Sabtu, 24 Desember 2016

Naskah Drama Sumur Tanpa Dasar Bagian 3

2
P. TUA
Sudah waktu makan. Tidak perlu juragan dibangunkan?
EUIS
Jangan. Biarkan. Beberapa hari belakang ini akang mulai kelihatan sakit lagi
P. TUA
Nyai kira juga begitu (Keluar)

3
EUIS
Anda harus menasehati
JUKI
Saya kira memang begitu. Tapi kau juga jangan diam saja
EUIS
Sudah terlalu sering. Tidak pernah mau dengar. Hampir lima tahun saya jadi istri dan hampir selama itu pula ia tidak pernah mau dengar saya bicara. Saya selalu dituduh yang tidak-tidak, dikira bersandiwara. Terhadap anda tentu sikap akang lain, setidak-tidaknya dulu akang pernah tinggal di rumah anda. Saya kira akang merasa bersaudara dengan anda.
JUKI
Kalau saja begitu, tentunya tidak akan sejelek ini. Dia tidak pernah mau percaya sama orang lain. Itu susahnya. Semua diurusnya sendiri dan semua yang bekerja dia pukul rata sebagai kuli atau mandor. Dan saya tidak lebih dari mandornya seperti yang lain!
Memang saya boleh dibilang sebagai adiknya tapi saya kira dia lebih percaya kepada kau daripada kepada saya.
EUIS
Mestinya begitu (Diam) empat tahun sudah. Dia tidak pernah berubah. Dia tidak pernah percaya bahwa ada orang yang mencintainya sementara dia sendiri tidak pernah bisa mencintai
JUKI
Percaya kepada saya. Dia diam-diam mencintai kau, tapi dia tidak percaya kalau kau mencintainya. Dari kelima perempuan yang pernah dia kawini  Cuma dua orang yang sungguh-sungguh dia cintai. Kau dan istrinya yang pertama.
Sampai sekarang saya masih bertanya-tanya kenapa dia menceraikan istrinya yang pertama, padahal sangat dia cintai lagi seorang perempuan yang berpendidikan tinggi. Beberapa kawan menduga mungkin karena mertuanya yang mata duitan.
Percayalah Euis, akangmu hanya sangat kesepian. Sampai setua ini keinginannya untuk punya anak belum terwujud. Saya kira gampang kita maklumi
EUIS
Tapi saya sekarang sedang mengandung, dan saya yakin….
JUKI
Betul, Euis? Kalau begitu selesailah masalahnya. Percayalah, semua akan selesai dengan sendirinya hanya karena anak dalam kandunganmu itu. Syukurlah Euis saya harap kau lebih hati-hati
EUIS
Tapi dia tetap tidak mau percaya
JUKI
Kau harus sabar. Tunggu sampai dia sendiri melihat bagaimana anak dalam kandungan itu semakin membesar dan membesar. Dan kalau dia tetap tidak percaya kau sedang mengandung, pandangan matanya yang salah atau dia memang tidak pernah percaya pada matanya sendiri.
Syukurlah Euis. Ah, sebentar nanti saya kira saya pun mulai membicarakan hal itu dengan dia.
Seperti dongeng saja. Justru setelah hampir seluruh rambutnya putih tiba-tiba akang Jumena akan punya (Tertawa) akang akan punya anak. Jangan lupa Euis kau harus, harus… lebih baik kau tanyakan kepada Nyai.
EUIS
Tapi saya pikir
JUKI
Kenapa kau begitu cemas tiba-tiba?
EUIS
Maksud saya…. Apakah…. Apakah…. Ada perlunya…. Apakah tidak lebih baik anda tidak usah menyinggung soal kandungan saya ini dalam pembicaraan kapan pun dengan akang!? Maksud saya sebelum saya berhasil meyakinkannya sendiri? Sebab…..
JUKI
Saya tidak mengerti maksud kau dan saya sangat heran kenapa…. Atau kau telah berbohong?
EUIS
Berbohong?
JUKI
Kau telah membohongi saya. Kau sebenarnya tidak mengandung?
EUIS
Saya yakin kalau saya sedang mengandung. Untuk apa saya berbohong?
JUKI
Kalau begitu tak ada yang perlu dicemaskan. Percayalah, Euis. Semuanya akan berubah seketika hanya karena berita gembira ini. Lihatlah nanti. Saya tahu bagaimana caranya menyampaikan berita ini ke telinga tebalnya itu.
EUIS
Hati-hati…. Jantungnya.
JUKI
Kau memang istrinya, tapi saya jauh lebih mengenalnya daripada kau

4
PADA SAAT BARIS-BARIS TERAKHIR DIUCAPKAN, JUMENA MARTAWANGSA SUDAH BERADA DALAM RUANGAN ITU. TENTU SAJA MEREKA KAGET
JUKI
Syukurlah, akang bisa tidur nyenyak
JUMENA DIAM SAJA
EUIS
Tidak lebih baik akang makan dulu?
JUKI
Ya, saya sudah mendahului
JUMENA DIAM SAJA. SETELAH BEBERAPA LAMA EUIS KELUAR

5
JUKI
Saya senang akang bisa tidur
JUMENA
Saya Cuma berguling-guling, merem-merem ayam. Sebegitu lama saya berpejam saya masih belum memastikan bagaimana rasanya mati. Saya hanya merasa bagian punggung dan dada saya menjadi panas, kemudian semutan. Sesaat saya merasa sedang terbang, merasa ringan seperti buih sabun. Kemudian segera saya buka kembali mata apabila saya merasa akan betul-betul terbang atau menguap. Akhirnya saya merasa kesesakan karena jantung saya melipatkan kecepatannya. Tapi setelah saya merasa kembali tenang, saya ulangi lagi berjam-jam dan begitu seterusnya sampai saya jadi diam.
JUKI
Cukup sampai di situ aja akang menderita. Sebentar lagi akang melonjak seperti anak kecil setelah mendengar berita gembira dari saya. Akang tidak perlu lagi terus-terusan mati, tapi akang akan terus-terusan bersiul setelah akang mau mendengar betapa sebenarnya akang orang yang paling bahagia di dunia
JUMENA
Kau mau memberitakan kepada saya bahwa Euis sedang mengandung?
JUKI
Akang sudah tahu?
JUMENA
Setiap awal bulan saya bisa memastikan Euis akan mengatakan hal yang sama pada saya
JUKI
Dan akang tetap tidak percaya?
JUMENA
Tiga kali yang pertama saya percaya, tapi setelah itu saya bentak setiap kali dia mengatakan kemungkinan itu
JUKI
Sekarang pun akang masih tetap tidak mempercayainya?
JUMENA
Saya suaminya, Juki, saya lebih tahu. Bahkan saya lebih tahu kesehatan paru-parunya.

6
P. TUA (Muncul di pintu depan)
Pak Emod minta ketemu, gan. Beliau ada di serambi
JUMENA (gugup)
Beri saya rokok, Juki
JUKI
Saya kira tidak baik untuk….
JUMENA
Cuma dua hisap (Setelah menghisap rokok) tidak menolong (Dimatikannya) Saya kira sudah waktunya saya menghisap madat kalau saya sudah sembuh betul
P. TUA
Boleh pak Emod saya persilahkan kemari, gan?
JUMENA
Bilang saya sedang sibuk merencanakan penutupan pabrik
PEREMPUAN TUA KELUAR

7
JUKI
Kalau memang sama sekali tidak ada harapan, kenapa akang bersikeras tidak mau mengambil anak angkat? Saya kira yang akang perlukan adalah seorang anak yang diharapkan kelak akan melanjutkan usaha-usaha akang. Sudah banyak contoh yang kita saksikan, bagaimana bahagianya antara keluarga yang memungut anak angkat dan keluarga yang mempunyai anak kandung sendiri.
JUMENA
Berhenti bicara tentang itu Juki
JUKI
Maaf. Saya hanya….
JUMENA
Saya mengerti, saya laki-laki!
JUKI
Mengenai pabrik….
JUMENA
Kenapa?
JUKI
Kalau terus mereka dibiarkan mogok dan akang tetap diam saja, saya takut perusahaan akang lama-lama hancur
JUMENA
Saya tidak takut (Diam) saya bisa saja meluluskan permintaan mereka dengan memberikan tunjangan kesejahteraan kepada mereka. Kemudian, dalam tempo paling lama setengah tahun perusahaan saya pun segera bangkrut?
JUKI
Kenapa?
JUMENA
Kamu lupa gaji di perusahaan kita rata-rata setengah kali lebih besar dibanding dengan perusahaan lainnya?
JUKI
Saya kira tidak begitu
JUMENA
Orang-orang di sini rupanya hanya terdiri dari usus dan kantung sperma saja, sehingga tidak bisa berpikir. Sengaja saya kasih mereka gaji lebih besar, dengan harapan mereka punya kebisaaan menabung sendiri. Tapi yang terjadi mereka justru makin lapar. Dan lagi dengan system upah semacam itu saya kira bisa sedikit menyederhanakan administrasi kita
JUKI
Beri saja 10 atau 20 % dari gaji mereka sekarang
JUMENA
Lebih baik kamu berhitung lebih dulu, baru memberi saran. Kalkulasikan dulu semuanya yang betul. Ini bukan sekedar masalah emosional, ini masalah angka. Sebab itu secara dingin juga saya suruh mereka pilih; gaji tetap atau gaji diturunkan, kemudian baru saya beri mereka tunjangan. Dengan perbandingan sesuai dengan kebutuhan sekunder mereka
JUKI
Saya Cuma mengajukan jalan tengah. Saya hanya kuatir, lama-lama perusahaan akang ambruk
JUMENA
Lebih dulu mereka yang ambruk. Saya masih cukup uang simpanan sampai usia saya berlipat dua

8
EMOD, WARYA, MARKABA, LODOD DAN BEBERAPA LELAKI LAIN MUNCUL. SEMUANYA MEMBAWA GOLOK BESAR

JUMENA
Mereka sendiri yang akan lumpuh

ORANG-ORANG ITU BERSABAR MEMASUKI RUANG-RUANG DALAM RUMAH JUMENA. KELUAR


9

SUNYI

JUMENA
Juki

(Juki melihat pada jumena)

Untuk apa kau hidup?

JUKI (Tersenyum)
Saya tidak pernah pikirkan itu. Buat apa?

JUMENA (Setelah agak lama)
Kenapa kau tidak kawin?

JUKI
Sekarang saya sedang pikir-pikir

JUMENA
Gila. Berapa umur kau?

JUKI
Empat puluh….

JUMENA
Hampir lima puluh kau!

JUKI
Ya. Barangkali begitulah tepatnya

JUMENA
Kenapa tiba-tiba kau ingin kawin?

JUKI
Mulai capek badan saya. Saya ingin melihat ranjang saya penuh bertumpuk pakaian perempuan

JUMENA
Lalu?

JUKI
Saya kira memang sudah waktunya, setelah lama saya bertualang. Dan terus terang, saya begitu ingin berumah tangga, setelah ikut kerja pada akang. Akang tahu dulu saya sangat bergajul, lontang lantung tanpa tujuan apa-apa. Sekarang saya ingin bekerja keras, rajin dan cermat menabung. Saya ingin punya anak. Selain itu saya kira umur saya masih cukup panjang. Siapa tahu? Bukan tidak mungkin saya masih sempat melihat anak saya jadi arsitek

JUMENA
Sekarang umur saya sudah lewat jauh setengah abad, sementara tubuh saya merasa belum dilahirkan. Saya sungguh tidak tahu bagaimana seharusnya saya hidup. Saya tidak pernah merasa bahagia. Tapi kalau memang kebahagiaan hanya suatu keadaan senang yang sesaat mampir dalam hidup, terus terang saya pernah merasakannya. Adakalanya saya senang setiap kali melihat tumpukan uang saya, terutama belakangan ini. Seolah-olah saya menyaksikan harga saya dalam tumpukan uang itu. Tapi bagaimanapun saya tidak bisa menghindari bahwa saya akan mati juga. Kalau begitu rasanya segala apa yang telah saya kerjakan selama ini tidak lebih hanya mengisi kekosongan lain. Kau mengerti sekarang, kenapa tadi saya katakan bahwa sebenarnya bisa saja saya luluskan permintaan pekerja-pekerja itu, toh sama saja bagi saya.


JUKI
Kenapa tidak akang luluskan kalau bagi akang sama saja?

JUMENA
Ada sedikit bedanya, kalau permintaan mereka saya luluskan, mereka yang akan terhibur. Kalau tidak, saya yang terhibur. Saya pilih hiburan untuk saya. Cuma inilah yang saya dapat dari hidup. Kadang-kadang ingin saya bakar saja semuanya,
(Tiba-tiba)
tidak begitu, saya akan kembangkan lagi usaha-usaha saya setelah saya benar-benar sehat dan mereka memahami keputusan saya. Sekedar mengisi waktu sebelum segalanya berakhir. Dan saya kira saya harus cari hiburan yang lain, karena hidup memang harus begitu kata semua orang, baik ulama maupun pemabok.

Tidak, saya tidak akan poya-poya seperti dulu, Juki. Bosan! Ah, nanti saya akan cari cara yang lain. Yang penting sekarang, saya harus menyelamatkan dan mempertahankan seluruh milik saya.

0 komentar

Posting Komentar