kalau begitu masih ada sisa buat besok
EUIS
Masih
JUMENA
Sebetulnya masih bisa juga untuk belanja dua hari lagi, tapi kau belum tahu seninya. Tidak apa. Kelak kau pasti bisa. Tapi sekali lagi saya nasihatkan jangan sekali-kali kau suruh orang lain berbelanja. Juga jangan Nyai kau itu, belanjalah sendiri. Semua orang sama saja. Tukang catut! Jangan salah paham, ini bukan sikap kikir, tapi sikap cermat, dan kau tahu berkesenian dengan uang selain menghargai jerih payah
SUNYI
EUIS
Sepi sekali rasanya, padahal baru beberapa hari saja pekerja-pekerja mogok. Pabrik apalagi, sepi.
JUMENA
Persetan
EUIS
Betapa kaget kalau Juki nanti datang
JUMENA
Kenapa dia tiba-tiba bicara tentang Juki? Pasti ada apa-apa. (Pada Euis) Juki akan sepaham dengan saya. Tapi kalau dia mau main solider-solideran, boleh saja. Saya bisa kerjakan semuanya sendiri, kalau saya mau. Saya kawal sendiri barang-barang saya ke Jakarta. Kalau saya mau
(Sunyi)
JUMENA
Hati-hati, Euis
EUIS
Hati-hati apa kang?
JUMENA
Juki
EUIS
Kenapa?
JUMENA
Dia tampan kan?
(Euis Cuma diam saja. Kesal sudah tentu, tetapi semuanya dia tahan saja dalam hati)
Dia tampan kan? Bilang terus terang
EUIS (dingin)
Biasa
JUMENA
Dia tampan, lebih tampan dari saya. Bahkan lebih muda
EUIS
Lalu?
JUMENA
Tidak apa-apa. Saya hanya bilang hati-hati. (Tiba-tiba gugup) jangan lupa, dulu dia hidup diantara pencoleng-pencoleng Senen, kau tahu Senen?
EUIS
Ya, lalu kenapa?
JUMENA
Nah, lebih dari soal-soal mesum adalah pisau permainan orang macam dia
EUIS
Saya pun tidak mengerti kenapa bahkan akang pun tidak mempercayai Juki yang boleh dibilang saudara akang sendiri
JUMENA
Saya tidak curiga,. Saya hanya bersikap hati-hati
EUIS
Barangkali akang terlalu hati-hati sehingga membuat akang sendiri tidak bisa tentram
JUMENA
Hanya orang bodoh yang bisa tentram. Lagipula kalau kau bilang saya terlalu hati-hati, sebaliknya kau kurang hati-hati. Terus terang saya katakan, saya tidak senang kalau kau keluar dari kamar mandi tanpa BH
EUIS
Tapi Euis selalu pakai baju
JUMENA
Ya, tapi tidak pakai BH. Itu kurang baik. Dan mata Juki bukan mata kelereng. Pokoknya saya tidak suka. Punt! Atau kau memang sengaja ingin menarik perhatiannya?
EUIS
Akang, sudah empat tahun kita berumah tangga dengan….
JUMENA
Itu bukan jaminan. Pernah juga saya pergoki kau dan Juki sedang sayik omong-omong di dapur. Apa perlunya kau suruh dia menemani kau di dapur?
EUIS
Saya tidak pernah menyuruh dia. Dia datang sendiri
JUMENA
Dan kau ladeni?
EUIS
Lalu apa harus saya usir?
JUMENA
Itu terserah bagaimana cara kau, tapi pemandangan serupa itu tidak enak di mata, apalagi di hati
EUIS (Gembira)
Akang cemburu?
JUMENA
Cemburu! Minderwaardig! Buat apa? Saya hanya tidak suka milik saya diganggu orang
(keduanya diam. Masing-masing terpaku oleh pikiran dan perasaannya sendiri-sendiri)
Saya betu-betul tahu sekarang, saya sudah mulai tua. (Lirih hampir mendesah, seperti bercampur tangis tua) Tidak ada orang yang mencintai saya. Tidak siapapun dan apapun yang mencintai saya
EUIS
Akang yang tidak pernah mau mencintai saya. Selama empat tahun Euis mencoba meyakinkan akang betapa Euis mencintai akang, betapa…..
JUMENA
Berhenti kau bicara. Saya tidak mau kalau…. Ah, lupakan semuanya (Menuju makanan yang tersaji) Tak ada nafsu saya. Saya lapar, tapi tak ada nafsu
EUIS
Lebih baik akang tidur
JUMENA
Bawa lagi ke dapur
EUIS
Biar saja di meja ini. Siapa tahu akang ingin makan tengah malam nanti
JUMENA
Menantang dia! (Kasar) masuk ke dapur!
EUIS MEMBAWA MAKANAN MASUK KE DALAM
0 komentar
Posting Komentar