HAJI SALEH
Oh, Tuhan kami Yang Maha Besar. Kami menghadapMu.
Ini adalah umatMu yang paling taat beribadat, yang pang taat menyembahMu.
Kamilah orang-orang yang selalu menyebut NamaMu, memuji-muji kebesaranMu,
mempropagandakan keadilanMu, dan lain-lainnya. KitabMu kami hapal di luar
kepala kami. Tidak sesat sedikitpun kami membacanya. Akan tetapi Tuhanku Yang
Maha Kuasa, setelah Engkau kami panggil kemari, Engkau masukan kami ke neraka.
Maka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diingini, di sini, atas nama
orang-orang yang cinta kepadaMu, kami menuntut agar hukuman yang Kau jatuhkan
kepada kami ditinjau kembali dan memasukan kami ke surga sebagaimana yang
Engkau janjikan dalam kitabMu…. Mari kita menghadap Dia.
ORANG-ORANG BERGERAK SEPERTI AKAN DEMONTRASI.
SUARA
Kalian mau apa lagi.
Kalian mau apa lagi.
HAJI SALEH
Kami ingin bertemu Tuhan.
Kami ingin bertemu Tuhan.
SUARA
Tidak bisa.
Tidak bisa.
HAJI SALEH
Harus ini sangat penting. Ini menyangkut nasib kami.
Harus ini sangat penting. Ini menyangkut nasib kami.
SUARA
Kamu mesti tahu. Tuhan telah menugaskan aku untuk menuntut kalian.
Kamu mesti tahu. Tuhan telah menugaskan aku untuk menuntut kalian.
HAJI SALEH
Kamu ini sebenarnya siapa ?
Kamu ini sebenarnya siapa ?
SUARA
Tadi kan sudah kukatakan, aku adalah dirimu sendiri dan kalian semua.
Tadi kan sudah kukatakan, aku adalah dirimu sendiri dan kalian semua.
HAJI SALEH
Aku tidak peduli…
Aku tidak peduli…
SUARA
Sudah jangan banyak cingcong. Sekarang aku bertanya lagi pada kalian. Kalian di dunia tinggal di mana ?
Sudah jangan banyak cingcong. Sekarang aku bertanya lagi pada kalian. Kalian di dunia tinggal di mana ?
HAJI SALEH
Kami ini adalah umat Tuhan yang tinggal di Indonesia.
Kami ini adalah umat Tuhan yang tinggal di Indonesia.
SUARA
Oh, di negeri yang tanahnya subur itu ?
Oh, di negeri yang tanahnya subur itu ?
HAJI SALEH
Ya, benar.
Ya, benar.
SUARA
Tanah yang kaya raya, penuh dengan logam, minyak dan berbagai bahan tambang lainnya, bukan ?
Tanah yang kaya raya, penuh dengan logam, minyak dan berbagai bahan tambang lainnya, bukan ?
ORANG-ORANG
Benar, benar, itulah negeri kami.
Benar, benar, itulah negeri kami.
SUARA
Di negeri yang tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa di tanam ?
Di negeri yang tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa di tanam ?
ORANG-ORANG
Benar, benar itulah negeri kami.
Benar, benar itulah negeri kami.
SUARA
Di negeri di mana penduduknya sendiri meralat ?
Di negeri di mana penduduknya sendiri meralat ?
ORANG-ORANG
Ya, Ya, itu negeri kami.
Ya, Ya, itu negeri kami.
SUARA
Negeri yang di perbudak orang lain ?
Negeri yang di perbudak orang lain ?
TOKOH LAIN
Ya sungguh laknat penjajah itu.
Ya sungguh laknat penjajah itu.
SUARA
Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkutnya, dijarah, bukan ?
Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya, dan diangkutnya, dijarah, bukan ?
TOKOH LAIN 2
Benar. Hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.
Benar. Hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.
SUARA
Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan ?
Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan ?
HAJI SALEH
Benar. Tapi bagi kami soal harta benda itu tidak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Tuhan.
Benar. Tapi bagi kami soal harta benda itu tidak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Tuhan.
SUARA
Engkau rela tetap meralat, bukan ?
Engkau rela tetap meralat, bukan ?
ORANG-ORANG
Benar kami rela sekali.
Benar kami rela sekali.
SUARA
Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga meralat, bukan ?
Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga meralat, bukan ?
TOKOH LAIN
Sungguhpun anak cucu kami meralat, tapi mereka semua pintar mengaji. Alkitab mereka hapal di luar kepala.
Sungguhpun anak cucu kami meralat, tapi mereka semua pintar mengaji. Alkitab mereka hapal di luar kepala.
SUARA
Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semuanya. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengagambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antar kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Tuhan beri negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedangkan Tuhan menyuruh engkau beramal disamping beribadah. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira Tuhan suka pujian, mabuk disembah saja. Tidak ! Karena itu kamu semua masuk neraka dan di letakan di keraknya.
Kalau ada, kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semuanya. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengagambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antar kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Tuhan beri negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedangkan Tuhan menyuruh engkau beramal disamping beribadah. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin. Engkau kira Tuhan suka pujian, mabuk disembah saja. Tidak ! Karena itu kamu semua masuk neraka dan di letakan di keraknya.
ORANG-ORANG TIDAK BERGERAK APA-APA LAGI. MEREKA TERMANGU, TAPI
HAJI SALEH MASIH SAJA TIDAK PUAS.
HAJI SALEH
Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia ?
Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia ?
SUARA
Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau telah mementingkan diri sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaumu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kocar-kacir selamanya. Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egois. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun.
Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau telah mementingkan diri sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaumu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kocar-kacir selamanya. Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egois. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun.
MUSIK TERDENGAR MEMILUKAN. TERDENGAR SESEORANG
BERTERIAK. SAYUP-SAYUP SESEORANG SEDANG MENGAJI.
SESEORANG
Bunuh diri. Ada yang bunuh diri.
Bunuh diri. Ada yang bunuh diri.
ORANG-ORANG
Di mana ?
Di mana ?
SESEORANG
Di surau. Ia menggorok lehernya dengan sebilah pisau cukur.
Di surau. Ia menggorok lehernya dengan sebilah pisau cukur.
ORANG-ORANG
Astagfirulahal’adzim.
Astagfirulahal’adzim.
ORANG-ORANG BERGERAK.
PEREMPUAN
Mas. Mas. Mas. Apa tidak menjenguk ?
Mas. Mas. Mas. Apa tidak menjenguk ?
LAKI-LAKI
Siapa yang meninggal ?
Siapa yang meninggal ?
PEREMPUAN
Kakek.
Kakek.
LAKI-LAKI
Kakek ?
Kakek ?
PEREMPUAN
Ya, tadi subuh kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.
Ya, tadi subuh kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.
LAKI-LAKI
Astagfirulahal’adzim. Ini pasti gara-gara Ajo Sidi.
Astagfirulahal’adzim. Ini pasti gara-gara Ajo Sidi.
SEMUA DIAM.
PIMPINAN PENTAS
Ternyata kita tidak bisa lepas dari kenyataan. Hidup dan mati
bukanlah milik kita. Kita di sini hanya mengembara dan kita semua akan kembali.
Kematian memang menyedikan, tapi yangpiling menyedihkan jika kerja keras kita
hasilnya sia-sia.
MUSIK BERGEMURUH.
TAMAT
Catatan
Cerita ini diambil dari sebuah cerpen ” Robohnya Surau Kami ” karya AA. Navis.
0 komentar
Posting Komentar